Waktu sudah menunjukkan pukul 1 petang dan Lisa akhirnya terpaksa menyelesaikan pekerjaannya karena dia harus segera membawa sang anak untuk makan siang.
"Pantesan diam" gumam Lisa ketika melihat sang anak yang ternyata sudah tertidur disofa dengan memeluk boneka tupai kesayangannya itu.
Perlahan lahan Lisa berjongkok didepan sang anak. Tangannya terulur untuk mengelus pipi Chaeng yang semakin hari semakin gembul.
"Uyyu mulu, pantesan gembul" gumamnya terkekeh kecil.
"Chaeng, bangun" Lisa akhirnya membangunkan sang anak.
"Eungh Mama~" rengek Chaeng.
Deg
Badan Lisa menegang. Apa anaknya itu baru saja memanggilnya Mama?
"C-Chaeng?" Gugup Lisa.
Chaeng akhirnya membuka matanya "Eh Aunty Lica"
Raut wajah Lisa berubah menjadi kecewa ketika mendengar panggilan dari sang anak "Kamu mimpi apa?"
Chaeng menatap Lisa dengan polos "Mimpi?"
"Mimpi itu sesuatu yang dialami oleh seseorang ketika tidur. Sama seperti Chaeng tadi. Apa Chaeng ada melihat apa apa ketika tidur?"
Chaeng mengangguk "Eung! Tadi Chaeng mimpi Mama tama Papa"
"Mama sama Papa?" Bingung Lisa.
"Di mimpi itu, Chaeng beltemu catu cewek tama catu cowok. Meleka bilang kalau meleka Mama tama Papa Chaeng. Tapi Chaeng tidak bica melihat wajah meleka. Tapi cewek itu kelihatan cepelti Aunty Lica" bingung Chaeng yang menjelaskan semuanya dengan polos.
"Apa Chaeng tahu apa itu Mama sama Papa?" Tanya Lisa mengusap keringat didahi sang anak.
Chaeng kembali menggeleng "Memangnya Mama tama Papa itu apa?"
"Mama sama Papa adalah orang tua yang dipanggil oleh setiap anak. Sama seperti Aunty Ji dan Uncle Hae. Aunty Ji itu Mama kepada Nini begitu juga dengan Uncle Hae yang menjadi Papa kepada Nini"
"Tapi kenapa Nini memanggil meleka Mommy tama Daddy?"
"Banyak loh panggilan untuk orang tua. Ada yang memanggil Mama Papa, ada juga yang memanggil Mommy Daddy"
Chaeng menunduk sedih "Tapi Chaeng tidak punya Mama tama Papa" lirihnya.
Lisa kembali menelan ludahnya dengan kasar. Apa sekarang saat yang tepat untuk dia jujur kepada sang anak? Tapi bagaimana kalau Chaeng tidak menerima dirinya?
Hah~
Sepertinya sekarang saat yang tepat untuk dia membuang ego nya.
"Chaeng, coba lihat saya" arah Lisa.
Chaeng akhirnya mendongak menatap Lisa dengan matanya yang sudah berkaca kaca.
"Chaeng jangan sedih. Chaeng punya Aunty Lisa bukan?" Bujuk Lisa.
Chaeng menggeleng "Tapi Aunty Lica bukan Mama"
"Kata siapa? Aunty ini Mama Chaeng"
Chaeng mengerjab bingung "Mama?"
Lisa tersenyum tipis "Iya, Aunty ialah Mama Chaeng"
"Holeyyy Chaeng punya Mama!" Teriak Chaeng yang langsung memeluk leher Lisa dengan erat.
Lisa tersenyum dengan setetes air matanya yang sudah mengalir keluar.
Tanpa mereka sedari, ada sosok yang memantau segalanya melalui cctv tersembunyi yang terpasang didalam ruangan itu.
*
*Sejak Lisa membiarkan dirinya memanggilnya Mama, Chaeng terus saja menempeli Lisa bahkan dia tidak ingin berganjak turun dari gendongan Mama nya itu.
Sekarang mereka juga sudah memasuki sebuah restaurant untuk menikmati makan siang mereka. Namun kali ini Lisa juga akan membawa anaknya untuk bertemu sahabatnya.
"Irene Eonnie" sapa Lisa.
"Lisa-ya, akhirnya kamu sampai. Ayo duduk" antuasis Irene.
Lisa berganjak duduk dibangku dengan sosok Chaeng yang duduk diatas pangkuannya.
"Halo Chaeng. Apa Chaeng lupa sama Aunty? Dulu Aunty sering ke mansion kamu loh" ujar Irene.
Chaeng mengerjab bingung karena dia tidak mengenali sosok wanita cantik didepannya itu.
"Tidak mungkin Chaeng ingat. Waktu itu juga dia masih 2 tahun" sambar Lisa.
Irene terkekeh kecil "Chaeng, ini anak Aunty. Namanya Yerim"
Chaeng menatap anak kecil yang berada disamping Irene itu. Anak kecil itu juga menatap kearah Chaeng dengan polos. Secara tiba tiba Chaeng menenggelamkan mukanya diceruk leher Lisa.
"Kenapa?" Tanya Lisa.
"Chaeng malu" cicit Chaeng dengan pelan namun mereka masih bisa mendengarkannya.
"Jangan malu Chaeng. Yerim ini seumuran sama Chaeng loh" ujar Irene "Nak, itu Chaeng. Kamu kenalan sama dia ya" lanjutnya kepada sang anak.
"Halo Chaeng. Aku Yelim" sapa Yerim dengan antuasis.
"H-Halo Yelim" balas Chaeng malu malu.
Lisa dan Irene terkekeh kecil ketika melihat interaksi kedua anak mereka itu.
"Chaeng duduk disini ya" Lisa mendudukkan Chaeng dibangku kosong disampingnya.
Setelah memastikan Chaeng yang sudah nyaman bersama teman barunya itu, Lisa akhirnya bisa bernafas lega.
"Maaf ya karena sudah merepotkan Eonnie" ujar Lisa merasa tidak enak.
"Eonnie malah senang karena kamu mengajak Eonnie ketemuan. Lagian Eonnie juga sudah lama tidak bertemu Chaeng" balas Irene.
"Ngomong ngomong, Chaeng sudah tahu soal identitas kamu?" Tanya Irene dengan pelan.
Lisa mengangguk "Chaeng masih belum mengerti apa apa si. Hanya saja ketika aku bilang aku adalah Mama nya, dia langsung senang"
"Baguslah. Kamu juga tidak bisa terus mengabaikan Chaeng. Dia anak kandung kamu sendiri"
"Aku tidak pernah mengabaikan Chaeng. Selama ini aku memantau semuanya melalui Bibi. Aku tahu jam berapa dia tidur. Aku tahu apa yang dia suka dan aku tahu semuanya tentang dia. Hanya saja aku takut untuk menyayangi dia"
"Apa yang kamu takutkan Li? Dia anak kamu sendiri"
"Orang yang aku sayang malah pergi meninggalkan aku Eon. Aku takut kalau aku menyayangi Chaeng, dia juga akan pergi meninggalkan aku"
"Lisa-ya, jangan terlalu overthinking. Sean pergi gara gara takdir. Kamu tidak boleh menghalang takdir. Dan kepergian Sean digantikan dengan kehadiran Chaeng bukan? Seharusnya kamu menikmati waktu berharga kamu bersama Chaeng sebelum Chaeng membesar dan nanti akan ada benteng diantara kalian" nasihat Irene.
Lisa mengangguk singkat "Arrasso" sahutnya dengan tatapan yang tertuju kearah Chaeng yang terus berbicara sama sosok Yerim.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Pieces✅
FanfictionKepingan dihati yang dulunya kosong akhirnya kembali penuh dengan kehadiran sosok sang anak yang dulunya tidak diinginkan. Ini kisah Lalisa, seorang CEO muda yang menjadi Mama kepada Chaeyoung, bocah yang menggemaskan. "Aunty kenapa malah malah mul...