***
Selama menjadi pacar Mario, tidak banyak yang Yasmin tahu perihal pekerjaan Mario. Yang ia tahu laki-lakinya itu bekerja di perusahaan penerbitan buku. Dan dia sangat menyukai pekerjaannya. Tidak pernah Yasmin mendengar keluhnya. Bahkan meski ditimpa banyak kerjaan dan membuatnya harus lembur sampai pagi. Dan Mario mode kerja itu so attractive dan cakepnya nambah. Agak kelihatan senggol bacok juga sih.
"Udah bisa pulang?"
Biasanya kalau nggak ada kerjaan lagi di kantor, Mario mampir ke toko. Tapi sambil tetap buka laptop. Mungkin karena nggak ada yang bisa dikerjain juga. Dan tidak mau menganggu perempuannya baking, merecokin kerjaan Carmelo dan Nadia. Jadinya, dia punya kursi sendiri di sebelah meja kasir. Sebelah Carmelo. Biar anteng di sana sama laptopnya.
"Carmelo sama Nadia udah pulang?"
Dilihatnya toko sudah sepi — tidak menemukan dua anak muda itu lagi. Entah apa yang terjadi sebelumnya. Padahal seingat Mario, Carmelo masih ada di sampingnya dan Nadia tadi turun ke bawah untuk buang sampah.
"Yaaa udah pulang lah. Kamu terlalu fokus sih."
"Duh nggak enak. Pasti mereka tadi pamit tapi akunya nggak denger."
"Udah biasa. Nggak usah merasa nggak enak gitu."
"Hehehehe." Ia cengengesan. "Mau pulang sekarang?"
"Iya. Kamu masih ngapain?"
"Udah kok." Lekas, Mario menutupi laptopnya dan membereskan tas ranselnya yang super besar. Lebih-lebih dari mahasiswa semester 5 yang lagi ngurus magang. "Mau makan dulu atau langsung pulang saja, Kak?"
Setiap dia menggoda dengan sebutan Kakak, Yasmin tidak bisa menahan senyumnya. Padahal setelah dia bangkit dari duduknya itu, Yasmin harus menengadahkan kepalanya sebab dia langsung mengecil di dekat Mario.
"Mau makan tapi dimasakin kamu."
"Sumpah ya." balasnya dengan senyum lebar. "Kamu kenapa suka ngerjain aku sih?" Tangan Mario cepat sampai di pucuk kepala perempuannya itu.
Setelahnya, Yasmin masuk dalam peluknya. "Siapaaa yang ngerjain kamu?"
"Ini nyuruh aku masak. Aku nggak bisa."
"Bisaaa."
"Yaaah bisa tapi nggak sejago kamu."
"Lebih jago kamu dari pada aku."
Langsung didekatnya ke wajah perempuannya — sedikit lagi menempel. Permintaan Yasmin itu membuatnya gemes sendiri. "Mana adaaa????"
"Tapiii aku mau makan masakan kamu. Gimana dong???"
"Yaudaaah deeeh hayooo."
Didekapnya lebih erat lagi perempuannya itu. Sambil diciumnya pucuk kepalanya. Bagian yang paling Mario suka karena rambut Yasmin wangi sekali. Juga halus dan lembut. Selanjutnya ia menjemput tangan sang puan. Ditautkannya jari jemarinya. Digenggamnya erat. Nyamperin Yasmin ke toko. Dan melihatnya mondar-mandir dengan apron di badannya itu. Baking. Hati Mario benar-benar penuh. Dan mengantarnya pulang. Mario bahagia. Dan ia harap, selamanya akan tetap begini. Ia dan Yasmin.
***
Waktu itu — hari di mana mereka bingung mau makan apa dan Mario ngide buat masak di apart Yasmin. Jujur saja dia nggak pernah masakin siapapun karena dia sendiri juga baru bisa masak 2 tahun terakhir, selama sekolah di luar negeri. Tapi hari itu, dia bakal masakin Yasmin. Cukup percaya diri karena yang mau dia masak standar aja nasi goreng. Udah pasti enak lah ya.
"Kamu pasti kaget kalo aku ceritain aku baru bisa masak selama di New York," kata Mario— menengok Yasmin yang duduk di sampingnya sambil menopang dagu. Sudah fokus dari tadi memperhatikan Mario memasak. Matanya mondar-mandir menatap tangan Mario yang mengupas bawang dan wajah tampannya lagi masak. "Sebelum itu aku sama sekali nggak bisa. Bahkan aku nggak tahu masak telor gimana. Mecahin telur juga bingung."
![](https://img.wattpad.com/cover/363290633-288-k451797.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Любовные романы[COMPLETED] Yasmin melewati struggle hidupnya dari dia diselingkuhi sampai dipecat. Tidak ada yang Yasmin harapkan dalam hidupnya saat ini selain kebahagiaan. Dia hanya ingin menjalani hidupnya dengan nyaman. Ngumpul sama keluarganya, nongkrong sama...