-Part 41-

780 110 16
                                        

Acara pemakamam sudah selesai dilakukan dan Hantae bersama Vion dimakamkan secara berdampingan.

Kepergian suami dan anaknya secara bersamaan juga membuat Sharon hampir gila. Sedari tadi wanita itu terus berteriak memanggil sang suami sehingga dirinya terpaksa dibawa pulang oleh orang suruhan Sunwon.

"Secepat ini Oppa pergi," lirih Lisa menatap makam sang Oppa.

"Rasanya seakan mimpi," gumam Jisoo.

Walaupun hubungan mereka dengan Hantae tidak akrab, tetap saja Hantae itu adalah abang mereka. Sudah pasti mereka merasa cukup sedih diatas pemergian pria itu.

"Semuanya sudah selesai. Mendingan sekarang kita kembali ke rumah sakit," ajak Sean merangkul sang istri.

Akhirnya mereka semua berlalu pergi meninggalkan pemakamam untuk kembali ke rumah sakit.




Sementara itu dirumah sakit, hanya ada sosok Nini yang menjaga Chaeng. Gadis ini memutuskan untuk terus berada disamping Chaeng karena dia takut sesuatu yang buruk terjadi kepada Chaeng walaupun Dokter sudah menjelaskan kalau kondisi Chaeng sudah beransur membaik.

"Eungh," lenguhan itu membuat Nini bergegas bangkit.

"Chaeng," panggil Nini mengelus kepala sang adik.

Perlahan lahan Chaeng membuka matanya. Dia mengerjab berkali kali sebelum pandangannya menjadi jelas.

"Nini," lirihnya dengan pelan.

"Chaeng pasti haus. Ayo minum," Perlahan lahan Nini membantu Chaeng bersandar di headboard kasur lantas dia ikut membantu Chaeng meminum air.

"Dimana Mama sama Papa?" tanya Chaeng setelah selesai minum.

"Mereka lagi di makam,"

"Makam? Siapa yang meninggal?"

"Uncle Hantae sama Vion,"

"Mwoya!? Apa yang terjadi!?"

Tanpa ragu, Nini menceritakan semuanya kepada Chaeng sehingga gadis itu kelihatan kaget.

"I-Ini seakan mimpi," keluh Chaeng seakan tidak percaya.

"Biarkan saja. Lagian Vion pantas mendapatkannya. Gara gara dia, Chaeng kesakitan," balas Nini yang ternyata masih kesal dengan sosok Vion.

"Sudah lah. Jangan berdendam sama V Oppa. Dia juga sudah meninggal. Lagian Chaeng tidak kenapa napa kok," bujuk Chaeng.

Nini mendengus "Chaeng terlalu baik," gerutunya.

Tok tok tok

Ceklekk

Mereka menatap kearah pintu yang sudah terbuka itu.

"Kalian!?" kaget Nini.

"Kamu bilang Chaeyoung dirawat jadi aku kesini deh. Kebetulan juga Chanyeol mau ikut sama aku," jelas Kai, teman kuliah Nini yang berada di jurusan yang sama.

"Chaeyoung, kamu baik baik saja? Aku khawatir banget waktu Kai bilang kamu kembali di tusuk," ujar Chanyeol menatap Chaeng dengan khawatir.

"A-Aku baik baik saja Oppa," sahut Chaeng salah tingkah.

"Syukurlah," balas Chanyeol.

"Tunggu! Bagaimana kalian bisa dekat?" Chaeng menatap Nini dengan Kai dengan tatapan curiga. Matanya bahkan sudah memicing tajam.

"A-Aku sama Nini di jurusan yang sama," gugup Kai.

Chaeng memutar bola matanya dengan malas "Aku tahu kalau Oppa di jurusan yang sama dengan Nini tapi aku tidak tahu kapan kalian dekat. Dan tadi Oppa bilang kalau Oppa menghubungi Nini. Apa itu artinya kalian memang sudah sering telfonan?"

Chanyeol menepuk pundak Kai "Yang sabar ya bro. Sudah gue bilang kalau Jennie ini punya pawang," bisiknya terkekeh kecil.

"Kamu tidak perlu meledek Kai. Kamu juga akan mendapat soalan yang sama," sambar Nini menatap Chanyeol dengan serius "Apa alasan kamu dekatin Chaeng?"

Ah, sekarang giliran Chanyeol yang harus menerima pertanyaan dari pawang gadis yang dia cintai itu.

Ceklekkk

Pintu ruang inap kembali dibuka dan masuklah sosok Lisa bersama yang lain.

Sekarang Chanyeol dan Kai sudah menelan ludah mereka dengan kasar. Astaga, kenapa semua pawang gadis mereka itu berkumpul bersama?

"Anak Mama sudah sadar hurm. Bagaimana kondisi kamu?" tanya Lisa mengelus kepala Chaeng.

"Chaeng baik baik saja Ma," sahut Chaeng.

"Ngapain kamu kesini lagi?" Sean melontarkan pertanyaan kepada Chanyeol.

"Aku ingin membesuk Chaeyoung," sahut Chanyeol berusaha tenang.

"Dan kamu siapa?" Sean beralih bertanya kepada Kai.

"Papa, dia itu pacarnya Nini," sambar Chaeng memanaskan suasana.

"Nde!?" sudah pasti ini adalah teriakan Haein yang kaget.

"Yang benar!? Kamu benaran pacar anak saya!?" tanya Haein menatap Kai dengan tatapan yang sulit diartikan.

"T-Tidak Uncle," sahut Kai gugup.

"Terus apa? Kamu ingin mempermainkan hati anak saya hah!?"

Dengan buru buru Kai menggeleng "Aku tidak ingin mempermainkan hati Jennie. Aku memang mencintai anak Uncle tapi aku butuh izin dari Uncle sama Aunty untuk menjadikan Jennie sebagai pacar aku," jelasnya dengan serius.

"Siapa nama kamu?" tanya Haein.

"Uncle bisa memanggil aku, Kai,"

"Kalau kamu serius sama Jennie, bawa orang tua kamu ketemu saya! Kalian langsung saja menikah! Tidak ada kata pacaran!"

"Nde!? Daddy jangan bercanda ya!" sambar Nini dengan kaget.

"Daddy serius. Daddy tidak ingin anak gadis Daddy mempunyai hubungan pacaran yang tidak jelas itu. Kalau suka, langsung saja menikah!" tegas Haein.

"Eonnie diam saja?" bisik Lisa menatap Jisoo disampingnya.

"Biarkan saja deh. Tuh cowok juga kelihatan baik," balas Jisoo ikutan berbisik.

Lisa mengangguk setuju "Iya juga si. Calon menantu aku juga baik tuh,"

"Eonnie yakin Haein bakalan selidiki background Kai walaupun Haein kelihatan buru buru ingin mereka menikah,"

"Asal Eonnie tahu, Sean juga sudah menyelidiki soal Chanyeol. Ternyata Chanyeol memang anak yang baik makanya Sean tidak masalah dengan hubungan Chanyeol sama Chaeng walaupun Sean kelihatan judes kepada Chanyeol,"

Ah, kedua ibu ini malah santuy banget ya. Lagian mereka juga memang membiarkan suami mereka saja si yang menguruskan semuanya.

Prinsip mereka itu hanya satu.

Biarkan kepala keluarga yang menguruskan masalah sepele itu sendirian. 

Sementara itu, Min-Ha dan Sunwon pula memutuskan untuk tidak ikut campur karena mereka yakin Sean dan Haein mampu membuat keputusan yang tepat untuk Chaeng dan Nini.






Jisoo sama Lisa emang type emak emak santuy😎👍


Tekan
   👇

Puzzle Pieces✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang