bab 33

311 37 0
                                    

Malemmmmmmm

Tandai typo

Happy reading

***************

Bangunan tua itu menjadi saksi atas apa yang terjadi saat ini. Disana terlihat seorang gadis tengah tersenyum angkuh melihat seseorang dibawah kakinya.

"Ah.... betapa menyenangkannya ini, Shekala? kamu sudah ada di genggamanku dan sekarang? kamu ada di kaki ku ya? hahahaha"

"Kamu tahu? awalnya aku suka kamu. Kalau saja kamu memilih ku dibandingkan dengan jalang itu, mungkin kita sudah bahagia bukan? tapi itu semua hanya bualan. Nyatanya kamu malah lebih memilih gadis picik itu"

"Kamu harus tau Shekala, dia....... Kaziva kamu sudah aku lenyapkan!!!" ia mengamati ekspresi laki-laki di bawahnya yang melotot garang.

"Kenapa? marah ya? sayangnya kamu gak bisa bilang apa-apa, bibirnya nggak berfungsi ya?" Shekala memberontak mencoba melepaskan ikatan di tubuhnya.

"Kenapa? kamu udah gak bisa liat dia lagi, dia udah gosong hahahah..... iya, aku udah bakar dia bareng rumahnya sekalian"

"Dia tunangan kamu ya? wah CEPET DUDUK LAGI!!" saat Shekala mencoba berdiri, dia menendang pemuda itu membuatnya jatuh tersungkur. Tidak ada suara yang dikeluarkan pemuda itu karena kondisinya sudah sangat menyedihkan.

Wajahnya sudah babak belur, matanya hampir tertutupi oleh lebam yang memerah, pipinya sudah bengkak sebelah dengan luka yang membiru. Sobekan panjang di bibirnya juga-lah yang membuatnya tidak bisa berbicara.

"Kamu harusnya cinta sama aku!! bukan sama Kaziva sialan itu! Apa sih bagusnya dia? aku!! putri tunggal keluarga Kalingga!! aku bahkan lebih pantas buat kamu daripada dia!!" Dia, Naila. Gadis itu menjelma menjadi iblis bahkan pada Shekala, orang yang dia cintai.

Namun, cintanya terkikis menjadi obsesi mengerikan, dia malah menginginkan Shekala jatuh dalam perangkapnya, lalu setelah itu dia akan buat pemuda itu bertekuk lutut hingga meminta untuk ia bunuh.

Dan sekarang, dia hanya tinggal menunggu Shekala memintanya untuk membunuh pemuda itu. Namun sepertinya itu tidak akan terjadi. Shekala lebih dulu berlari dan menjatuhkan dirinya dari lantai empat gedung tua itu.

Naila terbelalak kaget, lalu berlari melihat tubuh Shekala yang sudah terbujur kaku di bawah sana dengan genangan darah yang kini menyelimutinya. "A-apa? seharusnya dia mati ditangan ku!! SIALAN!!" dengan cepat dia berlari dan menembak jasad itu dua kali lalu tersenyum.

"Sudah, dengan begini kamu mati ditangan ku, ah tidak.... kalian. Kamu dan Kaziva, mati ditangan ku, HAHAHAHA"

"Ziva, gue sayang lo"

"Ziva gue cinta lo, selamanya orang yang gue cintai hanya lo"

"Tolong gue Ziva"

"Balas perasaan gue, Ziva ayo kita pergi bersama membawa cinta kita"

"Sayangku, Ziva"

"HAH......." Kaziva langsung terduduk dari tidurnya, dia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi, dia mengusap peluh di keningnya itu.

"Apa-apaan itu? Naila? dia kenapa jadi gitu?"

"Apa jangan-jangan itu tanda? kalau gue harus maju dan jagain Sheka dari Naila? apa itu artinya gue gak boleh biarin Sheka dan Naila bersatu kalau nggak..... kalau nggak Sheka bakalan meninggal?"

Kaziva memijat keningnya yang berdenyut. Dia beberapa hari ini memang selalu bermimpi tentang Shekala yang menyukai, dan mencintainya. Namun mimpi kali ini, benarkah ini petunjuk untuknya?

KAZIVA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang