37. Office and Ziyan

616 31 3
                                    

Dan kini ke2nya tengah berhadapan dengan ke2 orang tua Ziyan. Ke2nya begitu marah pada Tommy, tapi disana ada Argha yang berusaha keras memenangkan hati ke2nya. Ibu dari Ziyan itu memiliki hati yang begitu lembut. Tapi ayahnya sangat keras dan sangat tak terima melihat putra semata wayangnya dirusak begitu saja selama mereka menjaga buah hatinya.

"Kakak saya bersedia bertanggung jawab dan menikahi Kak Ziyan, Pak. Kami sudah membicarakannya. Kak Tommy gak bakal lari dari tanggung jawab. Saya penanggung jawabnya."

"Gimana mungkin? Kamu hanya adiknya? Bukan orang tuanya!"

"Saya mengerti, Pak. Tapi saya berjanji, saya sendiri yang akan memenjarakan Kakak saya jika dia nekad menyakiti putra bapak lagi. Bapak bisa pegang ucapan saya. Saya berjanji, Pak. Untuk Kakak saya. Kakak saya akan bertanggung jawab untuk semua yang terjadi dan akan membahagiakan putra bapak dan ibu. Sekali lagi saya mohon, maafkan kekhilafan kakak saya." ujar Argha lagi. Ia merasakan remasan kuat di tangannya dari Tommy. Pria itu begitu penakut.

"Saya ingin mendengar sendiri dari orangnya agar saya yakin untuk melepas putra saya."

Argha mengangguk. Mengelus tangan Tommy untuk meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Tommy menatap mata bulat itu. Mencari kepercayaan dirinya yang akhirnya bangkit karena berlian kecilnya. Ia tersenyum dan mengangguk. Ia harus berani.

"Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Saya begitu tak sadar dan hilang kendali. Tapi saya datang untuk bertanggung jawab dan meminta restu untuk menikahi Ziyan. Saya akan menanggung hidup Ziyan dan orang tuanya. Saya berjanji akan membahagiakan Ziyan untuk masa depannya. Saya Tommy Alberto Miller akan bertanggung jawab untuk Ziyandra Vemasta dan berjanji akan menjaga putra bapak dan ibu sampai maut datang. Baik sakit maupun sehat, saya akan menyayangi Ziyan. Atas kehendak saya sendiri."

Lalu hening. Tommy menatap ke2 orang tua Ziyan dengan yakin. Ia harus percaya diri.

"Baik. Saya percaya dan saya pegang baik-baik omongan anda. Jika putra kami pulang dalam keadaan luka atau menangis, saya pastikan kepala anda berpisah dari badan anda."

"Saya tanggung resikonya, Pak Bu."

"Kalau begitu saya restui anda dengan anak saya. Saya titip Ziyan. Saya selalu memantau anak saya."

"Baik, Pak. Terima kasih sekali lagi."

Argha tersenyum begitu manis. Akhirnya Tommy bisa bernapas lega untuk sekarang.

"Kak Ziyannya mana ya, Bu? Saya mau ketemu, boleh?"

"Mungkin untuk kamu Ziyan mau bertemu." kata sang Ibu.

"Gak papa, Bu. Kak Ziyan masih butuh waktu. Biar saya bicara."

"Boleh, nak. Mari ibu antar ke kamarnya."

Argha mengangguk dan mengikuti ibu itu. Biarkan Tommy dan ayah Ziyan. Mereka juga butuh bicara ber2 tentang kapan dan bagaimana.

Hanan atau Ibu Ziyan itu membuka pintu putranya yang ia buka menggunakan kunci cadangan. Dan ke2nya masuk.

"Ziyan."

Sang ibu menyalakan lampu dan begitu terkejut melihat kamar itu nampak begitu berantakan. Dan mereka melotot bersamaan melihat sosok manis itu terkapar lemas dilantai dekat kasurnya.

"Astaga, Ziyan!" teriak Hanan. Membawa atensi pada 2 pria di ruang tamu yang langsung berlari kearah suara. Jaka langsung membantu putranya untuk ia baringkan di tempat tidurnya.

"Kak ambilin tas aku di mobil! Cepet, kak!!" Tommy bergegas keluar. Mengambil tas dokter Argha yang selalu pemuda itu bawa kemanapun untuk keadaan darurat.

Posesif Boyfie (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang