(20) Opening.

339 44 6
                                        

***

Seperti apa yang dia bilang tadi malam, Mario benar-benar sudah muncul di toko Yasmin sebelum jam 6 pagi. Perempuan itu pun bangun jauh sebelum Mario mengabarkan akan datang. Suara deru mobil muncul menjadi sapaannya. Yasmin setengah berlari turun. Dibukanya pintu kaca tokonya kemudian folding gate pelan-pelan. Diintipnya ada Mario berdiri di sana dengan perawakan yang cukup mengejutkan Yasmin.

"Did you dye your hair again?"

"Hi, good morning!"

Tadi malam, rambut Mario masih berwarna hitam. Pagi ini sudah berganti jadi warna merah. Yasmin kesulitan menebak antara merah dan orange. Tapi yang jelas di antara kedua warna itu. Mario tidak menjawab. Cuma cengegesan saja sambil menyisir rambutnya dengan jemarinya ke belakang. Dan melangkah mendekat. Soalnya Yasmin masih bengong saja karena masih kaget.

"Kapan ngewarnainnya?"

"Pulang semalam."

"Masih buka emang salonnya?"

"Salon langganan gue. Jadi gue ngerebek aja."

"Masih sempet-sempetnya."

Senyumnya tampil begitu sumringah. "Special for today. For Ruth Zal Bakery. And special for you."

"Thank you kalo gitu. I appreciate it."

Bingung juga Yasmin dilempar gombalan sepagi ini. Bahkan dia masih menggantungkan dirinya di pintu ruko. Belum dibukanya penuh untuk Mario.

"Ini gue boleh masuk nggak?"

"Oh. So sorry." balasnya sambil ketawa.

Pintu ruko itu akhirnya terbuka lebar. Sebentar lagi, Nadia dan Carmelo juga akan datang. Sudah seharusnya memang Yasmin memarkerkan tokonya. Opening akan digelar jam 10 pagi. Sejak kemarin sebenarnya sudah mulai berdatangan karangan bunga untuk tokonya. Yasmin jujur terharu banget. Dari keluarga, Widi dan Naja juga teman-teman di kantornya dulu. Dan datang lagi dari Mario juga keluarganya. Siapa sangka.

"Lo ngirim karangan bunga juga?"

Posisinya itu mereka saling berhadapan. Karena Yasmin juga barusaja membuka pintu dan Mario masuk. Dari balik tubuh besar Mario, ia mengintip ke luar. Sang tuan pun menengok juga.

"Oh. Udah datang?"

"Ngapaiiiiin."

"Yaaaah kenapaaa."

"Nggak usah harusnya. Repot-repot." balasnya lagi. Benar-benar kecil di depan Mario. Ia sampai harus menengadahkan kepalanya tinggi. "Tante Sofia sama Om Bram juga kok ikutan ngirim."

Sekali lagi ditengok Mario, ada juga karangan dari Bunda dan Yanda di sebelah papan karangan bunganya. "Yaaah nggak papa. Bentar lagi paling dari Bang Daren sama Mbak Zoey juga datang."

"Manaaa boleh begitu."

"Kenapa nggak boleh?????"

"Nggak enak." Sudut bibirnya turun.

"Dibilang kalo nggak enak tinggal dimuntahin."

"Mario ih,"

Mario cepat menangkap tangan Yasmin yang siap memukulnya. "Kenapa sih? You deserve it, Yas."

"Too much, Yo."

"Bahkan ini belom ada apa-apanya."

"Gue nanti nggak bisa balas semuanya."

"Nggak ada yang pamrih di sini."

Yasmin bahkan baru bertemu dan mengobrol dengan keluarga Mario satu kali. Tapi bisa-bisanya dia sudah diberikan cinta sebanyak ini. Yasmin tidak berekspetasi openingnya akan disambut banyak orang. Baginya sudah cukup keluarga dan sahabat-sahabatnya. Sekarang, menjadi banyak.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang