Menuju Aksi Geger Geden

124 6 38
                                    






Murayama sudah kembali bekerja seperti biasa, setelah seminggu menghabiskan waktu terbaring sakit di atas futon. Hanya saja kali ini Murayama tidak terlalu bersemangat kerja, dia hanya diam memandangi seduhan kopi panas yang keluar dari coffee machine dan jatuh ke dalam cangkir. Reina. Apa yang membuat gadis kesayangannya ini selingkuh? Murayama selalu bertanya-tanya dalam hatu, apa karena dia miskin dan pekerjannya cuma seorang barista? Atau karena jenjang pendidikannya yang cuma tamat SMA? Apakah dia kurang tampan dan mapan bagi Reina ?

Murayama tahu dia memang lebih banyak memiliki kekurangan dibandingkan kelebihan. Tak ada sesuatu yang menonjol dan positif darinya. Murayama hanya cowok biasa alias normies, kehidupannya pun membosankan. Bahkan jauh lebih membosankan daripada Matono yang hidupnya penuh tantangan. Apakah dia juga harus bersikap layaknya Matono yang hidupnya bebas? Tapi Matono tidak sepenuhnya cowok yang baik. Bagi Murayama, Matono orangnya terlalu bebas sehingga hidupnya tak terkontrol. Jujur Murayama lebih suka berada di zona nyaman daripada cari masalah banyak-banyak demi mengusir kebosanan






"Dah makan siang belum ?", tanya Airi sambil menghampiri Murayama

"Belum", jawab Murayama lesu

"Nih gue beliin bento dari konbini. Yuk makan dulu"

"Makasih, Taniguchi"





Mereka berdua makan mumpung cafe lagi sepi. Sudah seminggu Murayama numpang tinggal di apartemen Airi, menjadikan Airi sebagai tempat curhat dan berkeluh kesah. Beruntung Airi dengan senang hati mau mendengarkan semua keluhannya, walaupun dulu mereka sering berbeda pendapat di tempat kerja. Tapi sekarang keduanya mulai memahami satu sama lain, dan menjadi lebih dekat. Airi yang tadinya menyebalkan kini berubah menjadi teman curhat Murayama. Tapi Murayama belum menyadari kalau Airi menyimpan sebuah perasaan untuknya, Airi masih memendamnya dan tak berani mengungkapkannya





"Gue masih sakit hati sama dia", ucap Murayama setelah selesai makan

"Cari cewek lain kan bisa", gumam Airi

"Gue belum bisa memaafkannya"

"Emang cewek cuma Odakura doang ?"





Baru juga Airi menyebut nama itu, si pemilik nama tiba-tiba sudah berada di depan pintu cafe. Airi dan Murayama tercengang, tapi sekarang Murayama sedang benar-benar tak ingin melihat cewek itu. Kenapa Reina datang kemari disaat Murayama sedang benci-bencinya kepada cewek itu? Dasar wanita murahan tak tahu diri. Sialnya lagi mata mereka bertemu pandang, Murayama langsung membuang muka dengan sadis. Tapi Reina yang sudah penuh harap ingin segera menemui orang yang dicintainya tersebut, dia langsung berlari menyeberangi ruangan dan berdiri di depan Murayama dan Airi (yang lagi bingung)





"Miu...", ucap Reina lirih

"Lu kenapa kemari ?", tanya Murayama kasar... Ya Allah sadis banget 😢

"Miu, aku pengen ngomong"

"Sayangnya gue lagi gak pengen ngomong sama elu", balas Murayama dingin

"Miu, plis dengerin dulu...", Reina memohon

"Masih belum cukup buat lu, HAH ?!", bentak keras Murayama langsung berdiri




Airi sampai kaget dengar bentakan Murayama yang diluar ekspektasi. Ini orang kalau marah ternyata lebih seram, Murayama yang biasanya selalu terlihat loyo dan klemar-klemer, begitu marah perasaan yang lama dipendamnya keluar semua bagai erupsi gunung vulkanik, apalagi Murayama punya tipe suara berat yang kalau marah pasti bakal gede banget suaranya





StargazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang