~{●}~
Anin sedikit menggigit bibirnya ketika ia dituntun oleh Anala untuk menuju ruang pribadi Kirana.
Anin bahkan baru sampai di istana Padma barang satu menit yang lalu. Gadis itu tak diberi waktu untuk beristirahat oleh Anala karena si putri raja memerintahkan Anin untuk segera menuju ke kamar Kirana. Dan di sinilah ia sekarang, tengah berdiri mematung di depan sebuah pintu tinggi besar berukirkan hiasan ciamik tak cacat yang diciptakan dari kayu jati.
"Tidak ingin masuk?"
Anin tersentak saat ia mendengar suara lembut milik Indira yang tiba-tiba berada di sampingnya.
Sedikit tersenyum, Anin kemudian menunduk sebagai sapaan pada Indira yang mencetak senyum selebar mungkin hingga gigi kelincinya terlihat dengan sangat jelas oleh Anin.
"Ingin masuk bersama?" ujar Indira pada Anin yang mengangguk mengiyakan.
Tanpa membuang waktu, Indira mengetuk pintu kamar milik Kirana "Raka, Indi di siniii" ujar gadis itu sedikit berteriak sebelum kemudian mendorong pintu sebelum Kirana sempat menjawab.
Saat pintu terbuka lebar, Anin bisa melihat sosok Kirana tengah membelakanginya, tubuh tinggi wanita cantik itu langsung saja memenuhi pemandangan Anin dan isi dada gadis cantik bertubuh mungil itu berdebar tanpa alasan.
"Rayi membawa sesuatu yang spesial untuk raka" ujar Indira menyadarkan Anin dari pikirannya.
Wanita cantik bertubuh tinggi itu kemudian membalikkan tubuhnya hingga iris mata berwarna cokelat itu memandang Anin dengan segera.
Kirana membelalak "Anin?" seolah dibangkitkan dari rasa keterpurukan, Kirana berjalan cepat menuju Anin yang masih berdiri di bibir pintu "Kapan kau sampai?" tanpa ragu, Kirana segera saja merengkuh tubuh mungil milik Anin ke dalam dekapannya yang erat.
Aroma manis dari tubuh Kirana langsung memenuhi indra penciuman Anin dan gadis itu terpejam ketika hidungnya bersembunyi di antara lekukan leher jenjang milik Kirana yang setinggi bibirnya.
"Apa kau baik-baik saja?" pada akhirnya, Kirana melepaskan dekapan mereka berdua untuk menatap lurus-lurus pada Anin yang mengangguk mengiyakan.
"Aku tak tahu bertemu denganmu bisa membuatku merasa jauh lebih baik seperti ini. Tapi, terimakasih sudah kembali"
Anin menarik senyum ketika Kirana meremas pundaknya "Apa nona sudah benar-benar baik-baik saja sekarang?"
Kirana mengangguk "Apa kau berencana tinggal di istana lagi?"
"Bukannya itu memang tugas saya?"
"Bisa kau menemaniku malam ini?"
Anin mengerjap, gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian melirik pada Indira yang tersenyum terhadap keduanya sebelum kemudian mengangguk mengiyakan "Tentu"
"Sepertinya raka ingin berdua saja dengan dayang Anin. Lebih baik aku pergi belajar dulu" Indira mundur beberapa langkah sebelum kemudian melambaikan tangan pada Kirana yang mengangguk.
"Tutup pintunya" ujar Kirana pada Indira yang mengangguk ketika ia melaksanakan perintah dari kakaknya.
~~
Anin terdiam sambil menatap telapak tangannya yang ia simpan di atas paha secara telungkup guna menghindari tatapan Kirana yang sedari tadi tertuju padanya.
Gadis itu merasa enggan pada pandangan lembut nan menusuk milik Kirana. Anin bahkan merasa ditelanjangi sekarang oleh tatapan Kirana yang entah mengapa membuat isi dadanya berdebaran entah bagaimana.
"Anin?"
Anin menarik napasnya ketika ia mendengar suara lembut Kirana mendobrak gendang telinganya "Iya, nona?" balas si gadis cantik bertubuh mungil tanpa mengalihkan pandangan dari telapak tangannya.
"Kau baik-baik saja?"
"Saya tak apa"
"Tolong ganti pakaianku"
Anin menenggak ludahnya sebelum kemudian berdiri lantas beranjak menuju lemari untuk membawa pakaian serba longgar yang biasanya digunakan Kirana untuk tidur.
Rasanya, baru kemarin ia mencoba mengingat bagian-bagian dari ambalan yang menyimpan pakaian-pakaian Kirana dengan susunan-susunannya.
Sekarang, Anin bahkan tak harus melirik-lirik ke seluruh bagian untuk mencari pakaian apa yang akan dikenakan oleh si putri raja.
Bahkan, jika saja Anin menutupkan mata, ia akan tetap bisa menemukan dimana pakaian putri raja itu berada.
Dengan sigap, Anin mengambil sepasang pakaian tipis berwarna biru tua sebagai ganti pakaian Kirana saat ini. Gadis itu kemudian kembali ke kasur Kirana lantas menaruh pakaian tidur milik si putri raja di kabinet kosong yang ada di samping dipan.
"Ganti pakaianku seperti biasa"
"Baik nona" Anin bergerak lembut ketika ia mendekat ke atas ranjang berukuran besar milik Kirana.
Gadis cantik itu menempatkan bokongnya di atas kasur lantas mengulurkan tangan untuk membuka satu persatu dari kancing kebaya yang dikenakan oleh Kirana.
"Apa keadaan di rumah sudah baik-baik saja?" ujar Kirana ketika Anin melepas pelan kebaya dari tubuhnya.
Anin mengangguk sedikit "Abah sudah lebih sehat sekarang. Apa nona sudah merasa lebih baik?"
Anin dapat merasakan jemari Kirana menahan tangannya ketika gadis itu bersiap untuk membukakan songket dari pinggul kirana "Setelah kau tiba, aku merasa jauh lebih baik daripada sebelumnya"
"Saya bersyukur nona sudah merasa lebih baik sekarang" ujar Anin seraya mencoba melepaskan diri dari genggaman Kirana yang tak menurutinya.
"Aku sangat merindukanmu" Kirana menarik pelan lengan milik Anin sehingga tubuh mungil milik gadis itu tersentak ke arah tubuh Kirana yang segera menahannya dengan dua lengan "Jangan banyak memprotes. Aku sedang membutuhkanmu" jemari Kirana yang panjang kini mengusap lembut pipi berisi milik Anin yang terpisah hanya beberapa senti saja dari wajah Kirana.
"Bagaimana mungkin kau meninggalkanku dalam keadaan lemah seperti ini?" Kirana mulai memelas "Apa kau tak memiliki empati?" lanjut si wanita cantik ketika ia mengusap lembut belakang leher Anin.
"Bantu aku sembuh" ujar Kirana seraya menempelkan hidung mancung mereka dengan pelan. "Kudengar, ciuman bisa menyembuhkan rasa sakit" bisik Kirana sebelum kemudian menutup jarak di antara mereka berdua dengan pelan dan lembut.
Perasaan hangat, lembut dan basah langsung saja menerpa bibir Kirana ketika wanita cantik itu menyatukan bibirnya dengan si dayang cantik yang tak merespon namun juga tak menolak.
Kirana tak berani melepaskan bibir mereka yang menyatu. Ia begitu menyukai ini, isi hatinya terasa penuh ketika ia tengah bersama dengan Anin dan pada akhirnya wanita cantik itu mengaku kalau ia tengah jatuh hati pada sosok dayang secantik Anindya.
Saat Kirana merengkuh tubuh Anin untuk menaiki tubuhnya dan gadis itu tak melawan, Kirana dapat merasakan bara yang besar dari dalam hatinya, ia bahkan dapat merasakan debaran jantungnya menggila hanya karena bibir mereka yang bersentuhan.
Perasaan begitu gila ini mampu membuat Kirana berani bersumpah kalau ia akan melakukan segalanya untuk mendapatkan hal seperti ini secara terus-menerus dari Anindya.
Bahkan, jika Kirana harus menjatuhkan harga dirinya, ia sanggup untuk melakukan itu.
"Nona.." Anin memisahkan bibir mereka sekejap sehingga Kirana menatap padanya dalam-dalam.
"Maaf, maaf Anin. Tapi, aku rasa, aku jatuh cinta kepadamu"
Dan Anin terbeku saat ia mendengar Kirana berucap dengan jelas meski suaranya sedikit serak dan gemetar.
Apa benar ini semua terjadi terhadap mereka berdua?
~{●}~
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarloka {FayeXYoko}
Historical Fiction"Hidup tanpamu adalah kehampaan yang tak ingin aku rasakan" -Kirana Nabastala Padma