GESTARAYA26

0 0 0
                                    

Pada malam harinya, Raya berencana pergi ke rumah Nayla untuk meminjam mobil, karena Raya akan pergi me time.

"Oke, udah siap semua," ucap Raya.

Raya pun memesan ojek untuk ke rumah Nayla, karena jarak antara rumah Raya dan rumah Nayla tidak bisa dijangkau oleh berjalan kaki.

Tok tok tok

"Permisi, Nayla," panggil Raya sembari mengetuk pintu.

Beberapa saat pintu rumah Nayla terbuka, namun bukan Nayla yang membuka nya melainkan Abang Nayla.

"Raya? Kenapa ke sini?" tanya Abang Nayla.

"Itu, bang, mau ketemu sama Nayla," jawab Raya.

"Oh, bentar, ya," ucap Abang Nayla yang bernama Altair itu.

"Masuk aja dulu," sambung Altair.

Tingkah laku Altair dan Nayla sangat berbeda, Altair pendiam, baik, dan tampan tentunya, sedangkan Nayla sangat tidak bisa diam, namun Nayla sangat baik, selalu menasihati orang lain namun dirinya sendiri tidak bisa di nasihati.

"Eh, Raya," ucap Nayla.

"Nay, gue mau minjem mobil lu," ucap Raya.

"Emang Lo mau kemana?" tanya Nayla.

"Me time, mumet gue di rumah mulu," jawab Raya.

"Anjay, me time tuh," ucap Nayla.

"Bentar gue ambil kunci mobilnya dulu," ucap Nayla.

"Iya," ucap Raya.

Nayla pun pergi untuk mengambil kunci mobil. Setelah mengambil Nayla pun kembali ke ruang tamu. "Nih, Ra, tapi ini bukan kunci mobil gue," ucap Nayla.

"Hah? Terus ini punya siapa?" tanya Raya.

"Punya Altair, tapi gue udah ngomong kok ke dia," jawab Nayla.

"Oh, syukur deh," ucap Nayla.

"Iya, beli mobil dong, kan lo orang kaya, Ra," celetuk Nayla.

"Iya, gue pasti beli, tapi nanti," ucap Raya.

"Yaudah, gue pergi dulu, ya," sambungnya.

"Iya, hati-hati," ucap Nayla.

Raya pun pergi dengan mobil Altair, pertama-tama ia pergi ke sebuah mall, ia membeli beberapa barang seperti baju, makeup, parfum dan beberapa kebutuhan rumah. Setelah itu Raya memutuskan untuk berjalan kaki di GBK. Menurut nya GBK lebih indah jika malam hari, karena keindahan city light nya.

"Huh, ternyata capek juga, padahal cuman jalan doang," gumam Raya.

Akhirnya pun Raya duduk di sebuah kursi, ia melihat sekeliling, banyak sekali pasangan-pasangan, walaupun tidak semua, namun cukup membuat Raya iri, tiba-tiba saja ada seorang anak laki-laki dengan pakaian yang lusuh dan sobek, ia membawa tisu. "Kak, ayok kak beli tisu ini cuman lima ribu," ucap anak laki-laki itu.

"Boleh, kakak beli tiga, ya," ucap Raya.

"Duduk sini dulu, pasti kamu capek, ya?" tanya Raya.

"Iya, kak, aku belum makan dari pagi, ini aja baru kakak yang beli," jawab anak laki-laki itu.

"Gimana, kalo kakak ajak kamu makan? Kakak juga mau makan, biar bareng," ucap Raya.

"Aku gak punya uang kak."

"Kakak yang bayarin kamu, oh iya ini ya, uang tisu nya," ucap Raya sembari memberikan selembar uang bewarna merah. "Kak, aku gak punya kembalian."

"Gak apa-apa, kembalian nya buat kamu aja," ucap Raya.

"Tapi, ini kebanyakan, kak."

"Itu buat kamu makan besok, gunakan uang itu sebaik-baiknya, dan beli nya yang penting, terus sesuai sama kebutuhan kamu," ujar Raya.

"Iya, kak," ucap anak laki-laki itu.

"Ayok, kita makan," ajak Raya.

"Ayok, kak."

Mereka pun berjalan bersama menuju ke parkiran mobil, setelah itu Raya pun mengemudikan mobilnya. "Kamu mau makan apa?" tanya Raya.

"Seterah kakak aja," jawab anak laki-laki tersebut.

"Kamu suka makan daging sapi?" tanya Raya kembali.

"Dulu suka banget kak, tapi semenjak ayah dan ibu pergi ninggalin, aku udah gak makan daging lagi kak," jawab anak laki-laki itu.

Raya pun langsung pergi menuju ke restoran daging yang pernah dikunjungi nya bersama Gestara hari itu, sebenarnya ia juga tidak ingin pergi ke restoran ini, namun takdir memaksanya. "Oke, gak apa-apa, Ra," gumam Raya.

"Kakak, ngomong sama siapa?" tanya anak laki-laki itu yang heran, karena Raya berbicara sendiri.

"Eh, kakak ngomong sendiri, ayok kita makan," ajak Raya.

Mereka pun turun dan berjalan menuju Restoran itu. "Selamat datang, untuk berapa orang?" tanya pelayan itu.

"Dua orang, kak," jawab Raya.

"Baik." Pelayan itu mengantarkan Raya, ke meja untuk dua orang. "Jika ingin pesan tinggal panggil saja, ya, kak, terimakasih," ucap pelayan itu sembari memberikan buku menu.

"Iya, kak, terimakasih," ucap Raya.

Saat Raya ingin duduk, ia melihat ke belakang, Raya melihat seseorang yang tidak asing bagi Raya.

Itu Gestara? Gestara sama Mita? Gak mungkin Batin Raya yang langsung duduk.

Dari meja Raya, terdapat beberapa meja lagi, namun Raya bisa melihat secara jelas, bahwa itu adalah Gestara dan Mita, Raya melihat Gestara memegangi tangan Mita, pemandangan yang tidak ingin Raya lihat hari ini.

Tahan, Ra, tahan Raya membatin, ia tidak ingin air mata nya pecah.

"Kak, kakak kenapa?" tanya anak laki-laki itu, ia melihat Raya menundukkan kepalanya setelah melihat ke arah belakang.

"Gak apa-apa, kok," jawab Raya.

Anak laki-laki itu, langsung berdiri dan langsung pergi ke tempat duduk Raya, ia memegangi kening  Raya. "Kakak badannya dingin," ucap anak laki-laki itu.

Tiba-tiba saja anak laki-laki itu memeluk tubuh Raya. "Kata ibu, biar anget, harus di peluk," sambung nya.

"Kakak, gak sakit kok, cuman hati kakak lagi sakit dikit," ucap Raya.

"Yah, kalo hati kakak yang sakit, aku gak tau obatnya," ucap Anak itu.

"Aku peluk kakak aja ya, siapa tau mengurangi rasa sakitnya," sambungnya.

Disisi lain, saat Gestara melihat ke belakang, ia melihat seorang anak laki-laki sedang memeluk seorang gadis.

Gadis itu kayak Raya, apa itu Raya? Batin Gestara.

Gestara pun berdiri, ia ingin melihat langsung apakah benar itu Raya, namun saat Gestara hendak berjalan, ia ditahan oleh Mita.

"Kamu mau kemana?" tanya Mita sembari memegangi tangan Gestara.

"Itu aku mau–"

"Udah mending kamu duduk sini aja," ucap Mita yang membuat ucapan Gestara terpotong.

Setelah berpelukan mereka pun memesan makanan, sembari menunggu makanan datang anak laki-laki itu bercerita banyak hal ke Raya, Raya selalu mendengarkan apa yang anak laki-laki itu ucapkan.

Sampai akhirnya makanan yang mereka pesan pun sudah datang, Raya sangat senang betapa bahagianya anak laki-laki itu. "Kak, aku suka banget, makasih ya kak," ucap anak laki-laki itu.

"Sama-sama, abisin ya makanannya," ucap Raya.

"Pasti, kak, pasti aku abisin."

Anak laki-laki itu makan dengan lahap, bahkan ia sampai menangis. Pada akhirnya kita harus menjadi seperti Raya, walaupun Raya sudah menjadi kaya, ia tidak pernah boros, ia juga selalu bersedekah dan membantu orang lain yang membutuhkan.

Painful love (end) (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang