XXIII

603 89 9
                                    

~{●}~

Kirana terdiam di depan dokter yang sedang membungkus punggung kaki Anin menggunakan perban dengan perlahan.

Wanita cantik itu memperhatikan lelaki berperawakan tinggi kurus itu yang sesekali tersenyum "Dibersihkan sebanyak tiga kali sehari. Saya akan menyediakan perban dan obat lukanya untuk anda"

"Apa memerlukan obat lain selain obat luar?" ujar Kirana pada si dokter yang tersenyum sambil lalu menggeleng guna menjawab pertanyaan si putri raja.

"Lukanya tidak terlalu dalam. Nona tak perlu khawatir. Saya sudah memberikan antiseptik agar tidak terjadi infeksi. Tapi, untuk sementara hindari dulu terlalu lama di air agar lukanya cepat kering"

Kirana mengangguk seraya berdiri ketika lelaki di hadapannya beranjak dari depan Anin yang masih terbaring.

Lelaki itu kemudian menunduk sesaat "Kalau begitu, saya pamit"

"Ya. Terimakasih. Tolong pastikan cek Anin dalam beberapa saat. Saya khawatir dia terkena infeksi"

Lelaki itu mengangguk lagi sebelum memutuskan untuk pergi dari hadapan keduanya. Meninggalkan Kirana yang kini tengah menatap pada Anin dengan iris penuh teguran.

"Tak biasanya kau bertingkah ceroboh seperti ini" Kirana mengusap punggung kaki milik Anin yang sudah dibungkus rapi oleh perban yang mengeluarkan bau obat.

Anin meringis sedikit "Hanya sedang kurang beruntung" gadis itu kemudian melirik pada pakaian sederhana yang melekat pada tubuh Kirana.

Anin mengerutkan kening sedikit "Menagapa nona masih mengenakan pakaian sederhana? Bukannya keluarga kerajaan Atmaja sedang menuju kemari?"

Kirana mengangguk mengiyakan "Kenapa memangnya?"

"Menagapa nona belum mengganti pakaian?"

Kirana mengangkat bahunya sekejap "Malas. Tak ada yang membantuku mengenakan korset. Aku juga tak bisa memasang songket dan selendang sendiri"

Anin terkekeh lembut "Kalau begitu, biarkan saya yang membantu nona mengganti pakaian"

Belum sempat Anin mengangkat diri dari kasur, Kirana sudah mendorong tubuhnya hingga punggung Anin kembali bersentuhan dengan matras yang dibungkus oleh kain berwarna putih "Apa kau tidak mendengarkan perkataan dokter yang menyuruhmu untuk memperbanyak waktu istirahat?" bisik Kirana di dalam kerongkongan. Terdegar sedikit menyeramkan karena suara wanita cantik itu ditekan hingga menyerupai geraman.

Anin terpejam sedikit ketika Kirana hampir menyentuhkan bibir mereka yang berdekatan, tapi tangan gadis cantik itu mendorong bahu Kirana dengan kuat hingga si putri raja kembali mengangkat tubuhnya sebelum sempat melakukan apapun pada Anin.

"Nona tak perlu khawatir. Lagipula lukanya sudah diberi obat dan di bungkus perban" gadis itu berdiri di antara kedua kakinya.

Meski ia sedikit kesulitan bergerak karena perban menghalangi dirinya menapak, gadis itu tetap tersenyum merekah hingga pipi-pipinya membentuk setengah lingkaran yang terlihat manis di wajahnya yang bulat dan cantik.

"Mari, saya antarkan ke kamar" ujar Anin pada Kirana yang menatap padanya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Anin" seru Kirana dengan nada tenang.

Anin tak jadi melangkah lantas melirik pada Kirana yang kini tengah terduduk di sisi ranjang yang tadi digunakan Anin ketika dokter kerajaan memeriksa luka di kakinya.

"Apa sesuatu terjadi?" Anin mendekat pada Kirana yang tiba-tiba terlihat murung.

Punggung wanita cantik itu terkulai lemah, pandangan matanya yang selalu terlihat tegar kini tampak tersesat dan ketakutan sehingga membuat Anin mau tak mau jadi mengulurkan tangan untuk memberikannya kekuatan lewat pelukan singkat.

Amarloka {FayeXYoko}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang