~{●}~
Perjalanan terasa membosankan. Kirana terlelap ketika mobil membawa mereka dengan kecepatan pelan dari kerajaan Padma menuju kerajaan Atmaja.
Jarak yang harus ditempuh dari kerajaan Padma menuju kerajaan Atmaja lumayan cukup jauh. Dibutuhkan sekitar dua setengah jam lamanya bagi mobil untuk menempuh jalan yang berliku, menanjak dan menurun.
Anin sedikit merenggangkan lehernya yang terasa pegal. Gadis cantik itu memijit pangkal lehernya pelan sambil sesekali mengerang karena kantuk mulai melanda.
Anin mencoba memejamkan mata seraya merebahkan kepalanya pada sandaran jok yang tinggi.
Hanya Kirana yang memperbolehkan dirinya untuk duduk di kursi mobil yang setara dengan putri raja.
Biasanya, Anin akan duduk di bawah, tepatnya di atas kursi kecil yang terbuat dari kayu yang di lapisi oleh busa dengan kain yang kini digunakan Kirana untuk menopang kakinya yang panjang.
Kepala Kirana disenderkan ke jendela sehingga membuat sopir kerajaan tak bisa mengemudi dengan cepat karena ia tak ingin membangunkan Kirana dari tidurnya.
Anin mulai memejamkan mata sambil mengatur napas, mencoba untuk terlelap meski kepalanya bising entah mengapa.
Semenjak kejadian semalam, Anin terus-terusan memikirkan dirinya dengan Kirana.
Wanita cantik itu memang menunjukkan rasa cintanya terhadap Anin dengan segala perlakuannya yang manis.
Tapi, entah mengapa ini semua masih saja terasa aneh untuknya.
Sebenarnya.. Mereka ini terkait hubungan macam apa?
Mereka tak mungkin kan menjadi sepasang kekasih?
Anin dan Kirana itu sama-sama perempuan! Tak mungkin mereka melawan norma yang sudah ada.
Tapi.. jika mereka tak bisa saling bersama. Apa yang sebenarnya tengah terjadi di antara keduanya?
Seorang majikan dan pelayan tak mungkin melakukan kegiatan intim seperti apa yang dilakukan dirinya dengan Kirana. Teman? Anin rasa, kontak fisik seperti ciuman tak bisa diartikan sebagai pertemanan.
Lantas apa?
~~
Anin sedikit tersentak saat ia mendengar pintu ditutup dengan cukup kencang.
Gadis cantik bertubuh kecil itu kemudian melirik pada Kirana yang masih terlelap di sisinya. Wanita cantik itu tampak tidak bergerak sedari tadi dan Anin merasa bersalah jika ia harus membangunkan si putri raja hanya untuk bertemu dengan pangeran Galang Atmaja.
Tapi, sebagai dayang, ia sudah seharusnya melakukan itu. Karena ia harus mengingatkan si putri raja terhadap tugasnya bahkan meski dirinya tak mau.
Dengan lembut, Anin mengguncang pundak Kirana hingga bulu mata nan panjang dan lentik milik si cantik bergetar sekarang.
"Nona, kita sudah sampai" ujar Anin dengan nada pelan.
Kirana melirik padanya sebelum kemudian mengulurkan tangan guna mengusap anak rambut yang berjatuhan ke depan wajahnya yang masih tampak mengantuk "Tidurlah. Biarkan aku pergi menemui Galang seorang diri. Kau harus mendapatkan istirahat yang cukup" wanita cantik itu mendekat pada Anin dan mengecup pucuk kepalanya sesaat sebelum kemudian menjauh dan membuka pintu mobil.
Tapi, bukannya menurut, Anin justru melangkah keluar, mendahului si putri raja agar ia bisa mengulurkan tangannya untuk membantu Kirana turun dari mobil.
Dengan ekspresi kesal yang tepat karena Anin tak menurutinya, Kirana mengulurkan tangan lantas mencengkram lengan si gadis cantik dengan sedikit keras untuk memperingatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarloka {FayeXYoko}
Historical Fiction"Hidup tanpamu adalah kehampaan yang tak ingin aku rasakan" -Kirana Nabastala Padma