bab 2

1.1K 75 0
                                    

Mata yang semula terpejam itu kini mulai membuka. Mengerjapkan nya berkali-kali menyesuaikan cahaya yang masuk pada matanya itu.

Ia menggunakan tangannya untuk menghalau cahaya terang  yang menghampirinya, tetapi alangkah terkejutnya ia saat melihat tangannya menyusut seperti ukuran anak-anak.

"Loh tangan gue-"

"Suala gue?"

"Hah? l, loh kok l" sang empu panik saat mendengar suaranya berubah menjadi imut, ditambah apa itu tadi? kenapa susah sekali mengucapkan huruf "R"

"Anjir kenapa sama suara gue?! kenapa juga gue jadi cadel begini!" umpatnya dalam hati karena masih terkejut dengan suaranya saat ini.

Seakan tersadar sesuatu, ia segera turun dari ranjangnya dengan tergesa-gesa. Namun yang terjadi ia malah terjatuh karena kakinya tak sampai menapak tanah. Camkan itu ia tak sampai pada lantai!.

Oh ayolah tinggi badannya itu adalah kebanggaannya, 173 cm. Savania selalu membanggakan tinggi badannya itu, namun apa sekarang? turun dari yang tak seberapa tingginya itu dia tak sampai?

Savania semakin kalut, ia bahkan tak sadar bahwa ini bukan lah kamar miliknya, ia segara berlari menuju cermin yang terpasang disana.

Savania terkejut, ia Sampai terjengkang kebelakang saat melihat seorang gadis kecil yang sialnya tampak cantik dan imut sekali. Dirinya bahkan iri, masa kecilnya yang sering di banggakan ke tetangga kini malah tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan gadis di depannya itu.

Memang benar adanya, gadis kecil itu lebih cocok dipanggil boneka dari pada manusia. Mata besar beriris saphire itu terlihat bersinar, hidung yang kecil, pipi bulat yang ke merah-merahan dan bibir yang imut itu membuatnya semakin mirip dengan boneka. Ditambah dengan surai cokelatnya membuat gadis kecil itu tampak tak nyata.

Sadar akan kebodohannya, Savania kini kembali melihat cermin itu,  ia meraba mata, kening, rambut, dan mencubit pipinya, yang ternyata diikuti oleh orang yang ada di cermin.

"Itu gue?" tunjuknya pada cermin yang ada di depannya.

Lalu pandangannya teralihkan pada sebuah lilin aromaterapi yang berbentuk bulat itu, disana terdapat tulisan kecil 'Kaziva Delunia xionaz' Seketika otaknya seperti berhenti berfungsi.

Ia menjadi Kaziva? si antagonis itu? yang bakalan mati tragis itu?!

Benarkah itu? dia bahkan belum bisa melupakan rasa sakit akibat terjatuh dari halaman rumahnya itu, kini ia harus menjadi Kaziva yang jelas-jelas akan mati?! yang benar saja!

Ngomong-ngomong ia mendadak menjadi rindu teriakan sang mami dan kelakuan aneh papinya itu, selain itu dia juga memikirkan ucapan Andraza yang ia tangkap sebelum kesadarannya hilang.

"Saya cinta kamu savania" seakan mendengar Andraza yang membisikan hal itu, ia tersenyum dan wajahnya kini memerah seketika. Persetan dengan Kaziva, ia hanya ingin kembali ke tubuh aslinya dan menikah bersama Andraza!

Namun apa yang boleh ia buat sekarang? ia sungguh frustasi dengan semuanya. Namun itu tak berlangsung lama saat ia melihat sekelebat bayangan yang bermunculan di cermin depannya itu.

Iya, Alur terjadi saat Kaziva memasuki SMA, ditambah dengan pertunangannya dan Shekala. Kaziva yang jauh cinta pada pandangan pertama langsung mencintai Shekala dengan ugal-ugalan.

Cerita dimulai masih lama. Artinya Savania masih diberi kesempatan untuk membelot dari alur novel ini, masa bodo mengenai pertunangannya dengan Shekala, yang terpenting ia ingin kembali pada keluarganya, iya Savania hanya perlu mendekatkan Shekala dan Naila lalu setelah mereka berdua bahagia, Savania akan kembali ke dunianya. Setidaknya itu yang terjadi di buku yang ia baca tentang transmigrasi.

KAZIVA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang