~{●}~
Dengan malu, Anin melirik pada tubuhnya yang diberi tanda oleh Kirana. Gadis cantik itu mengusap lehernya lantas pada dada bagian kirinya yang berwarna kemerahan karena perbuatan Kirana semalam.
Meski merasa begitu malu, Anin juga begitu merasa senang entah mengapa. Yang semalam Kirana lakukan terhadap dirinya membuat Anin merasa bahwa cinta mereka ternyata begitu menyenangkan dan tidak semenakutkan yang ia kira.
"Anin?"
Anin melirik pada seseorang di belakangnya. Ada dayang Ami yang berdiri tak jauh dari dirinya. Wanita cantik seumurannya itu tengah memegang gayung yang diisi oleh berbagai macam peralatan mandi dan ada satu buah handuk menyantol di salah satu pundaknya.
"Kau sudah menggunakan kamar mandi terlalu lama. Aku harus bergegas" Ami merengek di akhir kata, seolah tengah memburu-buru Anin agar gadis itu tidak berlama-lama di dalam kamar mandi dan gadis itu terkekeh ketika mengenakan handuk lantas keluar dari dalam salah satu bilik kamar mandi khusus dayang yang berjejer.
Dengan disertai kekehan kecil, Anin keluar dari dalam bilik toilet lantas segera bergegas ke kamarnya.
Meski langkahnya sedikit lamban, tapi Anin tetap tergolong cepat ketika ia berjalan menuju kamar para dayang.
Gadis cantik itu kemudian mempersiapkan diri dengan cepat agar ia tak harus terlambat untuk melayani Kirana hari ini.
Sekitar empat puluh menit kemudian, Anin sudah tampak manis dalam balutan kebaya berwarna putih serta songket abu tua tanpa corak dan satu buah selendang berwarna kuning emas yang dibiarkan melilit di tubuhnya yang mungil.
Gadis cantik itu kemudian menggunakan bakiak lantas berjalan dengan cepat menuju kamar pribadi Kirana untuk mempersiapkan peralatan mandinya di pagi ini.
Ketika Anin memasuki kamar Kirana, ia bisa melihat wanita cantik itu masih terlelap dan terbuai oleh mimpi.
Semalam, wanita cantik itu tidur pukul 2 dini hari karena mereka terlalu asik bersenang-senang dan bermesraan.
Jika saja boleh jujur, sebenarnya Anin juga merasa begitu lelah dan mengantuk hari ini karena ia hanya memiliki waktu sebanyak satu jam untuk terlelap.
Tapi, karena sudah terbiasa untuk tidak tidur terlalu lama, Anin masih bisa menjaga tubuhnya se-prima mungkin meski terkadang ia menguap karena kantuk.
Dengan gerakan yang sedikit tergesa, Anin beranjak menuju kamar ganti milik Kirana untuk menemukan pakaian yang dihadiahkan wanita cantik itu untuknya tergeletak di atas keranjang.
Anin tersenyum malu ketika ia mengingat setiap jemari Kirana membelai tubuhnya ketika wanita cantik itu berusaha melepaskan dirinya dari balutan kain tipis pemberian si wanita cantik itu.
Ternyata, alasan dibalik pemberian kebaya, songket, serta selendang yang megah dengan ukiran serupa cantiknya itu adalah permintaan Kirana terhadap dirinya untuk tampak cantik sebelum kemudian dinikmati oleh si putri raja.
"Hay"
Anin tersentak hingga hampir mengumpat ketika ia tiba-tiba berada di dalam sebuah dekapan. "Nona?!" ia menjengat karena kaget.
"Kapan nona bangun?"
Kirana terkekeh kecil "Baru saja. Apa kau istirahat dengan cukup?" kini, wanita cantik itu tengah mengendus lekuk leher milik Anin dan sesekali mengecupnya pelan.
Dengan senyuman kecil, Anin menyikut pelan rusuk milik Kirana hingga pelukannya melonggar.
"Saya sedang menyiapkan pakaian untuk nona kenakan hari ini"
Kirana bergerak sedikit guna mengambil pakaian kotor yang ada di tangan Anin "Apa kau beristirahat dengan baik malam tadi?" ulang Kirana sembari menggulung pakaian kotor di tangannya dengan sembarangan.
Anin tersenyum "Saya sudah terbiasa kekurangan waktu tidur. Jadi, saya rasa tak masalah hari ini saya kembali bekerja seperti biasanya di hari ini?"
Kirana memajukan bibirnya sekejap "Kau pasti kelelahan. Bagaimana kalau kita menghabiskan waktu di kamar seharian?"
Anin menggeleng kecil pada si putri ratu "Hari ini nona memiliki kegiatan untuk bertemu dengan putra raja Atmaja. Ibunda Janita yang memberitahukan hal ini kepada saya supaya saya mempersiapkan pakaian yang layak untuk nona berjumpa dengan beliau"
Anin bergerak menjauhi Kirana lantas menyentuh gagang lemari berukuran besar milik si putri raja untuk memilih pakaian yang akan dikenakan Kirana hari ini.
Jemari Anin menari di atas pakaian-pakaian milik Kirana yang bersih dan rapi. Gadis cantik itu kemudian mengambil salah satunya untuk kemudian ia pamerkan pada si putri raja.
"Kebaya berwarna kuning langsat dan songket berwarna merah terang sepertinya cocok untuk acara hari ini. Nona akan terlihat cantik dalam pakaian ini"
Kirana menyunggingkan senyum sedikit "Kau tahu aku selalu terlihat cantik dalam pakaian apapun" ujar si putri raja dengan nada sombong yang langsung membuat Anin secara otomatis menggeleng sambil terkekeh "Tentu. Nona memang selalu cantik dalam pakaian apapun. Jadi, saya rasa nona tidak akan keberatan untuk mengenakan pakaian yang saya pilih untuk menemui pangeran Atmaja"
Kirana mendecak kesal "Kenapa pula aku harus bertemu dengan lelaki cengeng itu?"
Anin mengerutkan kening "Lelaki cengeng yang mana?"
"Galang" jawab Kirana tanpa rasa bersalah.
"Kenapa nona berkata kalau pangeran Atmaja adalah lelaki yang cengeng?" Anin bergerak cepat menuju kamar mandi dengan Kirana yang mengikuti langkahnya.
Saat kirana melihat Anin mengocorkan air lewat pipa yang ditutup oleh keran, wanita cantik itu terduduk di sebuah bangku kecil yang disimpan di dekat bak mandi.
"Kau menakjubkan"
Anin terkekeh pada ucapan tiba-tiba dari Kiarna. "Nona belum menjawab pertanyaan saya" ia berseru sedikit mengingatkan terhadap pertanyaannya yang masih menggantung.
Kirana terkekeh ketika ia melihat Anin mencampurkan air dengan sabun untuknya "Galang adalah bocah yang bahkan tak berani mengucapkan rasa cintanya padaku. Bagaimana mungkin aku tak menganggapnya sebagai anak cengeng?"
Ketika Anin melihat air sudah mengeluarkan busa, gadis cantik bertubuh mungil itu beranjak dari sisi bak mandi lantas berjalan perlahan menuju rak penyimpanan untuk mengambil handuk.
"Jadi, nona menyukai orang yang terang-terangan?"
Kirana bergerak pelan ketika ia membuka pakaian tidurnya dengan lembut "Tentu. Aku tidak suka orang yang bertele-tele. Menurutku mereka hanya membuang-buang waktu. Sejak saat pertama kali aku dipertemukan dengan Galang Atmaja, aku sudah tak menyukainya karena lelaki itu selalu bersembunyi di balik nama baginda raja Atmaja. Itu memalukan"
Anin sedikit tersenyum saat ia melihat Kirana sudah mulai mencelupkan diri ke dalam bak mandi. Gadis cantik itu kemudian memungut pakaian kotor milik Kirana yang diletakkan di atas ubin sebelum kemudian menyimpannya ke dalam wadah khusus.
"Apakah hari ini nona akan memastikan penjualan tanah yang sempat dibicarakan dengan pangeran Atmaja?" Anin mendekat untuk membantu Kirana menggosok bagian belakang tubuhnya.
"Kau bisa beristirahat di dalam mobil nanti. Aku tak ingin kau kelelahan" Kirana bergumam sedikit ketika Anin mengusap bagian belakangnya menggunakan busa yang lembut.
Anin tak menjawab, gadis cantik itu hanya berusaha memfokuskan diri pada tugasnya. Tapi, ketika Kirana bergerak dan menghadap padanya, Anin mulai memikirkan tentang apa yang sekiranya terjadi di antara mereka berdua.
"Nona tak perlu khawatir, sudah menjadi tugas saya untuk melayani nona setiap saat kan?"
Kirana tersenyum "Memang benar, tapi, aku tak ingin kau jatuh sakit. Kau tahu kalau aku begitu menyayangimu. Jadi, tolong turuti. Ini perintah"
~{●}~
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarloka {FayeXYoko}
Historical Fiction"Hidup tanpamu adalah kehampaan yang tak ingin aku rasakan" -Kirana Nabastala Padma