Halo semuanya, jangan lupa makan, sehat selalu, bantu vote yaa‼️
--------------------------------------
"Laporannya sudah diterima media pak, harusnya semua aman sekarang. Tapi, kalo anak itu beneran di sidang-"
"Enggak, kita gak punya bukti. Galan juga bilang tu anak mainnya rapi jadi gak ada bukti apapun. Bilang ke publik kalo ini bakal selesai secara kekeluargaan dan tanpa campur tangan kejaksaan"
"Baik, pak"
"Juga, kalo yang namanya Jidan itu udah ketemu. Bawa ke saya, tiga ratus lima puluh miliar itu gak sedikit!"
"Iya, pak"
Obrolan singkat itu berakhir, Hanan kembali keluar dari ruang sekretaris nya itu. Mengetahui semua membaik, pria itu menarik nafas lega walau tak begitu memuaskan dan masih sedikit debaran tak tenang didadanya.
Disisi lain, di ruangan yang jauh di gedung besar perusahaan itu. Galan dengan istri bos-nya itu tengah sibuk memantau media berita.
"Kasusnya jadi besar, buk. Dia anak UI, jadi langsung pada heboh. Ini gimana? Gimana cara buat dia jadi benar-benar bersalah?" Panik Galan dengan kaki bergetar. Pria itu berdiri mondar mandir dihadapan televisi di ruangan itu. Jelas terlihat seluruh kota Jakarta saat ia menoleh ke samping menghadap lebarnya tembok yang semuanya terbuat dari kaca.
Bahkan stasiun televisi pun ikut mengungkit masalah itu. Galan semakin panik, Agina yang kala itu adalah direktur keuangan perusahaan itu tak kalah panik. Terlebih jika ia terungkap, Hanan tak mungkin menerimanya lagi. Kemungkinan-kemungkinan buruk yang ada dipikirannya seolah benar-benar akan terjadi.
Untuk memberantas pikiran buruk tersebut, ia berdiri. Mematikan televisi dengan remot kala beranjak dari sofa yang tengah ia duduki di ruangan itu. "Buk, ibuk gak bisa kabur gitu aja. Kita berdua yang mulai dari awal, mau lari kemana pun, ibuk bakal tetap kena" ketus Galan berniat mengingatkan wanita itu. Langkah Agina menjadi tersendat, kala berbalik dengan wajah murkanya yang sudah muak dengan Galan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kelana [ SUDAH TERBIT ]
Teen Fiction"kita ini apa?" Tanya cowok itu. Akan tetapi tak pernah tau jawabannya. Fara diora zevanya, seorang mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta. Gadis tanpa tujuan hidup itu selalu ragu dengan apa arti rasa, hingga berkelana kesana kemari mencari...