Chapter 23 - Go to the Festival with My Beloved Family

2 2 0
                                    

Saat malam tiba, mereka makan malam bersama. Makanan yang disajikan adalah kombinasi dari masakan manusia dan masakan iblis, mencerminkan perpaduan budaya mereka. Setelah makan malam, mereka duduk di balkon, menikmati pemandangan malam yang menakjubkan dari Negara Iblis.

Adelina selalu sangat mesra dengan kakaknya, dan kebiasaan mereka tidur bersama membuatnya merasa nyaman. Namun, malam itu, sesuatu berubah.

Ketika mereka hendak tidur, Asahi menatap adiknya dengan serius. "Adelina, kamu sudah besar. Jangan tidur bareng lagi, ya," katanya dengan tegas. Adelina terkejut, tetapi dia tahu bahwa Asahi benar.

"Aku mengerti, Kak," jawabnya pelan, meski sedikit sedih. Mereka berdua tersenyum dan memeluk satu sama lain sebelum berpisah ke kamar masing-masing.

Asahi merasa aneh dan sedikit bersalah melihat wajah sedih Adelina, tapi dia tahu ini adalah langkah yang benar. Mereka berdua kini siap menghadapi hari baru dengan kedewasaan dan cinta yang lebih dalam.

"Dasar ..." ucap Asahi.

Setelah itu saat Asahi masuk ke kamarnya dan menutup pintunya, dia terkejut melihat siapa yang di kasur. Tertidur disana seorang wanita paruh baya, namun dia terlihat muda karena memang dia bukanlah manusia.

Asahi mengerutkan wajahnya karena sedikti kesal dengan kelakuan cewek cewek di kaluarganya. "Ah- apa yang kamu lakukan ...?" ucap Asahi.

"C'mon my dear ... sini sini tidur bareng tante ..." ucap Izabella yang berbaring dan berpose layaknya istri.

"Keluar ...!!!" teriak Asahi sambil mengeluarkan Izabella dan membanting pintu.

Asahi terdiam sejenak di depan pintu kamarnya, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Malam itu penuh kejutan, dan dia merasa lelah secara emosional. Namun, dia tahu keluarganya selalu penuh warna dan kehangatan, meskipun kadang-kadang membuatnya bingung.

Saat dia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air, dia mendapati ayahnya, Alfred, duduk di meja makan dengan segelas anggur di tangannya. Alfred menatap putranya dengan tatapan penuh pengertian.

"Asahi, ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Alfred dengan suara lembut, menunjukkan perhatian seorang ayah.

Asahi duduk di seberang Alfred, merasakan ketenangan yang biasanya datang dari kehadiran ayahnya. "Aku hanya... merasa sedikit bingung, Ayah. Izabella, Adelina... semuanya terasa berubah."

Alfred tersenyum, menunjukkan keriput halus di wajahnya yang menambah kesan bijaksana. "Perubahan adalah bagian dari kehidupan, Nak. Adelina sedang tumbuh, dan Izabella, yah, dia selalu punya cara unik untuk menunjukkan kasih sayangnya."

Asahi mengangguk, merasa sedikit lega. "Aku tahu, Ayah. Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan baik, terutama untuk Adelina."

"Adelina adalah gadis yang kuat," jawab Alfred. "Dan kamu, Asahi, sudah menjadi kakak yang hebat. Beri dia ruang untuk tumbuh, tapi tetaplah di sisinya ketika dia membutuhkanmu."

Setelah berbicara dengan Alfred, Asahi merasa beban di pundaknya sedikit berkurang. Dia menuju kamarnya dan berharap malam ini bisa tidur dengan tenang. Namun, ketika dia membuka pintu, dia menemukan Adelina berdiri di ambang pintu, tampak ragu-ragu.

"Kak Asahi, boleh bicara sebentar?" tanyanya pelan.

Asahi tersenyum dan mengangguk. "Tentu, Adelina. Masuklah."

Adelina duduk di tepi ranjang Asahi, menatap kakaknya dengan mata yang penuh pertanyaan. "Aku tahu kita tidak bisa tidur bareng lagi, tapi... apakah aku masih bisa datang kalau aku merasa takut atau kesepian?"

Asahi meraih tangan Adelina, menggenggamnya erat. "Tentu saja, Adelina. Kakak akan selalu ada untukmu, kapan pun kamu butuh."

Adelina tersenyum, merasa sedikit lebih tenang. "Terima kasih, Kak Asahi."

Reincarnator From the Past Alternative [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang