Chapter 30 - A Battle Between Two Silent Legends

1 1 0
                                    

Guphie dan Asta saling bertukar pandang, tidak yakin apakah mereka bisa mempercayai Rei dan kelompoknya. Asahi, dengan pandangan tajam, bertanya, "Apa alasanmu ingin bekerja sama dengan kami, Rei? Apa yang kau inginkan?"

Rei tersenyum misterius sambil berkata, "Tidak ada ..."

Kemudian karena keterpaksaan, Asahi untuk sementara berdamai dengan kelompok Rei dan dia sempat berbincang bincang rengan Rei. Kemudian pada malam itu, mereka berpesta di tengah hutan walaupun sedang masa ujian. Untuk sementara waktu mereka memang bekerja sama, namun suatu saat mereka pasti bertarung satu sama lain.

"Pahlawan Rei Brirya ... aku masih bingung tentang pedang yang ia miliki ..." gumam Asahi.

"Excalibur ... tapi kenapa dia menamai pedangnya sendiri dengan nama itu ....?" lanjutnya.

Malam itu begitu tenang, seperti persiapan alam untuk menyambut sesuatu yang besar. Asahi, seorang pejuang yang tangguh, tengah menikmati ketenangan malam di tepi sungai yang tersembunyi di tengah hutan. Gemericik air mengalir perlahan, sementara angin sepoi-sepoi membelai dedaunan, menciptakan simfoni alami yang menenangkan. Cahaya pucat rembulan bersinar di atas, ditemani bintang-bintang yang berkelip di langit malam yang jernih.

Namun, ketenangan itu tiba-tiba terpecah. Asahi merasakan ada yang berbeda, seperti ada sesuatu yang mengusik harmoni malam. Langkah-langkah ringan namun teratur mulai terdengar, mendekat perlahan dari arah belakangnya. Dengan cepat, Asahi menyadari siapa yang datang.

"Rei Brirya... jadi ini maksudmu...?" ucap Asahi, suaranya mengandung ketegangan yang disembunyikan.

Tanpa peringatan, Asahi menjatuhkan banyak pedang dari tangannya, meski awalnya tidak membawa pedang. Langkah Rei terhenti seketika karena ia tahu sudah ketahuan.

"Apa... sejak kapan kamu melakukan ini...?" tanya Rei, suaranya gemetar.

"Kau berpikir jika kamu ini yang sedang menjebak kami...?" balas Asahi. "Keadaan nampak berbalik ya... lihatlah di sekitarmu..."

Dari dalam tenda, terdengar teriakan keras dan kemudian Asta keluar sambil membawa tubuh seseorang yang berusaha menyerangnya. Tak lama, Guphie muncul, menyeret seorang pria yang berhasil menikamnya, meskipun luka itu tidak berarti baginya.

"Fufufu... percobaan pembunuhan yang bagus... dan juga racun yang ada di minuman itu tidak bisa berpengaruh padaku..." ucap Asta sambil tersenyum sinis.

"Dasar orang bodoh... kalian nampak salah memilih lawan..." tambah Guphie dengan nada mengejek.

"Dahulu kamu tidak bisa menandingi aku, Rei..." ucap Asahi, menatap lawannya dengan mata tajam.

Rei gemetaran, tapi kemudian ia menarik pedangnya, sebuah senjata yang memancarkan aura gelap. "Kali ini akan berbeda," katanya, mencoba menguatkan hatinya.

Asahi dan Rei berdiri berhadapan, kedua pejuang ini tahu bahwa hanya satu yang akan keluar sebagai pemenang. Suasana sekitar hening, seperti alam menahan napas menunggu bentrokan besar ini.

Asahi menghunus pedangnya, sebuah senjata berkilau yang tampak ringan namun mematikan. Ia bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, memotong jarak di antara mereka dalam sekejap. Pedang mereka bertemu dengan suara dentingan yang menggema, menggetarkan udara di sekitar.

Rei, meski terkejut dengan serangan cepat Asahi, berhasil menangkis dan memutar tubuhnya untuk menyerang balik. Mereka saling bertukar serangan dengan kecepatan yang hampir tak terlihat oleh mata biasa. Setiap tebasan dan tikaman dihindari dengan gesit, menciptakan tarian maut yang memukau.

Pedang Asahi berkilau di bawah sinar rembulan, sementara pedang Rei memancarkan cahaya gelap yang mengerikan. Mereka saling menekan, berusaha mencari celah dalam pertahanan lawan. Setiap gerakan penuh perhitungan, setiap serangan diarahkan untuk mengakhiri pertarungan.

Reincarnator From the Past Alternative [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang