~{●}~
Anindya tersenyum ketika ia mengikat korset milik Kirana dengan kencang. Gadis cantik bertubuh mungil yang tingginya hanya mencapai angka 165Cm itu meraba sisi pinggul milik Kirana yang tampak ramping setelah dibungkus oleh korset untuk memastikan pakaian itu sudah membungkus si putri raja dengan baik.
Anindya bisa melihat pantulan tubuh ciamik milik Kirana di depan cermin dan wanita itu selalu saja terlihat mempesona dalam balutan pakaian apapun atau tanpa pakaian sehelaipun.
Anindya sedikit bergetar ketika ia menyentuh pinggul Kirana yang bulat untuk memasang songket yang digunakan sebagai rok oleh Kirana.
Gadis itu melutut sebentar guna merapikan kain cantik itu di antara kaki jenjang milik Kirana "Kau selalu melakukannya dengan baik" Anin berhenti sejenak ketika ia merasakan usapan lembut di pucuk kepalanya.
Jemari panjang milik Kirana menyusuri pucuk kepala milik Anin sampai memegang kulit pipinya hingga membuat Anin gugup entah mengapa. "Terimakasih nona" ujar Anin seraya tersenyum sebelum kemudian beranjak ke depan tubuh Kirana tanpa berdiri untuk memeriksa songket bagian depan yang sudah mulai terpasang rapi.
"Nona selalu tampak cantik dalam pakaian apapun" ujar Anin sejujur mungkin dengan suara rendah yang langsung membuat Kirana tersenyum.
Kirana bergerak sedikit ketika Anin mengetatkan songket di pinggulnya "Terimakasih sudah melayaniku dengan sebaik ini" ujar Kirana dengan nada bersungguh-sungguh ketika Anin beranjak dari depan Kirana untuk mengambil pakaian yang sudah disiapkannya beberapa saat lalu.
Anin menyerahkan senyum kecil ketika ia melihat Kirana merentangkan tangan "Sudah menjadi kewajiban saya untuk melaksanakan semuanya sebaik mungkin" gadis itu bergerak lembut dan berdiri di depan Kirana yang tubuhnya menjulang tinggi ketika ia mengancingkan pakaian yang dikenakan oleh si putri cantik.
"Lain kali, aku akan mengajakmu makan malam bersama sebagai tanda terimakasih" ujar Kirana bersungguh-sungguh seraya menatap iris mata berwarna cokelat keemasan milik Anindya dengan dalam.
Anin tersenyum sekejap "Nona tak perlu melakukan itu. Saya senang bekerja di sini. Keluaga nona selalu saja begitu baik pada keluarga saya" kini gadis itu mundur beberapa langkah setelah memastikan pakaian Kirana terpasang dengan baik di tubuh elok si putri raja.
Sedikit tersenyum, Kirana kemudian melangkah ke depan meja rias lantas menyalakan lampu ketika ia bersiap merias diri. "Bisakah kau membantuku menata rambut?" ujar Kirana pada Anin yang langsung mengangguk mengiyakan.
"Karena makan malam kali ini bersifat begitu formal, saya pikir nona harus menggulung rambut nona tinggi-tinggi supaya terlihat rapi dan menawan" ujar Anin ketika ia mengambil sisir.
Kirana mengangguk mengiyakan "Pastikan rambutku tampak rapi dan cantik, Anindya" dengan hormat, Anindya mengangguk sesaat sebelum kemudian memfokuskan diri pada surai berwarna hitam milik Kirana yang panjang.
Sesekali, Anin menggumamkan lagu tak jelas ketika ia menyisir pelan rambut sang putri dan ini adalah salah satu kebiasaan Anin setiap kali menyisir rambut Kirana.
Kirana menyukai gumaman lagunya. Meski itu tak pernah keras, tapi Kirana menghargai suara lembut milik Anin dengan bersedia mendengarkannya.
"Berapa usiamu sekarang?" ujar Kirana tiba-tiba.
Anin melirik sebentar pada cermin yang menunjukkan ekspresi tenang milik Kirana "Sebentar lagi saya berusia tujuh belas tahun, nona"
"Berapa lama lagi?"
"Satu minggu dari sekarang" balas Anin seraya mengambil jepit.
"Mari kita rayakan bersama" Kirana bergerak menyerahkan pita yang ia pilih dari dalam laci pada Anindya yang bersemu. "Terimakasih. Nona selalu saja bersikap ramah terhadap keluarga saya. Tapi, saya rasa tak usah melakukan apa-apa untuk ulangtahun saya. Saya bahagia hidup seperti ini. Bisa melayani keluarga Padma sampai saat ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarloka {FayeXYoko}
Historical Fiction"Hidup tanpamu adalah kehampaan yang tak ingin aku rasakan" -Kirana Nabastala Padma