Kaziva sampai di kelas dengan keadaan gigi yang kering, ia merasa rahangnya sakit karena tersenyum sepanjang jalan. Pasalnya dari gerbang sekolah sampai ia duduk di bangku, setiap orang yang melihatnya pasti akan mengucapkan sesuatu padanya.
Seperti "Ziva kamu sudah sehat?"
"Ziva kamu gapapa kan?"
"Ziva kenapa kamu bisa ketabrak mobil?"
"Ziva kak Qierya ngamuk lagi ya?"
Ia hanya bisa menjawab seadanya lalu tersenyum membuat mulutnya kebas.
"Nih!" Gavano menyerahkan sebuah kotak persegi panjang ke hadapan Kaziva.
"Apa ini?" Kaziva mengamati kotak yang dibawa Gavano.
"Bantuin gue!" pemuda itu duduk lalu bergelayut di tangan Kaziva membuat gadis itu memekik.
"Ih anjir! Ngapain sih lo! jauh-jauh sana!" setiap kali Kaziva menghempaskan tangannya maka Gavano akan semakin mepet padanya.
"Lo ngapain si Gavan!" akhirnya dengan sentakan itu Gavano kembali duduk tegap.
"Bantuin gue,"
"Ya bantuin apaan, ege"
"Anu itu..... temen lo" ujarnya ambigu.
"Ha? apaan?"
"Guemaubalikansamatemenlo" satu tarikan nafas ia mengatakan keinginannya membuat Kaziva bengong.
"Ngomong apa sih lo!"
"Hara.... bantui-"
"OGAH! salah siapa? salah kalian berdua lah! main percaya aja sama orang lain! nyesel kan jadinya!" percayalah selama ini Kaziva selalu dendam kepada mereka karena putus mendadak. Tidak tahukah mereka berapa besar perjuangannya dulu untuk membuat mereka bersama.
"Tolong lah ziv-"
"Gamau! sana ih pergi!"
"ANJIR, hmpp babi lo!" Kaziva mengunyah cokelat yang di masukkan paksa ke dalam mulutnya oleh Gavano.
"Lo udah makan cokelat itu, jadi lo harus bantu gue"
"Og-"
"Gaada bantahan! please dong Ziv, cuman lo harapan gue"
"Lo gatau terimakasih sama gue! gue udah capek-capek deketin lo berdua, tapi apa? gara-gara fitnah orang lain, kalian langsung aja putus! benci gue tau gak lo!"
"Maaf, kali ini gue gaakan mudah percaya sama omongan orang deh, lo boleh minta apapun deh sama gue, minta makanan sebanyak apapun gue sanggup deh. Asalkan lo bantuin gue deket lagi sama Hara"
Kaziva tampak mempertimbangkan hal itu, merdeka sekali rasanya jika bisa meminta makanan apapun dan kapanpun.
"Oke, gue bantu. Lo pergi deh sana!"
"Beneran? makasih Ziva! gue kan jadi sayang!" ia merentangkan tangannya agar Kaziva memeluknya. Namun di luar dugaan, Kaziva malah menempeleng kepala pemuda itu.
"Bangs-" Gavano langsung mengubah raut mukanya menjadi tersenyum lalu mengelus rambut Kaziva.
"Gue ke kelas dulu ya, jangan sedih lagi. Dimakan cokelatnya, nanti gue kasih tau Fraz" ia mengusap kepala Kaziva lalu pergi dari sana.
Amy, gadis itu yang membuat Gavano berubah menjadi baik seperti itu, ingin rasanya Kaziva menggorok leher pemuda itu, cih pencitraan banget fikirnya.
"Dia ngapain kesini?" ujar Amy setelah duduk di bangkunya.
Kaziva yang ingin mengumpati Gavano harus menahannya dalam hati paling dalam. Ia harus membuat gadis di depannya ini terpesona kembali pada mantannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZIVA [END]
FantasyTransmigrasi universe . Story-1 Savania masih tidak mengerti dengan apa yang ia alami. Setelah terjatuh akibat menolong sepupunya, bukannya mati, ia malah masuk ke dalam novel yang pernah ia umpati sebelumnya. Terlebih dia masuk ke dalam pemeran...