26 - Pantai

4 1 0
                                    

Halo semuanya, bantu vote dongg!!

IG: _fyanxaa.wp

Jan bosan ya liat nama ig mulu, soalnya bingung mau opening nya nulis apa lagi ini wkwk

------------------------------------

Bimo terbangun saat tak sengaja tangan Darrel menggeplak wajahnya. Dengan terkejut ia bangkit dari posisi terlentang yang aneh itu. Cowok itu menggaruk-garuk kepalanya dengan separuh mata terbuka, lehernya serasa akan patah saking pegalnya. Hal pertama yang ia lihat adalah sesuatu yang benar-benar membuat matanya langsung melek.

Nessa duduk di sofa kamar utama itu, terlihat sedang membaca buku pembelajarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nessa duduk di sofa kamar utama itu, terlihat sedang membaca buku pembelajarannya. Saat Bimo bangkit dan terduduk di pinggir kasur, gadis itu menyadari pergerakan Bimo dan reflek menoleh. Bimo dengan wajah segar langsung mengulas senyum manisnya, begitupun Nessa. Dimatanya, Bimo tetap tampan, walau dengan rambut yang acak-acakan dan baju kaos yang luruh itu.

Bimo menyingkirkan kaki Darrel yang melintang di atas pahanya, lalu beranjak dari kasur itu hendak menghampiri Nessa. Langkahnya sangat lunglai hingga oleng kesana-kemari. "Bim, hati-hati" gumam cewek itu kala Bimo semakin dekat kearahnya. Cowok itu menghempaskan tubuhnya nya ke sofa, ia menoleh sebentar pada Nessa dengan senyum manisnya saat mata berat itu terkulai layu, sebelum akhirnya cowok itu kembali memejamkan matanya kala perlahan tubuhnya rebah kembali di atas paha Nessa.

"Bim..." Serunya sembari tersenyum. Debaran jantung tak bisa ia elak kan. Wajahnya tak bisa berbohong kalau itu membuatnya merasa sangat senang. Tangannya perlahan mengelus-elus pelan rambut tebal cowok itu, dengan senyum yang tak pudar dari wajahnya yang memerah. Cewek dengan rambut sebahu itu meletakkan bukunya di sebelah badan, dan terus memandang sendu kala menunduk.



"Beritanya udah tersebar di televisi, pak" lapor sekretaris Hanan dengan nafas tersengal. Wanita itu tampak panik, menanti amarah Hanan yang akan meledak di hari yang masih pagi itu. Hanan menghela nafas berat, mencoba tetap tenang meski perusahaannya sedang penuh kontroversi dalam publik. Baru satu hari masalah itu melanda, namun hampir dari seluruh mall yang ia bangun langsung mengalami penurunan pengunjung. Terima tak terima, namanya sedikit tercoreng sebagai pimpinan besar grup Habriga itu.

"Naikan nama pemuda di minimarket itu dulu, untuk sementara. Sampai media tenang, juga jangan berhenti nyari bukti" perintah Hanan. Tangannya melesak memperbaiki dasi dilehernya karna rasa gerah yang mengelilingi seluruh tubuhnya. Sesaat ia melangkah keluar dari ruangan kantornya itu, Hanan teringat sesuatu. "Bimo, gimana?" Tanya nya.

"Udah saya hubungi pak, tapi dari kemarin gak di angkat..." Jelasnya kasih dengan nada kaku dan sedikit takut. Berbalut rasa kesal yang semakin dalam, Hanan melanjutkan langkahnya setelah tarikan nafas dalam yang menyesakkan.

Ruang Kelana [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang