~{●}~
Dengan pelan, Kirana menyentuh pakaian rumahan yang ia kenakan. Wanita cantik itu kemudian melirik pada Anindya yang tengah menyisir rambutnya dengan lembut dan hati-hati "Aku ingin meminta bantuan" ujarnya hingga membuat Anin menghentikan kegiatannya yang tengah menyisir Kirana.
"Tak biasanya nona meminta izin untuk meminta bantuan" Anin tersenyum sekejap "Apa nona sudah lupa kalau tugas saya di sini adalah untuk melayani nona?"
Kirana menyunggingkan senyuman di bibirnya yang berwarna kemerahan, wanita cantik itu kemudian melirik sekejap pada dayang bertubuh mungil yang sudah mengabdi padanya semenjak beberapa tahun ke belakang.
"Aku sudah dibesarkan oleh dayang Janita semenjak aku kecil sebelum kemudian dia menurunkan tugasnya padamu" Anin mengangguk sebagai tanda paham pada ucapan Kirana "Dan kau mengabdi pada keluargaku semenjak usia lima belas tahun" lagi, Anin mengangguk, tapi gadis itu tak menjawab dan justru memfokuskan diri pada rambut Kirana yang cantik "Apa dayang Janita pernah menceritakan sesuatu tentang nyai ratu padamu?"
Gerakan tangan lembut Anin terhenti seketika saat ia mendengar pertanyaan muntahan dari si putri raja. Gadis cantik bertubuh mungil itu kemudian melirik pada Kirana lewat cermin untuk memastikan ekspresinya yang terlihat kebingungan entah mengapa .
"Apa terjadi sesuatu terhadap nyai ratu?" ujar Anin ragu-ragu.
Kirana menghela napasnya sebentar "Saat makan malam tadi, Anala tak sengaja melihat luka di lengan nyai ratu. Aku sedikit khawatir jika saja terjadi sesuatu padanya ketika ia berada di tanah Eropa"
Anin menggumam sedikit ketika ia selesai menyisir rambut cantik milik Kirana. Gadis cantik itu kemudian beralih ke depan si putri cantik untuk membantunya membersihkan wajah dengan air hangat yang sudah ia siapkan. "Mungkin nyonya mengalami sedikit kecelakaan ketika di sana" balas Anin memberi prediksi paling simpel pada Kirana yang mengangguk "Sepertinya nona terlalu khawatir pada nyai ratu sehingga nona memikirkan hal yang tidak-tidak" imbuh si cantik kemudian.
Kirana tersenyum sebentar saat ia merasakan pijitan lembut dari jari jemari panjang nan lentik milik Anindya di wajahnya "Sepertinya kau benar" aku si putri cantik.
"Apa kau pernah menyesali kehidupanmu karena kau harus menjadi dayang semenjak usia muda?" Kirana tiba-tiba merubah topik pembicaraan sekarang.
Anin menggeleng seraya mencelupkan kain lembut berukuran sedang ke dalam bejana berukuran sedang berisi air hangat yang dicampur dengan bunga mawar untuk merawat kecantikan si putri raja.
"Saya senang mengabdi di sini. Meskipun mungkin nona menganggap bahwa pekerjaan saya begitu rendah, tapi ini merupakan sebuah kebanggaan bagi keluarga Bagaswara karena bisa dipercaya secara turun temurun hingga sekarang"
Saat Anin mengusap pipi tirus milik Kirana, wanita cantik itu menangkap lengannya hingga membuat Anin tersentak "Sebenarnya, jika diperhatikan dari dekat, kau terlihat sangat manis"
Anin tak bergerak ketika Kirana mengusap lengannya menggunakan ibu jari. Meski gadis itu bisa merasakan darahnya bergejolak ketika ia merasakan setiap usapan tak wajar ini, gadis itu tetap berusaha bertingkah biasa saja pada si putri raja.
"Dan kau terlihat sangat mirip dengan adipati" saat Kirana melepaskan lengan Anin, gadis cantik bertubuh kecil itu cepat-cepat mengambil jarak mundur darinya.
Seraya membereskan sisa-sisa perawatan wajah cantik milik Kirana, Anindya tersenyum sedikit "Saya pikir nona tak pernah memperhatikan. Namun nyatanya, nona sangat perhatian hingga nona menyadari kalau saya lebih mirip dengan ayah saya dibanding dengan ibu saya"
"Kulitmu juga sama putihnya dengan adipati"
Anin bersemu malu "Nona juga sangat mirip dengan nyai ratu" ujar si cantik bertubuh mungil dengan pipi memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarloka {FayeXYoko}
Historical Fiction"Hidup tanpamu adalah kehampaan yang tak ingin aku rasakan" -Kirana Nabastala Padma