~{●}~
Suara decit rem terengar di gendang telinga Kirana ketika mobil mulai berhenti. Saat ia melihat ke luar, mereka sudah sampai di depan pintu istana dan karena itu Anindya segera beranjak dari sisi sang putri sebelum kemudian membukakan pintu lantas menyerahkan tangan untuk membantu Kirana keluar dari dalam mobilnya.
Jemari Kirana menggenggam erat lengan kecil milik Anin ketika ia turun dari mobil. Wanita cantik itu kemudian melangkah perlahan menuju pintu istana yang langsung dibuka oleh adipati Surendra yang menunduk ketika Kirana sampai di hadapannya "Hari yang menyenangkan?" ujar lelaki tampan itu ketika Kirana berhenti di hadapannya.
Wanita cantik itu menggeleng "Sangat melelahkan" ia mendesah kecil "Apa adipati memiliki tugas hari ini?"
Surendra menggeleng "Selain mengontrol setiap pekerja, saya tidak memiliki kegiatan lain untuk hari ini. Apa nona memerlukan bantuan?"
Dengan kepala miring ke satu sisi, Kirana menunjuk sebuah pohon palem yang tak jauh dari gerbang kerajaan "Rasanya aku ingin makan siang di sana dengan Anin. Apa adipati bisa mempersiapkannya?"
Anin membelalak ketika mendengar itu "N..nona? Bukannya itu tugas saya?" ujar si gadis cantik bertubuh mungil, mencegah Kirana untuk memberi perintah tak wajar terhadap ayahnya.
"Kau harus mempersiapkan pakaianku. Apa kau lupa?" ujar Kirana dengan nada otoriter yang langsung membuat Anin menunduk tak bisa menjawab.
"Tolong siapkan beberapa makanan dan buah-buahan di sana, adipati. Terimakasih" tanpa menunggu protesan atau jawaban dari sang adipati, Kirana berjalan cepat melewati si lelaki bertubuh tinggi berisi menuju kamarnya.
Sementara itu, Anindya --yang tak bisa memprotes pada perintah Kirana, hanya mampu mengikuti kaki jenjang si putri raja menuju ruang pribadinya lantas menutup pintu ketika ia melihat Kirana melepaskan sanggul di atas kepalanya yang rapi.
Dengan cekatan, Anin cepat-cepat membantu Kirana yang tengah buru-buru melucuti pakaian dari tubuhnya, wanita itu seolah tak menyukai apa yang ia kenakan hingga ia ingin cepat-cepat melepaskan itu dari tubuhnya.
"Rasanya sangat menyiksa" ujar Kirana ketika ia menarik paksa korset yang meliliti tubuh cantiknya sehingga kini ia tengah bertelanjang dada.
Anindya terkekeh kecil ketika memungut semua pakaian yang dilemparkan Kirana kemana-mana. "Apa cuaca di luar sangat panas?" ujar Anindya ketika ia menyimpan baju kotor Kirana pada wadah yang terbuat dari bambu di ruang ganti pakaian.
Gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian mendekat pada Kirana yang bagian atas tubuhnya sudah tak ditutupi apapun untuk membantu si putri raja melepaskan selendang dan songketnya, "Tak sepanas itu" jawab Kirana ketika Anin melepaskan ikatan selendang dari pinggang kecil miliknya.
Kirana mendesah kecil "Sepertinya aku harus mandi" ujar si cantik.
Anindya menengadah pada Kirana "Nona ingin saya mempersiapkan airnya sekarang?"
Kirana menggeleng "Kau juga harus mandi. Udara luar itu kotor"
Anin memiringkan kepala ke satu sisi "Saya bisa mandi setelah nona"
Kirana menggeleng lagi "Kita harus selesai mandi di satu waktu yang sama. Aku ingin makan siang denganmu. Apa kau lupa?"
Dengan alis yang saling mengkerut satu sama lain, Anindya memandang Kirana dengan ekspresi tak mengerti yang tepat "Lantas? Apa yang harus saya lakukan?"
Kirana memutar tubuhnya ketika ia melangkah menuju kamar mandi yang hanya terpisah beberapa meter dari ruangan khusus berpakaian "Mandi denganku"
Anindya membelalak ketika ia merasakan tarikan di lengan. Gadis cantik bertubuh mungil itu tiba-tiba merasakan jemari Kirana di bahunya dan membuka kebaya yang ia kenakan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarloka {FayeXYoko}
Historical Fiction"Hidup tanpamu adalah kehampaan yang tak ingin aku rasakan" -Kirana Nabastala Padma