XXVIII

788 104 61
                                    

WARNING!!!

CHAPTER INI AKAN MENGANDUNG KATA-KATA VULGAR YANG TIDAK COCOK UNTUK DI BACA OLEH ORANG YANG BELUM CUKUP UMUR.

KEPADA SELURUH PEMBACA DIHARAPKAN UNTUK BIJAK KETIKA MEMUTUSKAN UNTUK MEMBACA CERITA SAYA :)

SAYA TIDAK INGIN DI ANGGAP TIDAK MENCERDASKAN ANAK BANGSA KARENA MENCEKOKI ANAK-ANAK MENGGUNAKAN CERITA FRONTAL DAN BERBAU 17+

SEKALI LAGI, DIHARAPKAN UNTUK BIJAK DALAM MEMBACA.

DAN KALAU KALIAN BERTANYA-TANYA, KENAPA SAYA TIBA-TIBA MEMUTUSKAN UNTUK MENULIS ADEGAN DEWASA DI CERITA AMARLOKA, TANYA KE PACAR SAYA YA.

DAN OH YA.

IYA.

SAYA SUDAH TIDAK JOMBLO LAGI.

WLE.

LAST BUT LOT LEAST,

ENJOY.

~{●}~


"Nona.." Anin bergerak perlahan ketika Kirana menggigit bibirnya pelan.

Wanita cantik itu berhenti sebentar lantas menatap Anin dengan lembut ketika gadis cantik bertubuh kecil itu menahan jemari Kirana yang hampir menyentuh payudaranya yang masih tertutup dengan selembar kain.

Kirana tersenyum kecil "Kenapa?" dengan lembut, Kirana mengusap pelan rusuk Anin sehingga gadis itu menggigit bibirnya karena gugup.

"Saya tidak yakin saya akan bisa bertahan jika saya ikut tinggal di kerajaan Atmaja dan melihat nona menjadi istri dari pangeran Atmaja"

Kirana memiringkan kepalanya ke satu sisi lantas mengecup hidung mancung milik Anin dengan lembut "Aku tahu. Aku begitu egois bukan?" ujar wanita cantik itu dengan iris yang dipenuhi dengan rasa bersalah.

"Walaupun saya begitu ingin untuk terus bersama dengan nona, Tapi saya tidak ingin melihat orang yang saya cintai dimiliki oleh orang lain"

Lengan Kirana kini membungkus pinggang Anin ketika ia memeluknya erat "Maaf, aku minta maaf karena aku tak bisa mengabulkan keinginan kita untuk saling memiliki satu sama lain. Bisa kita khawatirkan itu nanti? Aku sungguh merindukanmu malam ini"

Kirana tak banyak bicara ketika Anin hampir menolak ciumannya. Wanita cantik itu membungkam bibir tipis kemerahan nan ranum dan manis milik Anin dengan kecupannya yang dalam.

Wanita cantik itu tak peduli jika ia menghisap habis udara Anin karena tak memberikan gadis itu jeda untuk bernapas, semakin lama dan semakin dalam ciuman mereka, Kirana semakin terbakar rasanya.

Kirana menggemari perasaan membuncah yang hanya dapat di akibatkan oleh Anindya.

Setiap kali kulit mereka bersentuhan, Kirana pasti merasakan percikan aneh yang menjalar dari isi dadanya hingga ke seluruh badan.

Kirana menghentikan ciuman keduanya untuk mengalihkan bibirnya pada lekukan leher Anin ketika ia mendorong tubuh mungil milik dayang cantik itu ke atas ranjang.

Saat Kirana mendengar napas Anin mulai tersenggal, wanita cantik itu sudah tak sanggup lagi menahan.

Jemarinya yang panjang mulai membelai lengan Anin dengan lembut sebelum kemudian melepaskan ikatan kain yang menutupi buah dada milik si dayang cantik itu dengan cepat.

Amarloka {FayeXYoko}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang