IV

861 109 28
                                    

~{●}~

Kirana terbangun saat ia mendengar suara kicauan burung dari luar ruangan. Wanita cantik itu kemudian membuka matanya dan terduduk di atas kasur sambil mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya yang masih terbuai oleh mimpi.

Sambil menikmati udara hangat yang terasa dari luar, Kirana memejamkan mata seraya membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

Wanita cantik itu kemudian beranjak dari tempat tidur untuk membuka jendela dan menikmati pemandangan pagi ini.

Seperti biasa, Kirana dapat melihat dayang-dayang kerajaan tengah berlalu-lalang di sekitar istana. Ada beberapa yang tengah fokus membersihkan istana, ada juga yang mengerjakan pekerjaan lainnya seperti membereskan kebun, taman atau bahkan memandikan kuda.

Sedikit tersenyum, Kirana kemudian beranjak dari kamar tidur menuju kamar mandi untuk menemukan Anindya tengah mencampurkan air dengan sabun.

Tugas Anindya adalah melayani keperluan Kirana dari pagi hingga petang. Gadis itu menyiapkan apa saja dari mulai alat mandi, pakaian, sarapan, tata rias, atau bahkan mengantar Kirana kesana kemari ketika wanita cantik itu memiliki banyak pertremuan dengan para leluhur kerajaan.

Gadis itu tak memiliki waktu istirahat, tanpa terkecuali jika Kirana terlelap. Tapi, ia selalu tampak cekatan dalam pekerjaannya dan selama ini Kirana menggemari Anin karena pekerjaannya yang tak pernah cacat.

"Selamat pagi nona" Anin menyapa dengan senyum merekah di antara pipi-pipinya yang berisi.

"Hari ini saya sudah mempersiapkan kue cucur serta teh jasmin untuk sarapan. Karena hari ini nona memiliki pertemuan dengan kaluarga raja Atmaja, saya sudah mempersiapkan pakaian terbaik untuk nona"

Kirana menghela napas lantas mendekat pada Anin ketika ia melucuti pakaiannya "Hari ini kau harus ikut denganku untuk bertemu keluarga Atmaja. Aku tak ingin pergi sendirian" dengan pelan, Kirana mulai mencelupkan diri pada air hangat yang sudah disiapkan di dalam bak mandi.

Anin mengangguk seraya menambahkan beberapa cairan ke dalam air hangat yang sudah membasahi seluruh tubuh Kirana "Baik nona"

Sambil sedikit bergumam, Kirana mengusapi bagian-bagian dari tubuhnya yang sudah basah dan licin, ia menggosoknya pelan dengan menggunakan busa lembut ke seluruh tubuhnya "Anin?"

"Ya, nona?"

"Apa kau sudah membaca buku pemberianku semalam?"

Anin melirik sebentar dari handuk yang tengah ia siapkan untuk Kirana "Hanya sedikit saja nona" ia terkekeh "Saya masih belum bisa membaca dengan lancar jika tidak dibantu oleh nona" imbuhnya seraya mendekat pada Kirana yang menyerahkan busa di tangannya pertanda ia selesai mandi.

"Kau harus lebih sering datang ke perpustakaan denganku mulai sekarang" Kirana berdiri di antara kedua kakinya ketika ia menunggu Anin mengeringkan tubuhnya.

Dengan lembut, Anin menutup tubuh telanjang si putri raja menggunakan kain bersih lantas mengeringkannya menggunakan tangan.

Aroma manis menyeruak dari setiap lekuk tubuh Kirana ketika Anin mengusap kulit basah Kirana dengan kain di tangannya "Kenakan pakaian yang cantik hari ini. Aku tak ingin kau terlihat seperti orang yang tak terurus"

Anin mengangguk ketika ia membiarkan Kirana berjalan terlebih dahulu untuk beranjak dari kamar mandi ketika ia bergegas untuk membereskan kamar mandi.

Anin tak memiliki waktu banyak untuk membereskan sisa-sisa barang yang sudah digunakan oleh Kirana. Tapi ia selalu saja mampu melakukannya dengan baik dan tanpa membuat Kirana menunggu.

Gerakan Anin seolah sudah terlatih dengan baik ketika ia melakukan segala sesuatu untuk Kirana dan itulah salah satu hal yang membuat Kirana begitu memuja Anin meski ia adalah budaknya.

Kirana melirik pada gantungan pakaian yang sudah tampak rapi di dekat ruang berganti. Ada satu setel pakaian tradisional berwarna kuning keemasan yang dipilihkan Anin untuknya, dan menurutnya, pilihan Anin sudah sangat tepat untuk acara siang hari ini.

Saat Kirana berjalan menuju ruangan kecil yang ditutup oleh tirai bambu, wanita cantik itu bisa mendengar langkah kecil menghampirinya dan ia sudah sangat hafal betul bahwa suara langkah itu adalah milik Anindya semata.

"Apa nona menyukai pakaian yang saya pilih?" ujar Anindya dari belakang ketika Kirana melepaskan handuk dan menunggu Anin membantunya mengenakan pakaian.

Kirana mengangguk ketika ia menutup area intimnya menggunakan sehelai kain lantas membiarkan Anin mengerjakan sisanya "Tak terlalu mencolok, tapi cukup membuatku terlihat menawan"

Anin menorehkan senyum sesaat ketika ia memasangkan korset pada tubuh Kirana yang diam seperti manekin "Pakaian mana yang harus saya kenakan?" ujar Anin sedikit bergumam pada Kirana yang tengah fokus pada Anin.

Wanita cantik itu melirik pada korsetnya yang sudah terpasang rapi "Setidaknya, kau harus tampak cerah dan cantik. Pakailah pakaian milik Anala. Kupikir kalian berdua memiliki ukuran tubuh yang hampir serupa"

Anindya menggeleng guna menolak dengan cepat "Saya tidak mungkin mengenakan pakaian milik nona Anala" tolak si gadis bertubuh mungil dengan lembut ketika ia memasangkan songket pada pinggul Kirana.

"Kenapa?" nada suara Kirana terdengar begitu polos ketika ia bertanya dan Anin terkekeh guna menanggapinya.

"Karena saya hanya budak belaka, nona. Saya bahkan tidak diizinkan untuk berbicara seperti ini di dalam peraturan. Kasta kami berdua begitu berbeda"

Dengan cepat, Kirana menarik lengan Anindya yang tengah menalikan songket hingga kain lembut itu terjatuh kembali dari pinggulnya yang bulat. Wanita cantik itu menarik Anin mendekat lantas mengamit pipinya di antara jemarinya yang panjang "Bukannya kita sama-sama manusia?"

Anin mengerjap sesaat ketika ia merasakan cengkraman kuat dari jemari panjang milik Kirana di antara pipi-pipinya. Gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian menarik senyum pada si putri raja meski hatinya dilanda rasa panik luar biasa "Meskipun kita sama-sama manusia, derajat kami sungguh berbeda"

Kirana mendekat hingga jarak di antara mereka berdua begitu rapat "Apa yang akan kau lakukan jika aku mengatakan kalau segala hal yang kau katakan akan hilang jika kita sudah saling mencinta?"

"M..makudnya?" meski gugup, Anin masih mencoba menanggapi si putri raja di antara suaranya yang gemetar "Kau akan menyadarinya nanti, setelah aku mengatakan rasa cintaku padamu"

"....."

Anin menutup mata ketika ia merasakan hembusan napas milik Kirana menyapu pipinya. Gadis itu tak berani menolak, namun juga enggan menerima ketika Kirana mendekatkan wajah mereka berdua hingga hidung mereka hampir bersentuhan "Kau akan merasakannya sendiri jika kau sudah jatuh cinta"

Saat Anin tak lagi merasakan sapuan lembut napas beraroma manis milik Kirana di wajahnya, gadis cantik bertubuh mungil itu mengeluarkan napas dengan satu kali hentakan.

"Apa nona baru saja menggoda saya?" ujar Anin dengan pipi memerah.

Kirana terkekeh kecil "Sebenarnya kau tampak menggemaskan. Aku khawatir putra Atmaja akan lebih menyukaimu dibanding menyukaiku"

Masih dengan pipi merona, Anin menggeleng pada tingkah majikannya "Tak seharusnya nona berbuat seperti itu pada saya" Anin melutut di depan Kirana guna memasangkan kembali songket yang tadi sempat terjatuh dari eloknya pinggul si putri raja.

Gadis itu memfokuskan diri pada kain hitam dengan corak batik berwarna emas yang dibiarkan menutupi seluruh kaki jenjang milik Kirana dengan sempurna tanpa menghiraukan Kirana yang masih saja terkekeh terhadap dirinya.

"Kau tampak menggemaskan ketika sedang bersemu" kini, Kirana memutar tubuhnya ketika Anin memasangkan selendang untuk mengikat songket agar tak terlepas. "Aku menyukainya"

~{●}~

Riska Pramita Tobing.

Amarloka {FayeXYoko}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang