***
Pertama kali Yasmin mendengar Mario bilang aku mau nikah sama kamu cuma dibalasnya dengan ketawa. Dia keburu capek karena habis mindahin meja makan. Bukan cuma itu saja. Yasmin lagi pindahan apart. Supaya lebih dekat dengan toko kuenya. Peluh keringatnya memenuhi tubuhnya. Mario sendiri sudah menggulung kaosnya sampe bahu. Dan di tengah-tengah itu dia mengungkapkan isi hatinya tanpa ada aba-aba lebih dulu.
Jelas Yasmin mikir, Mario asbun aja. Tapi matanya kemudian menatap Yasmin dalam. Air mukanya serius. Apa yang Mario harapkan dari pernyataan itu. Yasmin pun juga inginnya bersama Mario, selamanya.
"Aku nggak jago masak. Nggak kayak Bunda."
"Laaah. Urusan perut mah bisa diatur, Yas. Aku nikahin kamu bukan buat masak. Yanda nikahin Bunda juga bukan buat itu. Bunda aja ngide sendiri masak-masak mah."
Kadang, kalimat yang Mario punya benar-benar di luar dugaan Yasmin. Sampai dia sendiri bingung harus merespon bagaimana. Sebenarnya sama seperti Mama di rumah. Nggak ada yang minta dia buat masak banyak-banyak. Nggak ada yang maksa. Memang dia sendiri yang suka masak.
"Aku nggak bakal nyusahin kamu. Janji."
Tawa Yasmin jatuh mendengarnya. Dia duduk di ujung sofa sedangkan laki-lakinya itu berdiri tak jauh darinya. Kelelahan juga setelah memindahkan beberapa barang. Tak hanya Yasmin, Mario pun dipenuhi keringat juga.
"Kamu belom siap?"
Mungkin kelihatan memang Mario banyak tengilnya. Tapi seperti kata Harshad waktu dia duduk bersama dua pasangan baru itu, Mario benar-benar ter-planning hidupnya. Dia rajin menabung. Duitnya itu cuma habis untuk coloring rambut saja. Mario bukan tipe yang suka berbelanja. Kalaupun ada yang dia beli adalah buku. Dia sudah mendaftar untuk asuransi jiwa dan kesehatan yang bahkan Harshad saja belum mengerti soal begitu. Harshad pun yakin karir Mario akan panjang dengan kuantitas diri yang ia punya. Dan Mario bilang dia memang maunya nikah muda.
"Aku nggak maksa kamu buat nikah besok pagi, Yas."
"Iyaaa, Yo. Aku kalo diajak nikah besok pagi juga belom siap."
"Terus?"
Mario nggak lagi mau diajak becanda, ternyata.
"Aku bingung harus jawabnya gimana. Aku nggak nyangka kalau kamu udah mikir ke sana padahal kita baru mau jalan tiga bulan." Yasmin membalas dengan tenang — sekaligus kelelahan juga. Tapi dia serius mengatakan itu.
Bukan cuma Mario yang punya cita-cita nikah muda seperti yang Harshad ceritakan, Yasmin pun sama. Dari semua hubungan yang ia jalani sebelum ini, ia selalu berharap akan sampai pernikahan. Yasmin nggak pernah sekedar pacaran saja saat punya hubungan dengan seseorang. Dia serius. Walaupun untuk usianya yang sekarang tidak bisa disebut muda lagi.
"Aku emang maunya sama kamu, Yas."
Yasmin mengangguk, mempercayai itu. Selama tiga bulan ini, baginya sudah cukup untuk paham seberapa sayangnya Mario padanya. Bagaimana orang-orang terdekat Mario menyayanginya juga. Tapi dia sadar kalau pernikahan itu bukan untuk main-main. Yasmin inginnya selamanya.
"Aku nggak maksa kamu kok. Kita bisa mulai ngobrol soal ini setelah Joan sama Mbak Ugi tunangan." katanya lagi. Selalu berusaha untuk nggak ngasih preasure ke perempuannya itu. "Pas makan bareng sama Mama kemaren beliau ngomong kalau aku sama kamu mau nyusul boleh tapi selesain dulu urusan Mbak Ugi sama Joan. Tahun depan kalo cepatnya."
Mata Yasmin membola. "Mama ngomong begitu?"
"Hehehe iya."
"Ngapain sih Mamaaa ih!"
![](https://img.wattpad.com/cover/363290633-288-k451797.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Romance[COMPLETED] Yasmin melewati struggle hidupnya dari dia diselingkuhi sampai dipecat. Tidak ada yang Yasmin harapkan dalam hidupnya saat ini selain kebahagiaan. Dia hanya ingin menjalani hidupnya dengan nyaman. Ngumpul sama keluarganya, nongkrong sama...