46

2.8K 654 82
                                    

Mia lahir dan besar di kota ini, beberapa keluarganya dan beberapa temannya memiliki posisi sosial yang lumayan tinggi... dan Mia memanfaatkan koneksinya untuk mencari info soal Lukas.

Dari hasil bertanya kesana kemari, Mia tahu beberapa hal tentang Lukas.

Lukas dikenal di sebagian kecil kalangan sebagai pengusaha hiburan malam, tapi di kalangan yang lebih kecil lagi, mereka tahu pekerjaan Lukas; lelaki itu punya puluhan preman yang bekerja untuknya. Semua pekerjaan kotor yang bisa dibayangkan, pernah dilakukan Lukas.

Seseorang bisa tinggal di kota ini seumur hidupnya, lahir dan meninggal, tanpa pernah sekalipun mendengar nama Lukas atau bertemu dengannya.

Tapi saat seseorang sudah melintasi batas kekayaan tertentu, atau berkecimpung di bidang bisnis tertentu, Lukas akan menyadari keberadaannya, dan mulai mengincar mereka.

Kalau sudah begitu, sulit untuk melarikan diri.

Setelah berhasil memukul mundur rekan-rekan Harris dan menggagalkan niat mereka untuk membangun gedung parkiran yang modern dan aman, Lukas mengalihkan perhatiannya pada Harris, kemungkinan merasa bahwa perusahaan pengangkutan dan pengelolaan sampah yang dimiliki Harris amat menjanjikan, dan meminta Harris mengangkatnya jadi 'rekanan'.

Harris bukan orang pertama yang diminta begitu.

Pernah ada pengusaha tepung tapioka, pengusaha konveksi, pengusaha roti, semuanya sudah menuruti permintaan Lukas dan pada akhirnya berakhir menjadi sapi perah belaka. Diangkat sebagai partner hanya kedok belaka, sekali preman tetap preman, pada akhirnya yang dipedulikan Lukas hanya setoran saja.

Meski bukan orang pertama yang disatroni Lukas, tapi Harris jelas orang pertama yang melakukan perlawanan. Kalau menurut pengakuan Harris, Lukas sudah tidak pernah menghubunginya lagi, atau menampakkan batang hidungnya selama hampir tiga bulan ini.

Tapi semua orang yang diminta informasinya oleh Mia, rata-rata mengatakan hal yang sama: Lukas tidak mungkin menyerah begitu saja. Tetaplah waspada.

***

Killa tahu ada sesuatu yang berbeda saat seharusnya jatah dia pulang ke Bogor, tapi Mia menelepon dan mengatakan kalau dia saja yang akan ke Bandung.

Juga, saat Mia mengatakan kalau dia sudah memesankan kamar ke sebuah hotel bintang lima di daerah Cidadap.

Killa sempat-sempatnya bercanda, "Eh, apa ini? Biasanya juga nginap di kosanku... Sudah bosan hidup sederhana? Pengen jadi nyonya lagi?"

Tapi Mia menjawabnya dengan serius, "Kakak ke Bandung sama Mas Harris dan satu orang lagi... mending langsung di hotel aja biar lebih nyaman. Lagi pula Kakak mau bahas sesuatu sama Killa, topiknya agak serius. Nanti ya diomongin di sana..."

***

Mia dan Harris menjemput Killa dari kosannya siang itu, lalu mereka makan di salah satu restoran Sunda modern sebelum check-in ke hotel.

Mereka memesan tiga kamar. Yan duluan pamit untuk beristirahat, sementara Killa, Mia dan Harris berkumpul di kamar yang sama.

Mia mengajak Killa duduk di ranjang hotel, sementara itu Harris duduk di kursi dekat jendela balkon. Di luar, pemandangan hutan terbentang megah. Di dalam, interior suite hotel hangat dan mewah.

Tapi baik Mia, Killa dan Harris, ketiganya merasa tegang dengan pikirannya sendiri-sendiri, tak ada satu pun yang berhenti untuk mengapresi keindahan dan kenyamanan di sekitar mereka.

Luka SegarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang