~{●}~
Suara derap langkah dari kuda-kuda yang digunakan sebagai kendaraan memenuhi indra pendengaran Kirana. Wanita cantik yang tengah menyisir rambut panjangnya yang berwarna hitam itu sesekali melirik pada cermin yang memantulkan bayangannya.
"Dayang, tolong kemari" Kirana sedikit berseru, memanggil budak kerajaan yang langsung merespon tanpa perlu ditunggu.
Seorang gadis cantik berbadan kecil dengan pakaian sederhana menghampiri Kirana dengan kepala tertunduk.
"Bisa tolong bantu saya untuk berpakaian?" ujar Kirana pada si perempuan bertubuh mungil yang langsung mengangguk.
Langkah kaki milik si gadis cantik bertubuh mungil itu terkesan begitu cepat ketika ia menutup jendela lantas menyalakan lampu utama kamar milik sang putri ratu.
Gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian mengunci pintu sebelum akhirnya memilah-milah pakaian untuk Kirana yang menunggu di depan cermin.
"Hari ini, nona akan terlihat sangat manis jika mengenakan songket berwarna merah dengan kebaya yang serupa warna. Di luar sangat hangat sehingga kulit nona tak akan terbakar jika memakai pakaian yang warnanya cerah"
Kirana memiringkan kepalanya ke satu sisi hingga ada beberapa anak rambut yang jatuh ke wajahnya yang menawan.
Wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu menggeleng "Lebih baik aku mengenakan pakaian sederhana. Hari ini aku menghadiri kelas memasak dengan rayi di dapur istana. Aku tak ingin merusak pakaianku yang manis"
Sang dayang mengangguk seraya kembali melipat pakaian yang barusan ia tunjukkan kepada putri istana.
Gadis itu kemudian membawa satu buah celana bahan panjang yang longgar dengan warna hitam yang ia sebandingkan dengan kaus berukuran cukup besar yang terkesan jauh lebih santai daripada yang tadi.
"Bagaimana dengan ini?" ujar si dayang cantik.
Kirana Nabastala Padma mengangguk sebagai jawaban. Putri tertua dari Madira Nabastala Padma itu kemudian memutar tubuh membelakangi dayangnya yang bertubuh mungil ketika ia merentangkan tangan untuk meminta bantuan dengan resleting pakaian yang ia kenakan.
"Apa saya juga harus mempersiapkan pakaian untuk nona Anala dan nona Indira?" ujar si dayang ketika ia melucuti pakaian Kirana dengan perlahan.
Wanita cantik itu menggeleng seraya menerima sodoran pakaian yang baru "Mereka memiliki dayang sendiri. Kau harusnya sudah tahu kalau tugasmu di sini hanya untuk melayaniku"
"Baik nona" ia menunduk kecil seraya merapikan pakaian bekas yang sudah ditinggalkan Kirana di atas ubin.
Wanita cantik itu bergerak begitu cepat ketika mengenakan pakaiannya yang terlihat santai. Ia kemudian terduduk kembali di depan meja rias untuk menyapu wajah manisnya dengan polesan riasan.
"Anindya?" ujar Kirana pada dayangnya yang tengah melipat pakaian di atas keramik lantai.
Anindya, yang merasa dipanggil cepat-cepat menghampiri Kirana lantas berdiri di belakangnya "Ya, nona?" gadis itu berbisik lembut.
"Tolong bukakan jendelanya untukku"
"Baik nona" Anindya Atma Bagaswara, putri dari adipati Surendra Bagaswara dan dayang Janita Bagaswara yang sudah mengabdi pada keluarga Padma secara turun-temurun itu cepat-cepat menghampiri jendela berukuran besar tepat di samping kanan Kirana.
Saat jendela terbuka, cahaya dari luar tampak begitu hangat dan cerah "Apa nona hari ini memiliki kelas memanah?"
Kirana melirik pada Anindya yang menyingkapkan gorden sehingga itu bergoyang ketika terbawa angin "Mungkin sore nanti, jika cuaca tak berubah menjadi gelap seperti kemarin" wanita cantik itu berdiri seraya mendekat pada Anindya yang terdiam di depan jendela terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarloka {FayeXYoko}
Historical Fiction"Hidup tanpamu adalah kehampaan yang tak ingin aku rasakan" -Kirana Nabastala Padma