Dia, Aziza

801 58 8
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKTUH.

BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA SELALU SEHAT DAN BAHAGIA.

HAPPY READING 📚.
SALAM SAYANG DARI AKU💙.

***

Aziza memilih menepikan mobil yang Dia kendarai saat merasa sudah tidak dapat lagi mengembalikan fokusnya, bahkan penglihatannya mulai memburam, Dia masih cukup waras untuk tidak mengulang kejadian dua tahun lalu.

Aziza mengatur nafasnya yang semakin memberat, di sisi lain Dia cukup bangga dengan dirinya sendiri karena mampu melawan rasa takut itu, meskipun tadi setiap Dia mendapatkan lampu lalulintas berwarna merah, nafasnya selalu memburu dengan tubuhnya yang bergetar, bahkan Dia harus disadarkan dengan kalkson panjang dari pengendara lain jika lampu lalulintas sudah berubah hijau.

Aziza memejamkan matanya, sejak tadi suara gumaman seseorang menghiasi isi kepalanya. Sekelebat bayangan selalu muncul silih berganti dengan ucapan Faizal.

"Azila sudah meninggal, tepatnya satu tahun yang lalu."

Lalu digantikan dengan kilasan memori yang Aziza sendiri tidak tahu kapan Dia melewati masa itu.

Azila, maafin aku.
Maaf.

Hal itu selalu terulang setiap detiknya, telinganya selalu mendengarkan, tapi isi kepalanya kosong, Aziza bingung sekaligus ingin berteriak, Dia merasa bisa gila jika seperti ini terus-menerus.

Suara kalson mobil yang terdengar sangat nyaring di tepi jalan yang sunyi membuat Aziza mengangkat kepalanya yang sejak tadi Dia tumpuhkan di stir mobil. Matanya menyipit saat tidak siap menerima cahaya dari lampu mobil yang terparkir tepat di depannya. Seseorang keluar dari mobil tanpa mematikan mesin mobilnya terlebih dahulu, terlihat sangat buru-buru.

"Faizal?" gumam Aziza lemah saat melihat Faizal yang menghampirinya sambil berlari kecil.

Aziza sempat melihat jam pada tab yang ada di dalam mobil, sudah menunjukkan pukul 20.13 WIB, berarti sudah cukup lama Aziza berkendara tanpa tentu arah.

"Aziza, sayang. Buka pintunya." Aziza teesenyum kecut mendengar ucapan Faizal. Dia menyandarkan tubuhnya yang terasa sangat lelah, tatapannya dengan setia melihat Faizal yang berusaha membuka mobil.

"Sayang? Bullshit." Aziza terkekeh sinis, bisa-bisanya Dia baper dengan ucapan Faizal di saat Dia sendiri tidak tahu pasti siapa Dirinya dan apa posisinya di hidup Faizal. Istri? Azila tidak ingin berharap banyak. Pengganti istri? Mungkin itu lebih cocok.

"Percuma, Zal. Gue kunci," ucap Aziza pelan.

Sedangkan Faizal di luar sana tidak dapar mendengarkan apapun. Wajah pria itu justru semakin panik saat Aziza memejamkan matanya.

"Boleh nggak sih gue bahagia? Dia terlihat sayang banget sama gue," lirih Aziza sambil tersenyum tipis, masih sempat-sempatnya memikirkan hal lain disaat Dia sendiri mulai merasa perasaannya tidak enak.

Aziza memejamkan matanya kuat saat rasa sakit itu kembali menyerang, samar-samar Dia masih dapat mendengar suara Faizal yang volumenya samakin lama semakin meninggi.

Di luar sana, Faizal mendekatkan wajahnya ke kaca mobil, Dia bisa melihat keadaan Aziza dengan bantuan lampu mobilnya yang sengaja tidak Dia matikan.

Faizal khawatir, tentu. Bagaimana jika perempuan itu pingsan sedangakan mobil dalam keadaan terkunci? Tidak mungkin 'kan Faizal memecahkan kacanya? Atau mungkin bisa, jika tidak ada jalan lain.

"Sayang, kalau kamu mau buka kuncinya, aku bakal jujur sejujur-jujurnya tentang perasaan aku ke kamu." Dan Aziza merasa tergiur ingin dengan tawaran itu.

Persimpangan Jalan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang