***
Yasmin berakhir makan mie yamin tidak hanya dengan Mario, Widi dan Naja saja. Tapi juga bersama Harshad dan Ghistara. Perkumpulan itu jadi sangat seru karena kehadiran Mario dan Harshad yang super bawel.
Setelah apa yang ia alami belakangan ini, Yasmin senang bisa ketemu dengan Mario dan teman-temannya. Teman-teman Mario memperlakukan Yasmin dengan sangat baik. Mungkin karena pertemuan pertama pikirnya, padahal Yasmin tidak tahu mereka melakukan itu karena Mario. Kamu itu seseorang yang spesial buat teman kami, Yas. Begitulah kira-kira narasinya.
Dalam keberisikannya itu, Mario tidak melepas pandangnya sedikit pun dari Yasmin. Sebab ia persis duduk di hadapan sang puan — ia bisa dengan mudah melakukan itu. Mario tidak mau Yasmin merasa diabaikan.
Mario sebenarnya boleh egois mengingat mie yamin-nya sudah datang lebih dulu. Tapi dia menunggu Yasmin sampai mendapatkan miliknya. Lalu ia menggeserkan saos, kecap dan minum supaya bisa lebih dekat dengan sang puan. Sampai Yasmin selesai dengan semuanya — baru Mario melakukan untuk dirinya sendiri. Dan Yasmin tidak begitu menyadari itu. Tapi Harshad tahu. Ia diam-diam tersenyum bangga pada temannya.
"Yasmin suka makan pedes?" Itu pertanyaan dari Ghistara.
Dilihat dari pertemuan pertamanya, Yasmin tidak berhenti memuji Ghistara. Bagaimana dia terlihat sangat cantik bahkan tanpa banyak riasan di wajahnya. Kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya itu menunjukkan kalau dia pasti perempuan pintar. Cara dia ngomong tidak pernah tinggi. Suaranya lembut dan sopan banget. Ketawanya juga pelan.
"Dulu suka banget. Tapi sekarang udah dikurangin."
"Kenapa?" tanya Harshad, cepat.
Selain penasaran sama jawabannya, Mario menunggu suara Yasmin. Diperhatikannya perempuan itu dengan terang-terangan. Dia suka aja kalau dengar Yasmin cerita. Binar matanya kelihatan lebih cerah. Sudut bibirnya naik. Kadang-kadang matanya sipit karena ada tawa di ujung kalimatnya. Yo, ini mah kata gue karena lu udah demen aja sama Yasmin.
"Kayak nggak nyaman aja gitu kalau makan sampe pedes-pedes banget. Kebanyakan minum terus kenyang duluan dan akhirnya nggak habis," kata dia sambil menengok ke semua orang di sana. "Iya nggak sih? Gue gitu."
Sambil menyantap mie yamin masing-masing, mereka kompak mengangguk akan kalimat Yasmin. Setuju-setuju saja. Padahal dari sisi kanan, ada Harshad yang sudah mulai menyeduh es tehnya karena kepedesan. Di sisi lain, ada Naja yang memindahkan semua satu persatu kerupuk pangsitnya ke mangkok Widi tanpa banyak suara. Ada Ghistara yang ikut menyantap mie yamin omnya sambil menunggu reaksi.
"Enak banget, Ghi." Naja kembali bersuara setelah cukup lama diam. Mie yamin-nya sudah hilang separo. Sama juga kayak milik Mario dan Harshad.
Perempuan itu tersenyum manis. "Makasih loh. Nanti sering-sering makan di sini ya. Sekalian aja anak kantor. Yasmin juga. Kalau tokonya udah buka."
"Iya. Lu juga ntar datang ya, Ghi, pas openingnya."
"Eh. Beneran?"
"Yaiyalah. Masa nggak." cercahnya. "Minta nomor lo dong. Boleh nggak?"
"Bolehlah."
Dua perempuan itu akhirnya tukar-tukaran nomor hape. Widi diam saja dengan aktivitasnya menghabiskan mie yamin yang begitu susah untuk ia habiskan. Kelihatan kalau dia memang makannya pelan. Dengan sikap ramahnya, Ghistara juga minta nomor hape Widi. Mungkin perawakannya yang super duper rockstar itu bikin orang-orang takut dan segan menegurnya. Tapi di mata Ghistara, Widi justru terlihat lucu dan imut.
***
Kalau Yasmin tidak putus, mungkin temannya hanya Widi saja. Bagaimana dulu dia sangat apa-apa Ivan dan membuatnya seperti diikat di satu tempat. Sekarang Yasmin jadi bisa kenal Harshad dan Ghistara. Bisa makan mie yamin tanpa harus buru-buru pulang. Bisa main sama Widi dan Naja lebih lama lagi. Dan bertemu Mario yang benar-benar baik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Romance[COMPLETED] Yasmin melewati struggle hidupnya dari dia diselingkuhi sampai dipecat. Tidak ada yang Yasmin harapkan dalam hidupnya saat ini selain kebahagiaan. Dia hanya ingin menjalani hidupnya dengan nyaman. Ngumpul sama keluarganya, nongkrong sama...