05 - Dekat tak berencana

20 2 0
                                    

Seperti biasa!

@_fyanxaa.wp

Follow ig ku ya!!

Bantu support untuk cerita ini dan cerita yang lainnya juga. Makasih banyak!!

-----------------------------------

"Aduh! Gawat!" Lelaki dengan stelan hoodie biru itu berlari tergesa-gesa menyusuri trotoar jalan mengejar jadwal bus yang sudah lewat dua menit. Rambutnya acak-acakan belum di sisir, hoodie nya juga tak rapi. Bahkan tali hoodie itu panjangnya senjang. Ia berlari blak-blakan tak peduli berapa kali ia hampir jatuh tersandung bebatuan kecil di jalanan.

"Pak! Tunggu pak!" Teriaknya terus melewati halte karna bus baru saja berangkat. Cowok itu berlari mengetuk-ngetuk bus berwarna hijau putih itu. Beruntung supirnya melihat Jidan dari spion lalu berhenti. Cowok itu berhasil naik, berdempetan didalam bus karna banyaknya penumpang pagi itu. Beragam isi bus itu, mulai dari remaja berseragam SMA, stelan kantor, juga mahasiswa sepertinya.

Jidan tak mendapatkan kursi, ia harus berdiri sampai halte tujuannya. Hingga lima belas menit ia berdiri didalam bus itu, akhirnya sampai di pemberhentian didekat kampusnya. Cowok itu turun dengan tas ransel hitam kesayangannya. Beberapa langkah keluar dari bus, dan bus itu juga lanjut berangkat ke halte berikutnya. Saat itu juga, dia sadar sesuatu. Tas nya terbuka, seketika wajah Jidan langsung panik bukan main.

Bergegas ia melepas tali tas itu dari punggungnya, dan mengecek. Wajahnya sangat terkejut mendapati laptopnya sudah tak ada disana. Sekujur tubuhnya panik, seketika ia kehilangan akal untuk berpikir jernih. Nafasnya memburu sembari terus berulang-ulang mengecek sisi lain tas nya. Namun tetap tak ada, cowok itu lalu berdiri mondar mandir setelah mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk menelpon.

 Namun tetap tak ada, cowok itu lalu berdiri mondar mandir setelah mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk menelpon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rel!!" Teriaknya cepat dengan sangat keras saat telepon itu baru saja diangkat oleh si penerima.

"Ji? Kenapa lo? Kok ngos-ngosan gitu?"

"Gue di copet! Gue di copet Rel! Laptop gue dicuri!" Sentaknya dengan nafas memburu. Wajahnya ingin menangis, ya dia seperti sudah merengek tanpa air mata. Gerak nya linglung kesana-kemari di sekitaran halte itu.

"Hah?! Kok bisa? Gimana ceritanya? Trus sekarang lo dimana? Lo ga kenapa-napa kan?"

"Gue gapapa, cuma laptop yang hilang. Gue lagi di depan kampus, ini gimana?! Itu laptop sebelas juta, Rel!! Gue harus cari duit kemana?!"

"Gini gini... Sekarang lo ke kantor polisi, trus lapor kemalingan! Lo ada inget siapa aja yang ada di deket lo pas di bus? Atau nomor plat bus nya? Warnanya? Bilang semua yang lo inget ke polisi!"

Jidan menyimak dengan seksama. Ia kembali menyandang sebelah tas ranselnya, dan berlari di trotoar jalan. "Nanti gue kabarin lagi!" Serunya pada telfon dan langsung mematikan sambungan dengan Darrel. Cowok itu menambah kecepatan larinya saat ponsel di tangannya telah disimpan kembali ke dalam saku celana depannya.

Ruang Kelana [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang