Chapter 22 - Pre-Exam Practice Session Begins

3 1 0
                                    

Di sebuah hutan yang lebat dan penuh misteri, Asahi, Luna, Asta, dan Guphie sedang menjalani latihan terakhir mereka sebelum pertukaran dan ujian tim yang akan segera dimulai. Cahaya matahari yang menembus melalui celah-celah dedaunan menciptakan pola-pola bayangan yang bergerak-gerak di tanah. Aroma tanah basah dan dedaunan segar mengisi udara, memberikan energi tambahan bagi keempat sahabat ini.

BLAM!! Asta di pentalkan Asahi sekali lagi dengan cukup keras, "Waaa ...!!" teriak Asta yang kala itu dia terpental cukup jauh.

"Dia benar benar tidak main main ya ..." ucap Luna.

"Setidaknya dia tidak terbunuh ..." ucap Guphie, "Kalau begitu ini giliran kita yang beraksi, Luna ..." lanjut Guphie dengan semangat.

"Ada apa Asta ... seharusnya Dewi perusak tidak selemah itu kan ..." teriak Asahi.

Asta bangun dari tumpukan tanah yang mengubur dirinya, tubuhnya gemetar karena amarah dan rasa sakit. "Dasar... jika kekuatanku tidak kamu ambil... aku akan mengalahkanmu dengan mudah, dasar..."

Tiba-tiba, sebuah bola es melesat ke arah Asahi. Dengan sigap, Asahi mengangkat tangannya dan menggunakan sihir penghalangnya. Bola es itu pecah berkeping-keping di depan wajahnya, serpihan-serpihan es beterbangan di udara. Tanpa memberikan kesempatan, Guphie menerjang Asahi dengan pedang berwarna putih yang ia bentuk dari sihir.

Asahi menghindari tebasan pedang itu dengan lincah, namun dari bawah, Luna bekerja sama dengan Guphie, menggunakan sihir alamnya untuk menjebak Asahi dengan akar-akar pohon yang tebal dan kuat. "Oh... Pedang Inti, ya..." ucap Asahi sambil tersenyum tenang.

"Kamu tahu ya...?!" Guphie terkejut, tapi tidak berhenti. Dia bersiap menebas Asahi yang terjerat akar pohon. "Ini akhirnya...!!"

SRING!! Akar-akar itu terpotong dengan suara tajam, namun Asahi sudah tidak ada di sana. Guphie terkejut dan segera mencari Asahi dengan matanya. Tiba-tiba, dari atas, muncul cahaya merah yang sangat terang. Guphie melirik ke atas dan melihat sebuah bola api raksasa yang dijatuhkan Asahi ke arah mereka.

"Hakai Goukai!" ucap Asahi sambil melempar bola api raksasa itu.

Panas yang luar biasa langsung terasa, dan bola api itu meluncur dengan kecepatan mengerikan. Luna, dengan refleks cepatnya, memanggil angin kencang untuk mencoba menghalau bola api itu, sementara Guphie membentuk perisai sihir dari pedang putihnya. Asta, yang masih dalam kondisi lemah, memaksa dirinya berdiri dan bergabung dengan teman-temannya, mengeluarkan energi terakhirnya untuk menambah perlindungan.

Bola api itu menghantam perisai gabungan mereka dengan ledakan dahsyat. 'BLAM!' Suara ledakannya memekakkan telinga, getarannya terasa hingga ke tanah di sekitar mereka. Asap dan debu menyelimuti area tersebut, membuat pandangan menjadi kabur. Ketiga sahabat itu terdorong ke belakang oleh kekuatan ledakan, terjatuh ke tanah dengan keras.

Saat debu mulai mereda, Asahi melangkah maju dengan tenang, wajahnya penuh keyakinan. "Kalian harus mengerti bahwa kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan individu, tetapi juga dari kerja sama dan kepercayaan. Jika kalian bisa belajar itu, mungkin kalian punya kesempatan melawan ancaman sebenarnya yang akan datang."

"Dia ini Iblis ..." ucap Asta yang terkapar.

"Hanya sekedar informasi ... dia memang iblis dari lahir ..." ucap Luna dan Guphie mengangguk.

Guphie, dengan tubuh yang terluka dan napas terengah-engah, melihat ke arah Asahi dengan mata penuh determinasi. "Kami tidak akan menyerah begitu saja. Kami akan bangkit lagi dan lagi, sampai kami bisa mengalahkanmu dan melindungi apa yang penting bagi kami."

Asahi tersenyum tipis. "Itulah yang ingin aku lihat. Semangat kalian adalah yang akan membawa kalian jauh ke depan. Mari kita lanjutkan latihan ini. Ujian sebenarnya belum dimulai."

Reincarnator From the Past Alternative [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang