IG: _fyanxaa.wp
-----------------------------------
Malam rasanya sunyi, yang berisik hanya tetesan hujan, dan isi pikiran. Zila duduk termangu di balkon kamarnya, mengenakan dress yang anggun serta dandanan yang sangat cantik. Menyandarkan wajahnya pada telapak tangan yang tengah bertumpu di besi balkon. Kepalanya sedikit mendongak keatas, mencari bulan yang tak lagi terlihat sejak hujan turun. Awan menyembunyikannya, hingga langit malam itu kehilangan cahayanya.
Pikirannya tak lepas dari hari ini, yang menurutnya bisa menjadi hari terburuk. Cewek itu lalu mengambil ponselnya ke dalam, lalu kembali ke balkon seperti posisi semula. Ia memberanikan diri, mengumpulkan niat sedari tadi untuk mencoba menghubungi Jidan. Ia memandangi nomor di layar ponselnya itu cukup lama, dan akhirnya benar-benar memencet 'call'
"Halo?" Nada cowok itu kebingungan.
"Ji, ini Zila"
"Oh, Zila... Iya, ada apa?" Nadanya langsung berubah. Zila menjadi diam sejenak. Cowok itu bahkan tak bisa mengenali suaranya lagi. Tatapannya meredup, sambungan telepon itu dipacuti suara rintisan hujan, namun Zila tetap bisa mendengar jelas suara Jidan, yang dulu pernah menjadi melodi ketenangan baginya.
"Gak ada apa-apa, kenapa? Kamu sibuk, ya? Kalo gitu telfonnya lanjut nanti aja"
"Enggak kok, engga... Gak sibuk"
"Ahahaha... Bicara kamu masih sama kayak dulu" Zila terkekeh kecil.
"D-dulu... Ya?"
"Iya, dulu kita selalu ngobrol hal random tiap pulang sekolah, kamu paling takut banget kalau salah ngomong. Kamu juga langsung panik kalo aku murung, sama kayak tadi" Zila menjadi lebih ceria. Jiwanya masih tertinggal di masa-masa itu. Tak sulit baginya untuk mengingat, bahkan detail sekecil apapun tak bisa ia lupakan.
"Kamu dulu bahkan gak mau dipegang sama siapa pun, sekarang udah beda ya" nadanya seperti menahan sesak, suaranya cetar.
"Zila..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kelana [ SUDAH TERBIT ]
Teen Fiction"kita ini apa?" Tanya cowok itu. Akan tetapi tak pernah tau jawabannya. Fara diora zevanya, seorang mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta. Gadis tanpa tujuan hidup itu selalu ragu dengan apa arti rasa, hingga berkelana kesana kemari mencari...