22 - Rencana

9 1 0
                                    

Halo lagi semuanya!!

Ayo ramaikan konten-konten aku di aplikasi tiktok!!

Untuk info juga kalian bisa ikuti akun Instagram ku!!

@_fyanxaa.wp

------------------------------------

Darrel memasuki sebuah cafe, cowok itu berjalan santai menuju bar sembari memandangi sekeliling nya. Kedua tangannya bersembunyi didalam kantong celananya, stelan kaos putih lengan pendek dengan celana jeans abu-abu itu membuatnya terlihat seperti anak Jakarta pada umumnya. Tampaknya juga tak akan ada yang mengira dirinya hanya seorang tukang ikan dari sebuah desa di Bandung. Semua tersamarkan, juga wajahnya yang dinilai tampan sangat tak menggambarkan orang desa.

Tubuhnya yang tinggi dengan otot di lengannya akibat pekerjaannya sebagai pengangkut ikan, juga selera gayanya yang bagus, membuat Darrel juga terlihat seperti model.

Tubuhnya yang tinggi dengan otot di lengannya akibat pekerjaannya sebagai pengangkut ikan, juga selera gayanya yang bagus, membuat Darrel juga terlihat seperti model

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya sedikit melebar saat melihat Jidan di meja barista, alisnya terangkat untuk menyapa, namun temannya itu tengah sibuk. Darrel melewati sebuah meja ditengah cafe yang diduduki oleh seorang gadis seumuran nya. Tanpa melirik siapa pun, langkahnya bergerak lurus menghampiri Jidan. "Ji" sapanya setelah itu.

Tak hanya Jidan yang menoleh, tetapi Bimo juga. Dengan ekspresi yang sama keduanya terlebih dahulu memasang wajah bingung, lalu Jidan tersenyum mengangkat alisnya juga. Sementara Bimo, memantapkan pandangannya sembari menatap dari bawah keatas memperhatikan tamu baru mereka itu. Darrel sedikit keheranan meliht tingkah Bimo, lagi-lagi pria dua puluh empat tahun itu menghadap pada Jidan dengan wajah intimidasi nya.

"Ini temen lo juga?" Tanya nya dengan nada tak santai.

"I...ya... Kenapa?" Heran Jidan.

Bimo berbalik menghadap depan, menebar senyum pada Darrel sebelum pertanyaan yang ia lontarkan. "Lo... Eh, sorry... Kenalan dulu, gue Bimo... Seniornya Jidan di sini" sembari mengulurkan tangan. Darrel menjabat tangan cowok itu, dengan senyum tipis yang masih sedikit keheranan. "Panggil aja Darrel" sambutnya dengan ramah.

"Lo pasti anak orang kaya!" Tebaknya yang sudah tentu salah. Darrel sedikit syok mendengar tuturan itu, tak pernah ia menyangka seseorang akan berasumsi tentangnya sejauh itu. "Bukan!" Bantah nya menggeleng cepat. Bimo dengan wajah santainya, berjalan keluar dari bar dan mulai menghampiri Darrel yang berada di barisan pelanggan. Ia melingkar tangannya di pundak Darrel dengan senyum manisnya itu.

"Ni bocah... Walau tampang nya kek begini... Temennya bahaya-bahaya semua woy... Pertama Fara, trus Zila, lo juga kan pasti?" Terangnya yang mula-mula menunjuk Jidan lalu menggeser jari telunjuknya pada Darrel.

"Bukan... Gue temennya dari Bandung, mau liburan bentar disini" jawabnya masih dengan wajah bingung. Bimo lalu melepas rangkulannya, dan sedikit berjarak dari Darrel. "Salah lagi gue" gumamnya pelan kala berjalan kembali masuk kedalam bar. Wajahnya sedikit memberengut, juga merasa malu.

Ruang Kelana [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang