-Part 2-

1.3K 175 39
                                    

Kini meja makan sudah dipenuhi oleh makanan dan sudah pasti ianya disiapkan oleh Lisa tapi jangan salah faham, semua makanan itu dibeli oleh Lisa karena Lisa memang tidak terlalu pintar memasak.

"Kamu masak Li?" Tanya Jisoo tersenyum menggoda.

Lisa mendengus "Eonnie juga tahu aku tidak bisa memasak. Selama ini juga Bibi yang memasak"

"Terus sekarang Bibi sudah tidak ada. Bagaimana sama Chaeng? Chaeng makan apa kalau kamu tidak bisa memasak? Nanti Chaeng kurus dong" dumel Jisoo diakhir.

Lisa memutar bola matanya dengan malas "Tidak mungkin dia kurus. Aku sering memberi dia uyyu"

"Chaeng tidak pelnah minum uyyu dali Aunty Lica. Celama ini uga Chaeng minum uyyu dali Bibi" timpal Chaeng dengan polos membuat Jisoo ngakak sementara Lisa sudah menelan ludahnya dengan kasar.

"Memangnya Aunty Lisa tidak pernah memberikan uyyu untuk Chaeng?" Tanya Jisoo dengan jahil.

Chaeng menggeleng "Tidak pelnah. Aunty Lica uga cibuk. Waktu Chaeng bangun tidul, Aunty Lica cudah pelgi kelja. Waktu malam uga Aunty Lica pulang cetelah Chaeng tidul"

Jisoo sontak menatap sang adik "Eonnie sudah bilang sama kamu, jangan terlalu sibuk Li"

"Perusahan akhir akhir ini ada masalah Eon. Aku harus memantau perusahan" balas Lisa membela dirinya.

"Tidak perlu dipantau. Perusahan kamu tidak akan kabur" balas Jisoo santai.

Lisa mendengus "Aku akan berangkat sekarang"

"Terus bagaimana sama Chaeng?" Tanya Jisoo.

"Eonnie saja yang menjaga dia sebelum aku menemukan babysitter yang baru" sahut Lisa.

"Tidak tidak" balas Jisoo dengan cepat "Keluarga Eonnie akan ke Busan selama satu minggu. Gara gara itu juga Nini libur dari sekolah" lanjutnya.

"Terus sekarang bagaimana Eon? Mencari babysitter itu tidak gampang" keluh Lisa.

"Kamu bawa saja Chaeng ke perusahan. Dia tidak nakal kok"

"Mwoya!? Kenapa harus aku yang mengurus dia!?" Balas Lisa tidak terima.

"Karena dia anak-"

Belum sempat Jisoo menjawab, Lisa langsung saja membekap mulutnya.

"Eonnie" tegur Lisa menggeleng.

Jisoo menghela nafasnya dengan kasar "Sampai kapan kamu ingin menyembunyikan kenyataannya? Apa kamu ingin dia membenci kamu duluan? Jangan sampai suatu hari nanti dia benci kamu karena berfikir kamu membuang dirinya"

Lisa hanya bisa bungkam. Andai bisa, dia ingin jujur kepada Chaeng namun dia takut. Dia takut Chaeng tidak bisa menerima dirinya sebagai seorang Mama.

Lisa juga sedikit trauma setelah kematian Sean. Dia fikir semuanya adalah salahnya. Dia takut kalau dia menyayangi seseorang, orang itu akan pergi meninggalkan dirinya seperti Sean yang sudah pergi meninggalkannya.

"Nini, ayo pamitan sama Chaeng" suara Jisoo kembali memecahkan keheningan.

"Chaeng, Nini harus pergi. Nini akan kerumah Oma sama Opa Nini. Chaeng disini baik baik saja sama Aunty Lisa ya" ujar Nini mengelus kepala Chaeng.

"Apa Nini pelgi lama?" Tanya Chaeng sedih.

"Nini hanya pergi seminggu kok. Nanti Nini belikan oleh oleh untuk Chaeng" bujuk Nini.

"Allacco Nini" sahut Chaeng patuh.

"Chaeng jangan nakal nakal ya. Chaeng harus patuh sama Aunty Lisa. Jangan bikin Aunty Lisa marah" nasihat Jisoo.

"Otey Aunty Ji" sahut Chaeng.

Jisoo melemparkan senyumannya sebelum berganjak pergi dengan menggendong Nini.

Kini, hanya suasana hening yang menyelimuti mansion.

Chaeng kembali fokus memakan sarapannya sementara Lisa hanya melamun.

Tukk

Namun lamunan Lisa buyar ketika ada sesuatu yang seakan menampar hidungnya.

"Eh, ayamnya telbang" polos Chaeng.

Dahi Lisa mengernyit. Bagaimana bisa ayam yang berada dipiring Chaeng terbang sehingga mengenai hidungnya?

"Maaf Aunty. Chaeng tidak tengaja" ujar Chaeng menunduk takut ketika Lisa menatapnya dengan datar.

"Bagaimana ayam ini bisa terbang?" Tanya Lisa datar.

Chaeng menatap Lisa dengan polos "Mungkin ayamnya macih hidup"

Lisa memijit pelipisnya. Anaknya itu pintar sekali membuat alasan.

"Persis seperti Papa nya" batin Lisa menahan senyumannya.

Chaeng berganjak turun dari bangku dengan kesulitan lantas kaki mungilnya berjalan menghampiri Lisa "Aunty" panggilnya mendongak.

Lisa yang bingung sontak menunduk didepan wajah anaknya itu.

Secara tiba tiba, tangan mungil Chaeng mengelus hidung Lisa "Apa hidung Aunty cakit? Maafin Chaeng ya. Chaeng tidak tengaja"

Hati Lisa menghangat. Mati matian dia menahan bibirnya daripada menampilkan senyumannya.

Dia berdehem kecil "Sudah, saya tidak apa apa. Kembali ke bangku kamu terus habisin makanan kamu!" Arahnya dengan tegas.

Namun Chaeng hanya menunduk karena dia berfikir kalau Lisa sedang marah.

"Hiks huaaaa maafin Chaeng. Hiks Chaeng tidak tengaja" akhirnya suara tangisan Chaeng memenuhi mansion membuat Lisa panik.

"H-Hey, jangan menangis"

Ayolah, Lisa tidak tahu caranya untuk membujuk anak kecil. Dia bingung nih.

"Sudah, jangan menangis lagi" Lisa menggendong Chaeng lantas dia mendudukkan bocah itu diatas meja makan didepannya sehingga kaki Chaeng sudah berpijak dipangkuannya.

"Hiks Aunty Lica tidak malah?" Tanya Chaeng sesenggukan.

"Iya, saya tidak marah" balas Lisa.

Cup

Badan Lisa sontak menegang ketika Chaeng tiba tiba saja mengecup hidungnya itu.

"Telima kacih Aunty" ujar Chaeng beralih memeluk leher Lisa.

Nafas Lisa sudah memburu. Pelukan yang diberikan oleh Chaeng membuat dirinya terasa nyaman bahkan pelukan itu terasa hangat persis seperti pelukan yang sering dia dapatkan dari sang suami.

"Chaeng, maaf" batin Lisa dengan mata yang sudah berkaca kaca.






Tekan
   👇

Puzzle Pieces✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang