29. Hari Pertama Pacaran

95 19 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

🦋🦋🦋


29. Hari Pertama Pacaran

Terlalu bahagia, sampai-sampai Aneya kesulitan tidur semalam. Dia terus berguling di atas kasur dengan perasaan yang tidak menyangka bahwa akhirnya hubungannya dengan Aksa kini resmi menjadi pacaran. Saking bahagianya, Aneya baru bisa tertidur sekitar pukul tiga pagi. Jangan tanyakan lagi mengapa dia tampak mengantuk hari ini.

"Halo? Aku baru selesai olahraga. Kamu di mana?"

Aneya mengangkat kepalanya dengan pelan, seraya menempelkan ponselnya di telinga. Wajah mengantuknya tercetak jelas, dan matanya yang sulit menahan pejam. "Aku di perpus, kamu ke sini dong."

"Udah makan?"

"Belum, nanti aja."

"Mau roti, nggak? Sama susu?"

"Mau, tapi nanti aja. Mau kamu ke sini dulu."

Aksa mengiyakan dan sambungan kini terputus. Alasan mengapa Aneya memilih perpustakaan daripada UKS untuk tertidur adalah karena Aneya masih trauma dengan kejadian di UKS dulu, saat dia diserang oleh Aurel. Dan semenjak itu, Aneya belum pernah lagi menginjakkan kaki di sana.

Tidak lama kemudian, Aksa datang dengan roti dan susu di tangannya. Dia menyempatkan diri untuk singgah ke kafetaria sebentar sebelum menemui Aneya di peprustakaan. Aksa masuk dengan langkah pelan, mencari dengan cermat di mana Aneya berada.

Rupanya gadis itu ada di deretan kursi baca paling pojok, meja panjang dan angin yang berhembus dari jendela di sampingnya sangat memanjakan mata gadis itu untuk terus terlelap. Aksa menghampirinya tanpa mengeluarkan suara sama sekali, Aksa tahu pacarnya ini tidak cukup tidur semalam. Jadi, daripada menganggunya, Aksa lebih memilih untuk mengusap lembut rambut Aneya sehingga membuat gadis itu makin terlelap nyaman.

Aksa juga tidak duduk, melainkan besandar di depan jendela. Anginnya memang terasa sempurna, tapi sinar mataharinya tidak boleh menyentuh wajah Aneya. Aksa bersandar untuk menghalangi sinar matahari itu.

Namun, tiba-tiba saja Aneya terbangun. Hal itu membuat Aksa bergerak cepat menepuk bahu Aneya lembut agar gadis itu kembali tertidur. "Aksa.."

"Iya, aku di sini. Kamu tidur aja, aku temenin."

Aneya menegakkan tubuhnya, matanya masih mengantuk berat. "Duduk di sini," pinta Aneya sembari menunjuk kursi di sebelahnya. Dengan segera Aksa bergerak sesuai permintaan.

"Ngantuk banget, ya?" tanya Aksa sembari memperbaiki rambut Aneya yang sedikit berantakan.

Aneya mengangguk pelan, gadis itu kini melihat ke arah roti yang Aksa bawa. Menyadari hal itu, Aksa langsung membuka bungkus rotinya. "Kenapa nggak izin aja hari ini biar bisa istirahat di rumah?" tanya Aksa, tangannya setia memegang roti itu dengan Aneya yang memakannya dari pegangan Aksa.

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang