XIII

773 108 9
                                    

~{●}~

Anala melirik pada Surendra yang tengah melipat tangan di dada di depan gerbang istana yang terbuka selebar-lebarnya.

Lelaki berusia empat puluh lima tahun itu tampak sedang memperhatikan seluruh pekerja yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing dan Anala mendekat ke sana dengan langkah yang ringan dan cepat.

Suara gemericing yang ditimbulkan dari gelang yang mellilit di salah satu kaki Anala menarik perhatian Surendra sehingga lelaki itu melirik padanya sebelum kemudian menundukkan setengah dari tubuhnya memberi hormat pada si putri pengais bungsu kerajaan.

"Selamat siang nona" sapa Surendra dengan nada ramah yang terdengar manis di kedua gendang telinga milik Anala.

"Apa rayi Indira sudah berangkat ke sekolah?" ujar Anala yang langsung diangguki oleh si adipati.

"Nona Indira sudah berangkat semenjak pukul delapan pagi. Apa nona memerlukan sesuatu?"

Anala menggeleng sedikit "Saya hanya ingin menanyakan kapan kepulangan dayang Anin ke istana pada adipati" imbuh si gadis cantik disertai senyum di akhir kata.

Surendra menyerahkan senyum serupa "Kemungkinan seminggu yang akan datang"

"Terlalu lama" gumam Anala sebelum kemudian ia beranjak begitu saja dari hadapan Surendra yang mengerutkan kening karenanya.

Dengan nekat, Anala memutuskan untuk berkunjung ke kediaman dayang Anindya untuk membereskan masalah kecil yang terjadi di antara kakaknya dengan si dayang bertubuh mungil itu.

Di antara langkahnya yang cepat, Anala mendekat pada salah satu supir istana dan menepuk pundaknya "Antar saya ke suatu tempat hari ini" seolah tak ingin terkena masalah, sopir pribadi istana yang usianya mungkin baru menginjak angka dua puluhan itu mengangguk seraya membukakan pintu untuk Anala lantas cepat-cepat mengantar si putri raja pada tempat yang dituju olehnya.

Anala melirik tak sabar pada supirnya yang mengemudi dengan pelan. Gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian mendecak "Bisa lebih cepat?

"Saya harus tetap berhati-hati, nona. Saya tidak ingin terjadi sesuatu di jalan. Nona sebaiknya istirahat selama perjalanan agar nona merasa segar saat sudah sampai di tujuan"

Dengan kesal, Anala menggeleng pada supirnya "Saya ingin cepat-cepat sampai di sana. Tolong tambah sedikit saja kecepatannya"

"Baik kalau begitu"




~~




Sekitar dua puluh lima menit lamanya Anala terjebak selama di perjalanan. Akhirnya gadis cantik bertubuh mungil itu sampai di depan gapura perkampungan dayang Anin.

Tanpa berbasa-basi, gadis itu beranjak dari kursi penumpang lantas berjalan dengan sedikit terburu-buru menuju jalan yang menurun dan sedikit licin.

Anala hampir saja tersungkur saat ia menginjak lumut di atas anak tangga yang terbuat dari tumpukan bebatuan.

Gadis cantik itu melirik ke seluruh tempat, ia tidak tahu rumah dayang Anin di sebelah mana, tapi langkahnya seolah menuntun Anala menuju turunan terakhir dimana ada kandang ayam berukuran sedang yang hanya disinari oleh lampu berukuran kecil dengan sebuah rumah sederhana di sampingnya.

Ada seorang anak laki-laki yang tengah terduduk di teras rumah yang terbuat dari kayu dan Anala memutuskan untuk mendekat "Adik?" ujar gadis itu pada si bocah lelaki yang sedang mengemut gulali.

Anak lelaki itu melirik padanya, ia tersenyum hingga menampilkan gigi-giginya yang tak lengkap "Nona cantik sekali" ujarnya dengan mata berbinar.

Anala tersenyum sebentar "Apa ini rumah bapak Surendra?"

Amarloka {FayeXYoko}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang