(18) Thanks.

361 48 7
                                    

***

"Joyi pulang sama Abang?"

Begitulah Tante Sofia memanggil pacar Bang Daren. Digandengnya perempuan itu. Tinggi Zoey tidak jauh dari Bunda Mario. Malah kelihatan mereka kayak anak kembar. Sama-sama langsing. Sama-sama rambutnya panjang dan hitam legam. Sama-sama cantik.

Langkah keduanya bergerak lebih dulu meninggalkan meja. Disusul sama yang lain di belakang. Om Bram merangkul putra bungsunya. Sedangkan Daren bergabung dengan Naja di belakang. Di belakangnya lagi ada Yasmin dan Widi. Mereka semua akhirnya meninggalkan resto setelah banyak basa-basi sebelumnya.

"Maunyaaa. Tapi aku ada syuting lagi, Tan." jawab Mbak Zoey. "Jadi bareng managerku."

"Lohhh. Sama managermu? Kenapa kok nggak diajak makan sekalian sama kita?" balasnya.

"Dia kesempatan juga mau pulang, Tante."

Yasmin tidak tahu apa karena sedang berada di dekat orangtuanya, Bang Daren dan Mbak Zoey tidak kelihatan semesra itu. Mereka berbicara sedikit dan berpelukan singkat sebelum Mbak Zoey pergi. Selama makan juga yang dilakukan keduanya tidak banyak. Mungkin begitulah hubungan orang dewasa dan sudah saling mengenal sejak remaja. Yasmin cuma menebak.

"Hati-hati ya, Naja."

Sekarang giliran Naja. Laki-laki itu memeluk Tante Sofia sebentar sebelum ia juga pamit. "Iya, Tante. Makasih aku udah diajak makan lagi."

Tante Sofia sudah tahu mereka pacaran sejak tahun pertama. Tapi memang Widi yang jarang bercerita dan membawa Naja ke acara-acara keluarga besar. Dua tahun belakang ini, Tante Sofia akhirnya mengikutsertakan Naja. Sebab ia tahu kalau Naja juga sangat berpengaruh baik untuk Widi. Dan ia perlu dihargai kehadirannya.

Disahut Tante Sofia cepat. "Tenang aja kalau Widi nggak ngajakin, Tante yang chat kamu."

Widi itu bukannya tidak mau mengajak Naja. Ia hanya malas saja. Belum lagi ada banyak debat dan ribut setiap hari sama Naja yang membuat moodnya jelek Yasmin paham itu. Makanya ia lebih sering diajak daripada Naja ke acara-acara pentingnya. Ini hubungan beda jauh sama Bang Daren dan Mbak Zoey. Tidak dewasa sama sekali. Lebih mirip pacaran anak SMP.

Setelah Naja dan Widi menyusul kepergian Mbak Zoey, Tante Sofia dan Om Barm juga meninggalkan resto. Kemudian tersisa Bang Daren yang akan pamit tapi pulangnya ke kantor karena masih ada kerjaan. 11-12 sama Mario.

Sebelum pamit, persis seperti orang tuanya, Bang Daren berterima kasih juga. "Thanks ya, Yas, udah mau datang. Sorry kalau tiba-tiba diinclude dalam acara ini. Pasti awkard banget."

"Nggak papa, Bang." Yasmin melambaikan tangannya cepat, menandakan kalau Bang Daren tak perlu meminta maaf. "Emang awalnya mikir gitu sih. Awkard nggak ya. Tapi ternyata Tante Sofia sama Om Bram baik banget. Lu sama Mbak Zoey juga. Guenya jadi nyaman."

"Waaah kalau udah nyaman tuh — "

"Bang," Mario cepat menyambar.

Pemuda itu cepat menutup mulutnya sambil cengengesan. "Yaudah. Gue duluan ya."

Satu hal yang Yasmin perhatikan dari keluarga Mario adalah mereka semua sangat physical touch. Bang Daren dan Mario sendiri tidak sungkan untuk saling berpelukan satu sama lain dan mencium tangan. Di usia sedewasa ini. Untuk hubungan saudara sesama laki-laki pula.

"Yuk pulang," kata Mario kemudian.

Tidak digubris sama Yasmin. Ia masih dalam perasaan kagum. Dilihatnya Mario penuh puji.

"Kenapa sih?" tanya Mario lagi.

"Nggak papa."

"Suka banget dah lihatin gue begitu."

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang