(27) Dress.

371 44 7
                                    

***

Rasanya tidak pernah dicintai sebegininya sama seseorang. Yasmin pikir memang sudah takdirnya harus berhadapan dengan laki-laki brengsek semasa dia hidup. Entah kejahatan apa yang dilakukannya di kehidupan sebelumnya. Namun dia tetap percaya — akan ada seseorang yang mencintainya dengan tulus. Meskipun ia terus bertanya kapan itu akan datang. Terbukti kalau dia tetap bertahan dengan Ivan berbulan-bulan. Karena masih percaya, mungkin Ivan adalah orangnya. Walaupun kenyataannya tidak seperti yang selalu ia doakan.

Lantas, apa Yasmin punya ketakutan pada Mario? Dia pun melewati fase yang sama saat bersama mantan-mantannya sebelumnya dulu. Mesra diawal-awal hubungan dan mulai retak di tiga bulan setelahnya. Yang berujung putus. Sekarang, dia dan Mario sudah masuk bulan ketiga.

Lalu, bagaimana dengan hubungannya mereka?

"Kok bunganya doang yang sampe," Kalimat Yasmin jatuh setelah mengambil bunga krisan putih dalam buket yang terbaring di dekat Carmelo yang sibuk ngasir. Berbicara dengan seseorang di sebrang telepon sana. "Orangnya belum kelihatan. Katanya mau mampir ke toko."

Rutinitas Mario mengirim bunga ke toko kuenya terus berlangsung sampai hari ini selama tiga bulan belakang. Sampai toko bunga di ujung komplek itu sudah ganti pemilik. Dia hapal betul hari di mana bunga-bunga di vas di toko kue Yasmin akan mulai layu. Dia sudah siap membelikan yang baru.

"Hehehe. Tiba-tiba ada problem sama orang gudang. Jadi aku berantem dulu."

"Beneran nggak sih?"

Kadang — sampai hari ini juga, Yasmin masih suka kecolongan sama keasbunan Mario. Belum lagi dia anaknya gampang percayaan orangnya.

"Ya nggaklah, Cantik." balasnya. Tidak ketinggalan dengan panggilan kesayangannya untuk itu. "Cuma debat kecil aja. Biasalah biar kelihatan galak di kantor. Hehehe. Aku kelarin dulu kerjaanku ya. Baru ke kamu. Nggak papa?"

Mana pernah Yasmin tidak luluh dengan suara lembut dan halus Mario. Meskipun dia sering ditipu tiga bulan belakang ini karena waktu kerjaan Mario yang nggak punya arah yang jelas. Ketemu klien dadakan, meeting dadakan atau tiba-tiba harus lembur. Tapi dia cukup pengertian soal itu. Sampai hari ini — nggak tahu kalau besok. Soalnya Yasmin sendiri juga cukup riweh dengan toko kuenya yang ramai karena banyak pesanan.

"Iya nggak papa."

"Aku juga masih ada waktu kok kalau mau sekalian lihat gaun."

"Nggak gaun, Yo."

"Apapun itu pokoknya aku bisa. Soalnya nggak ada kerjaan lagi."

"Oke deh mumpung kamu nggak sibuk ya."

"Nggak sibuk???? Kamu yang sibuk."

"Baiklaaah baiklaaah."

"Aku juga mau ke salon. Temenin ya. Hehehe."

"Pantesan nggak ada kerjaan lagi." timpal Yasmin.

Setidaknya dalam tiga bulan ini, Mario sudah mengganti warna rambutnya sebanyak 5 kali. Setelah warna merah waktu itu, dia tiba-tiba pink hair. Yasmin sama sekali nggak dikasih tahu dan kaget. Tapi selalu kelihatan cocok sama dia. And he was so cute. Yasmin kayak punya adik laki-laki sewaktu Mario pink hair. Setelah itu, warna hitam yang bertahan cuma satu minggu dan udah ganti jadi warna biru. He really loves blue. Kayak — biru adalah adalah opsi terakhirnya kalau bingung mau warna apa. Terus sekarang rambutnya berwarna brown. Ikal dan panjang. Super duper berantakan di mata Yasmin tapi — selalu ada tapi. He always looks so cute.

"Cuma mau rapiin aja."

"Yaudah. Aku juga mau potong rambut."

"Coloring aja."

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang