~{●}~
Meski sedikit takut saat melihat Kirana mencoba menanak nasi dengan menggunakan tungku, Anin tetap saja membiarkan sang putri raja memegang songsong selagi mencoba menyalakan arang.
Wanita cantik itu sedari tadi menggunakan teknik meniup yang salah. Kadang, ia memilih untuk meniup dengan kencang, sehingga membuat debu beterbangan kemana-mana, atau bahkan ia meniup terlalu lemah sehingga arang tak kunjung menyala.
Sambil sedikit memejamkan mata karena asap mulai memenuhi isi dapur, Kirana menyerahkan songsong bambu pada Anin yang mengulum senyum "Saya akan memberi contoh satu kali" ujar Anin pada Kirana yang mengangguk.
Wanita cantik itu bahkan sudah memiliki rona hitam di pucuk hidungnya yang mancung karena terlalu lama meniup songsong dan itu terlihat menggemaskan di mata Anindya.
Dengan pelan namun pasti, Anin mengarahkan songsong sepanjang 40cm itu ke dekat arang yang sedikit menyala, gadis itu menarik napas panjang sebelum kemudian meniupkan udara yang ada di mulutnya ke dalam lingkar songsong yang tertuju pada bara api kecil di dalam potongan arang sehingga itu semakin menyala sebelum kemudian menyambar ampas kelapa dan mulai mengeluarkan api kecil.
Dengan bangga, Anin memperlihatkan api berukuran sedang yang barusan ia ciptakan dengan tiupannya pada Kirana "Tak usah terlalu kencang tapi jangan terlalu lembut. Nona harus belajar meniup dengan tenang dan fokus supaya api bisa keluar dari arang" ujar gadis itu pada Kirana yang mengangguk seraya menambahkan potongan kayu ke dalam tungku.
"Biasanya dimasak berapa lama?"
"Sekitar 45 menit. Biasanya saya akan memasak lauk sambil menunggu nasi matang"
Kirana memiringkan kepalanya ke satu sisi "Kalau begitu, ayo kita masak" dengan semangat yang tinggi, si putri ratu berdiri dari depan tungku yang sudah menyala dengan panci berisikan beras yang sedang dimasak di dalamnya.
Wanita cantik itu kemudian melangkah lebih dulu menuju ruang memasak yang terpisah beberapa meter saja dari ruangan yang penuh dengan tungku.
"Nona ingin memasak apa?" ujar Anindya saat ia melihat Kirana berhenti di depan kabinet berisikan bahan-bahan masakan yang biasanya disiapkan oleh dayang di pagi hari.
"Sepertinya hari ini aku ingin makan sayuran" balasnya sambil lalu mengambil beberapa kentang, wortel, kubis, serta buncis.
Anin mengangguk menanggapi ketika ia melihat Kirana bergerak guna mencuci semua sayuran yang ia pilih. Meski memang Kirana bergerak cukup lambat, tapi wanita cantik itu pandai dalam melakukan segalanya.
Kirana memilah sayuran dengan hati-hati, mencucinya dengan baik, memotongnya dengan potongan sempurna meski ia terlihat kesulitan, memasak dengan pelan dan dengan penuh perhitungan.
Menurut Anin, putri sulung dari keluarga Padma ini sepertinya merupakan seseorang yang perfeksionis dan Anin menyukai pribadi Kirana yang seperti ini.
Pastilah ini hasil dari didikan dari nyonya Padma yang begitu keras dan tegas pada ketiga putrinya sehingga mereka semua berprilaku seperti ini.
"Lihat? Aku bisa melakukannya kan?"
Anin mengerjap saat ia mendengar Kirana berucap dengan nada tenang seperti biasanya. Gadis cantik bertubuh mungil itu kemuidan melirik pada panci kecil tanpa telinga yang isinya sudah menguarkan aroma sedap dari sup ala Kirana.
Dengan senyum kecil, Anin mengangguk mengiyakan "Nona selalu pandai dalam melaksanakan segala hal" ujar si cantik tanpa perlu berpikir dua kali.
Sambil menyunggingkan senyum, Kirana mendekat pada Anin yang langsung menengadah guna menatap padanya "Jadi, karena aku sudah bisa mengikuti keseharianmu, apa aku boleh mendapatkan hal yang sudah kau janjikan?" ia mengangkat alis sekejap pada Anin yang terkekeh seraya menganguk mengiyakan "Tentu. Apa yang nona inginkan dariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarloka {FayeXYoko}
Historical Fiction"Hidup tanpamu adalah kehampaan yang tak ingin aku rasakan" -Kirana Nabastala Padma