Seperti biasyaaa
🤸
IG: _fyanxaa.wpFollow ya manteman🫵🫰
---------------------------------------
Cowok itu dengan sikat gigi ditangan kirinya juga mulutnya yang penuh busa langsung bergegas masuk ke bilik kamar mandi, meninggalkan handphone-nya diatas wastafel. Tak sampai lima menit, ia keluar dari kamar mandi itu dengan kondisi wajah dan rambutnya yang sudah basah. Setelah selesai dengan pakaian, ia kembali berlari menuruni tangga untuk turun ke bawah. Sampai di ruang tengah hendak turun ke basemen, langkahnya terkejat saat ibu tirinya muncul dari arah depan.
"Mau kemana sepagi ini?" Tanya wanita itu. Wajah Bimo seketika masam. Rahangnya mengeras memendam rasa benci. "Bukan urusan lo" cecarnya memutar bola mata melas. Rumah itu sangat sepi, besar, namun terlalu tertutup. Bimo kembali melangkah, namun wanita itu lagi-lagi dengan sengaja menghalangi jalannya. Bola matanya memantau kiri kanan sebelum kembali berbicara pada Bimo.
"Ingat ya, ayah kamu itu udah bersedia serahin semua saham hasil proyek kerjasama nya nanti itu untuk adik kamu, alias anak saya. Jadi kamu gak punya hak lagi setelah ini, saya juga masih belum selesai sampai semua perusahaan itu nanti akan jadi atas nama saya"
"Terserah lo! Gak usah sok asik deh! Udah minggir sana! Buang-buang waktu tau gak!" Hardik nya, langsung menyela wanita itu yang menghalangi jalannya. Ia bahkan menyenggol keras bahu wanita itu kala melewatinya. Batinnya tersalut emosi yang kuat hanya karna melihat wajah itu saja, betapa besar rasa bencinya pada wanita yang dianggap perusak dalam keluarganya itu.
Sesampai di basemen, Bimo meredakan emosinya, mengingat ia akan bertemu dengan Nessa. Gadis dengan aura ceria itu, ia tak ingin merusak pagi Nessa hanya karna masalah pribadinya. "Oh iya, lupa nanya lagi, Nessa maunya pake mobil atau motor, ya" tangannya menggaruk pelipis, dengan kening berkerut. Kala berdiri di tengah-tengah basemen rumahnya itu yang penuh dengan mobil koleksinya juga motor-motor keren.
•
•
•Hari berlalu dengan cepat, waktu terasa singkat bagi Jidan. Cowok itu melakukan aktivitasnya seperti biasa yang terasa monoton. Bangun pagi untuk ke kampus, lanjut bekerja di cafe, dan kisaran magrib ia harus sudah berada di minimarket untuk bekerja lagi. Bedanya, hari ini ia begitu murung, menjalani hari-harinya dengan wajah memberengut. Seolah ingin menarik diri dari dunia, lantaran pikirannya yang penuh dugaan-dugaan negative.
Malam itu pun, sama seperti hari-hari sebelumnya. Jidan mendata semua produk yang laku hari itu, mencatatnya dengan selembar kertas. Kala berdiri di depan meja kasir membereskan kertas-kertas itu, lonceng pintu minimarket tiba-tiba berbunyi. Padahal sebagian lampu sudah ia matikan, juga palang di pintu minimarket itu sudah ia balik menjadi tulisan 'close'. "Maaf, kami udah tutup" ujarnya tanpa mengalihkan pandangan dari meja kasir. Namun langkah itu tetap mendekat kearahnya, hingga berdiri tepat dihadapan cowok itu.
Jidan akhirnya mendongak keatas, menatap seseorang yang baru masuk itu. Wajahnya yang tadinya ingin ramah kepada pelanggan itu, secara tak sengaja menarik lengkungan bibirnya, pupilnya mengecil dengan wajah kaku. "Aku bilang, kami udah tutup" cetusnya dengan bibir yang gemetar. Matanya pun ikut nanar menatap gadis yang berdiri dihadapannya itu. Itu Fara, yang dari kemarin pagi pergi begitu saja. Cewek itu berjalan hendak ketempat Jidan didalam area kasir.
"Gak usah kesini! Bau rokok" Fara langsung berhenti berjalan, mendengar tuturan Jidan itu jelas-jelas nadanya tidak senang. "Aku udah gak ngerokok" timpalnya.
"Oh, jadi bau rokok cowok itu?"
"Jidan..."
"Ngapain kesini?! Ngapain balik lagi?! Kamu dibuang sama cowok itu? Jadi balik lagi ke aku?!" Separuh dari emosi yang berbelut di rongga dadanya itu keluar bak peluru.
"Kamu pikir aku mau kayak gini?! Aku juga sakit, Ji! Kamu gak pernah coba buat ngertiin apapun!" Nada Fara sedikit meninggi.
"Gitu cara kamu minta maaf?! Setelah ninggalin aku sendirian tanpa jelasin apapun, dan sekarang kamu balik tanpa bilang apa-apa?"
"Aku butuh kamu, Ji..." Ujarnya dengan intonasi pelan.
"Kalo gitu kamu gak bakal pergi, Ra!!"
"Itu karna aku belum sadar! Aku belum sadar kalo yang aku butuhin itu cuma kamu! Bahkan saat aku lagi sama orang lain pun yang aku pikirin tetap kamu, Ji..., orang yang selalu pengen aku temuin itu kamu, Jidan! Makanya aku kesini" ungkapnya mulai meneteskan air mata. Jidan terpaku oleh dada yang terasa berat, cowok itu menarik nafas berat. Paru-paru nya seolah menyempit, alasan gadis itu membuat tubuhnya melemah, air mata mulai menggenang di pelupuk.
"Aku balik ke apartemen kemarin malam, aku duduk sendirian di dekat pintu berharap kamu bakal datang... sampai aku ketiduran pun, pas bangun juga kamu gak ada disana, Ji..., aku nunggu kamu jemput aku, karna bagi aku cuma kamu yang bakal peduli. Tapi kamu gak pernah datang..." Sambung Fara, dengan suaranya yang terbata. Jidan dengan cepat berlari keluar dari area meja kasir, menghampiri gadis itu dan langsung memeluknya. Fara pun membalas pelukan itu dengan melingkar kedua tangannya di pinggang Jidan, begitu erat dekapan gadis itu.
"Maaf, Ra..." Rintihnya semakin menjadi menangisi cewek itu. "Aku kesepian, Ji... dan siapapun orang yang ada disamping aku gak bisa hilangin rasa sepi itu, kalau itu bukan kamu" lirih Fara tak beranjak dari pelukan hangat itu.
"Itu emang harus, aku. Gak boleh orang lain" gumamnya pelan.
***
"Mau tidur di apart aku lagi, ga?" Goda Fara. Sedikit menyipitkan matanya kala terus melangkah. Jidan tersenyum, menggeleng cepat sembari sedikit-sedikit mundur. Setelah bercengkrama panjang selama berjalan, keduanya sampai di Halte. Kebetulan arah mereka sama dari halte itu, walau harus berpisah di halte berikutnya. Jidan melepaskan tubuhnya untuk duduk dibangku panjang nan sepi itu, seraya menghembuskan nafas panjang. Kakinya serasa berdenyut karna kelelahan. Seolah pinggulnya bersorak ria kala mendapatkan tempat duduk.
Tak lama angkutan bus berhenti, hanya satu dua orang yang duduk diatasnya. Mereka masuk, duduk dipojok belakang dibangku bersebelahan. Fara menoleh ke jendela, mengamati jalanan. Kala itu Jidan menyandarkan kepalanya pada pundak gadis itu, menopangkan rasa lelah yang ia lalui seharian tadi. Fara mengalihkan pandanganya ke depan, tangannya perlahan membelai sisi wajah cowok itu dengan sangat lembut.
"I love you, Ji..." Bisiknya pelan, ikut menyandarkan kepalanya pada Jidan.
----------------------------------
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kelana [ SUDAH TERBIT ]
Teen Fiction"kita ini apa?" Tanya cowok itu. Akan tetapi tak pernah tau jawabannya. Fara diora zevanya, seorang mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta. Gadis tanpa tujuan hidup itu selalu ragu dengan apa arti rasa, hingga berkelana kesana kemari mencari...