***
Karena nggak mau sampai ketemu Ivan, Yasmin berakhir di apart Mario. Ini kali pertamanya. Setiap ada masalah sama Ivan, Yasmin nggak pernah pulang ke apart, tidak juga menginap di apart Widi karena tidak mau mantannya itu ke sana dan bikin onar. Nggak mau juga pulang ke rumah karena takut Ivan ke sana dan ketemu sama Papanya, semakin menambah masalah baru. Setiap berantem sama Ivan, Yasmin selalu kabur ke tempat lain yang Ivan nggak tahu sama sekali. Dan kali ini, apartemen Mario.
Tadinya, Mario meminta Yasmin untuk masuk saja ke kamar dan kembali tidur. Tapi sang puan menolak. Lagipula dia nggak bisa memejamkan mata dan takut akan berakhir menangis kalau sendirian di kamar. Itulah kenapa dia sekarang duduk di samping Mario, menemani sang tuan kerja. Yang ujung-ujungnya jadi nonton netflix sama-sama karena Mario nggak bisa menulis kalau situasinya ada orang lain. Tapi Mario cuma bilang ke Yasmin kalau dia udah selesai gawe. Baginya malam ini yang terpenting itu Yasmin.
"Dia kenapa pacarin gue ya, Yo, kalau dia masih sayang sama mantannya." Mario tahu kalau sebenarnya Yasmin tidak fokus sama film yang sedang mereka tonton. Mana mungkin juga. "Mantannya juga masih nerima dia. Yaudah balikan aja. Tinggalin gue gitu. Kenapa masih sama gue." lanjutnya.
Dialihkannya pandangannya ke samping, tempat Yasmin duduk memeluk lututnya. Seruan dialog dalam film yang datang dekat sekali sebab headset yang ia pakai sudah pasti tak terdengar. Sebab yang ribut hanya isi kepalanya. Suara-suara yang memakinya dan mempertanyakan kelayakannya berisik di sana. Mario bisa menebaknya dengan mudah. Raut wajah kemarahan Yasmin ditimpa sama raut wajah muramnya.
"Lapar nggak?"
Perempuan itu menengok Mario cepat saat pertanyaan lain darinya jatuh. Jarak yang membatasi mereka tak banyak — bahkan bahu mereka saja nyaris bertabrakan. "Gue kurangnya apa ya, Yo, sampai diselingkuhi?"
"Nggak ada yang kurang, Yas." Seruan Mario itu pelan dan lembut.
"Tapi ini bukan pertama kalinya gue diselingkuhi."
Kalimat Yasmin itu datang bersama sudut bibirnya yang turun. Setelahnya, bulir air matanya satu-satu keluar. Tangan Mario datang cepat untuk mengusap punggungnya — berharap ia tidak menangis lagi malam ini. Tapi karena isaknya berusaha ia tahan, kedengarannya jadi lebih menyedihkan.
"Gue selama ini udah nurunin ego gue. Sebisa mungkin gue mempertahankan hubungan gue sama dia biar selalu baik-baik aja. Gue selalu berpikir oh yaudah memang orangnya begitu berarti gue harus lebih sabar. Tapi gue harus sabar gimana lagi. Gue harus ngalah gimana lagi. Gue juga ada capeknya, Yo." Seruan Yasmin datang dengan isak tangisnya yang menjadi-jadi. Mario sampai tidak sampai hati mendengarnya. "Bisa-bisanya dia lari ke mantannya itu. Ke apart mantannya. Ngapain coba?"
Tidak tahu harus mengatakan apa dan rasanya juga tidak ada gunanya untuk menasihati sekarang, Mario datang dengan peluknya. Pikirnya tindakannya itu bisa membuat Yasmin jadi jauh lebih tenang. Namun, kenyataannya tangisnya jatuh lebih lirih lagi. Sampai terisak-isak.
"Emang cowok bangsat anjing!"
Isaknya tiba-tiba hilang dan berganti makian. Mario cukup kaget saat mendengar itu. Usapannya di punggung sang puan sampai terhenti. Mata bengkaknya membola. Amarah yang tiba-tiba datang di tengah tangisnya itu sukses menarik sudut bibir Mario. Setidaknya Yasmin memaki Ivan setelah daritadi dia hanya mendikte kesalahan-kesalahan dirinya. Juga terlihat lucu saat raut amarahnya bersamaan dengan pipinya yang basah.
***
Suara berisik dari mesin shaver membangunkan Yasmin dari tidur lelapnya. Didapatinya dirinya yang dibungkus selimut dan ada bantal di kepalanya. Tapi dia baru menyadari tempat tidurnya itu kecil karena rupanya sofa. Yasmin nggak tahu kapan pastinya dia terlelap. Seingatnya, dia kembali menonton netflix di sebelah Mario setelah menangis lagi semalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Romance[COMPLETED] Yasmin melewati struggle hidupnya dari dia diselingkuhi sampai dipecat. Tidak ada yang Yasmin harapkan dalam hidupnya saat ini selain kebahagiaan. Dia hanya ingin menjalani hidupnya dengan nyaman. Ngumpul sama keluarganya, nongkrong sama...