Harris bukan pemikir. Dia tidak pernah benar-benar diam cukup lama untuk merenungi apa yang terjadi.
Baginya, semua masalah bisa diselesaikan dengan dua hal; dengan bekerja keras atau dengan menggunakan uang, atau kombinasi keduanya.
Perempuan yang selama ini dia idam-idamkan mengalami kesulitan hidup? Harris menyelesaikan persoalan itu dengan menawarkan dirinya dan segala yang dia miliki untuk perempuan itu.
Ibu yang selama ini jadi satu-satunya orangtua yang dia kenal sakit keras? Harris bekerja keras, kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala agar dia punya cukup uang sehingga ibunya bisa mendapatkan pengobatan terbaik yang bisa diperoleh.
Harris tak pernah bertanya apakah itu yang Mia inginkan: menikah dengannya.
Harris tak pernah bertanya apakah itu yang ibunya inginkan: melihatnya bekerja terlalu keras sampai jarang terlihat di rumah.
Kini, Harris harus berhenti sejenak untuk memikirkan ulang pertanyaan Mia.
Apa yang terjadi saat Mia di Bandung?
Sebenarnya jawabannya mudah saja: saat Mia berada di Bandung, Harris dan teman-temannya dianiaya oleh sekumpulan orang tak dikenal.
Harris bahkan masih ingat bagaimana detailnya. Bagaimana mobilnya dipepet hingga menepi di jalanan sepi, bagaimana hantaman dan pukulan bersarang di wajahnya, bagaimana suara teriakan dan lenguhan masih bergema di telinganya hingga kini....
Harris sanggup menceritakannya kembali kalau ada orang lain yang bertanya.
Tapi untuk menceritakannya pada Mia, Harris tidak bisa... Bahkan saat ini, saat tatapan Harris jatuh ke wajah Mia yang lembut dan cantik, Harris merasa dia tidak berhak mencemari pikiran Mia dengan kekhawatiran dan kecemasan.
Tapi kemudian, Harris jadi ingat bahwa semua kekacauan tambahan selama 24 jam terakhir ini tidak akan terjadi kalau saja Mia menuruti permintaannya untuk tetap berada di Bandung, sehingga Harris punya waktu tambahan untuk membereskan masalah ini.
***
Mia menatap Harris tanpa berkedip.
Lututnya terasa seperti terbuat dari agar-agar, goyah dan bisa jatuh kapan pun. Tapi Mia berusaha bertahan. Dia ingin mendengar jawaban Harris dulu. Kursi rias ada di belakang, kalau memang sudah terlalu lemas, Mia hanya perlu mundur dua langkah dan duduk di sana.
Jadi untuk sekarang Mia menatap Harris. Menunggu suaminya menjawab.
Mia berdoa dalam hati agar suaminya mau menjawab. Karena apa yang akan dia lakukan setelah ini, bergantung pada jawaban Harris.
"Kenapa kamu memaksa pulang?" tanya Harris. "Padahal akan jauh lebih mudah bagi kita berdua kalau kamu tetap di Bandung."
Mia memejamkan mata, dan terpaksa mundur dua langkah ke belakang, lalu duduk di kursi. "Aku tidak mengerti..." kata Mia pelan, sembari memijat dahinya yang terasa berdenyut. "Mas cuma tinggal menjawab apa yang terjadi selama aku pergi, kenapa masih harus membahas soal kepulanganku?"
Harris menatap Mia. "Kenapa kamu berkeras ingin tahu?" Kali ini suaranya sedikit lembut, seolah Harris berubah pikiran--yang tadinya berniat mendesak Mia jadi membujuknya. "Istirahat dulu ya, habis ini makan. Aku sudah minta disiapkan makanan..."
Mia merasa perutnya bergolak, tenggorokannya terasa masam... Dia mual hebat, dan kali ini bukan karena Harris menyebut-nyebut nama makanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Segar
Storie d'amoreSelepas kematian ayahnya yang mendadak, Artemia Mudita memilih menerima pinangan Harris Teguh Prawira. Menjadi istri Harris membuat Mia bisa memastikan Killa, adiknya, tetap berkuliah karena harta keluarga sudah dia rencanakan untuk membayar hu...