-Part 44-✅

721 110 38
                                    

Tepat jam 7.15 menit malam, Chaeng terbangun dari tidurnya gara gara perutnya yang memberontak meminta makanan.

Dengan meninggalkan Nini yang masih tidur, Chaeng berganjak keluar dari kamar untuk mencari keberadaan sang Aunty.

Tidak butuh waktu yang lama, dia menemukan Jisoo yang kelihatan sibuk memasak di dapur.

"Aunty Chu" panggilnya.

"Chaeng? Kok sudah bangun?" tanya Jisoo.

"Chaeng lapar" adunya.

Jisoo terkekeh kecil. Sudah terbiasa si sama tingkah ponakan kesayangannya itu.

"Sebentar ya. Aunty lagi siapin makan malam. Nanti kita makan malam sama Nini"

"Memangnya Uncle Haein kemana?"

"Ke Jeju. Ada pekerjaan disana yang belum selesai"

Chaeng mengangguk faham "Aunty masak yang banyak ya. Perut Chaeng sudah memberontak nih"

"Iya. Ini sudah banyak kok"

Chaeng tersenyum "Aunty the best!"

"Mendingan sekarang kamu bangunkan Nini. Kita bisa makan malam sekarang"

"Siap!" dengan segera Chaeng berlari ke kamar sepupunya itu.

"Nini, bangun" panggil Chaeng mengguncangkan badan Nini dengan pelan.

"Eungh. Nini masih ngantuk" rengek Nini.

"Lanjut tidurnya nanti saja. Sekarang kita harus makan malam duluan. Perut Chaeng sudah butuh makanan nih"

"Gendong" pinta Nini merentangkan kedua tangannya.

Tanpa protes, Chaeng langsung menggendong Nini ala koala lalu kakinya melangkah keluar dari kamar itu.

"Perut Nini masih sakit?" tanya Jisoo setelah Chaeng mendudukkan Nini diatas bangku dimeja makan.

"Sudah tidak sakit Mom" sahut Nini.

"Terus kenapa digendong sama Chaeng?"

"Lagi malas jalan"

Jisoo hanya menggeleng dengan tingkah sang anak.

"Chaeng-ah. Kamu jangan terlalu memanjakan Nini. Nini juga lebih tua dari kamu tuh. Seharusnya kamu yang manja sama dia" ujar Jisoo.

"Tidak apa apa Aunty. Chaeng suka Nini manja sama Chaeng" sahut Chaeng.

"Tuh, Mommy dengar bukan? Chaeng saja tidak masalah" sambar Nini.

"Terus bagaimana kalau kamu menikah nanti? Masa kamu mau manja sama Chaeng lagi?" tanya Jisoo.

"Mommy ishh! Nini belum siap untuk nikah ya" dumel Nini.

"Bagaimana sama Kai?"

"Ya kita pacaran saja dulu. Tapi Nini memang belum siap untuk menikah. Umur Nini juga masih muda. Masih banyak hal yang ingin Nini lakukan bersama Chaeng"

Jisoo mengangguk faham "Baiklah, nanti Mommy ngomong sama Daddy"

Jika keduanya sibuk mengobrol, Chaeng pula sudah pasti sibuk memakan berbagai jenis makanan yang terhidang didepannya. Mulutnya yang penuh itu membuat pipi gembulnya semakin menggembung dengan lucu sehingga dirinya tidak mampu mengeluarkan suara.

*
*

Dimansion yang lain, terlihatlah Sean dan Lisa yang kelihatan bersantai diruang tamu mansion.

Mereka baru saja selesai menikmati makan malam dan sekarang saatnya untuk mereka menikmati waktu berdua tanpa rusuhan dari anak kesayangan mereka itu.

"Tidak terasa waktu berjalan dengan begitu pantas ya" ujar Sean memecahkan keheningan.

"Sekarang mansion ini terasa sepi sejak Chaeng semakin berganjak dewasa" keluh Lisa.

"Lagian kamu tuh tidak ingin punya anak kedua"

"Oppa lupa kalau dulu Chaeng nangis pas kita bilang kalau kita akan memberinya adik? Dia bahkan demam selama 3 hari gara gara itu"

Sean mengangguk singkat "Iya juga ya. Ada ada saja kelakuan si bontot itu"

"Ngomong soal aku huh?" sambar Chaeng yang berjalan memasuki mansion.

"Loh, kok sudah pulang? Bukannya kamu bakalan menginap dimansion Aunty kamu? Siapa yang menghantar kamu pulang?" bingung Lisa.

"Nini sudah tidak sakit si jadi Chaeng memutuskan untuk pulang saja deh. Tadi juga Chaeng dihantar pulang sama supir Aunty Jisoo" jelas Chaeng berganjak duduk ditengah kedua orang tuanya itu.

"Malah nyempil nih anak" dumel Sean.

"Papa jangan iri dong" balas Chaeng beralih memeluk Lisa dengan manja.

"Anak Mama lagi mau manja sama Mama hurm?" tanya Lisa mengelus kepala sang anak.

"Sudah lama Chaeng tidak manja sama Mama. Andai saja Chaeng bisa mengembalikan waktu, Chaeng ingin kembali ke masa lalu agar Chaeng bisa terus bermanja sama Mama" ujar Chaeng.

"Anak Papa ini kenapa tiba tiba sedih seperti ini hurm?" tanya Sean mengelus kepala Chaeng.

"Tadi sebelum pulang kesini, Chaeng mampir ke mansion Aunty Sharon duluan si. Kasian sama Aunty Sharon. Dia masih saja sedih" jelas Chaeng.

"Jadi Chaeng ikutan sedih?" tanya Sean.

Chaeng mengangguk "Tidak dapat Chaeng bayangkan kalau Chaeng yang berada di posisi Aunty Sharon. Chaeng tidak sanggup kehilangan orang orang yang Chaeng sayang. Mama sama Papa jangan tinggalin Chaeng ya"

Sean dan Lisa tersenyum lantas keduanya memeluk Chaeng dengan erat "Chaeng, terima kasih ya karena sudah hadir dalam kehidupan Papa sama Mama. Kehadiran Chaeng adalah harta yang cukup berharga untuk kita" ujar Sean.

"Mama sama Papa juga ingin minta maaf kalau kita masih belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk Chaeng" lanjut Lisa.

"Aniyo" sangkal Chaeng dengan cepat "Kalian sudah menjadi orang tua yang baik. Chaeng sayang banget sama kalian"

"Kita juga sayang sama Chaeng" kompak Lisa dan Sean.

Hah~

Walaupun mereka hidup dengan harta yang banyak, mereka sadar kalau harta itu tidak mampu membahagiakan mereka karena bahagia itu datang dari orang yang mereka sayang dan kebahagiaan itu harus dicari untuk melengkapi kepingan puzzle kehidupan.










The End✅

Yeayyy tamat! Ucapkan selamat tinggal kepada Puzzle Pieces 🥳

Akhirnya cerita ini berjaya aku tamatkan🤧

Terima kasih buat kalian yang masih bertahan sama cerita ini sehingga akhir❤️
Maafin aku kalau ada kata kata aku yang mungkin menyakiti kalian🤝

Ketemu di cerita yang lain ya.
Bye bye🏃

Tekan
   👇

Puzzle Pieces✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang