Selang beberapa hari, memar di wajah Mia sudah memudar... tapi masalah mereka, sama seperti masalah-masalah lainnya yang pernah terjadi dalam pernikahan mereka, tidak pernah benar-benar terselesaikan secara memuaskan.
Harris membujuknya, memeluknya. Tiga hari pertama Harris bahkan tidak menengok kantor, menemani Mia selama 24 jam...
Hanya saja tiap kali Mia berusaha membuka kembali topik permasalahan, Harris selalu mengelak. Tiap kali Mia bertanya, Harris bungkam.
Pada akhirnya, Mia berhenti berusaha. Orang cenderung berhenti berusaha saat menyadari yang mereka lakukan sia-sia.
Selama tiga hari ini, puluhan telepon datang dari teman-teman Harris. Tiap kali ponselnya berdering dan tertera nama temannya di layar, Harris akan pergi ke ruangan lain untuk menerima panggilan.
Sementara itu, kalau yang menelepon karyawan, Harris selalu menerimanya tanpa perlu pergi.
Nama-nama temannya yang menelepon itu-itu saja. Melki, Faizal, Wahyu.... dan Ilona.
Ilona hanya menelepon tiga kali, tapi itu yang paling berat untuk dihadapi Mia.
Ada perasaan cemburu yang menyakitnya di dalam dada Mia melihat nama Ilona di layar ponsel Harris.
Bukan cemburu karena Harris melepaskan pelukannya dan meninggalkannya sendirian di kamar untuk menerima telepon dari Ilona.... tapi jenis cemburu karena Harris mempercayai Ilona untuk mendiskusikan masalah yang sedang dia hadapi.
Yang bahkan untuk menceritakannya pada Mia saja Harris tak mau....
***
Pagi itu Harris berangkat tak sepagi biasanya, menunggui sampai Mia turun dari kasur dan menemani Mia menghabiskan secangkir minum teh tawar panas. Perut Mia masih mual, tapi berangsur membaik kalau menjelang siang.
Setelah Harris berangkat. Mia sudah duduk-duduk di kursi malas di teras halaman belakang. Angin bertiup sepoi dan matahari yang mulai tinggi mulai membuat udara menghangat. Tadi pagi-pagi sekali rumput di halaman belakang dipangkas sedikit, dan kini wanginya jadi tercium di udara.
Mia merasa rileks, kakinya selonjoran, punggungnya bersandar di kursi, sementara dia menatap layar iPad di pangkuannya.
Untuk alasan yang sulit Mia jelaskan, dia mengecek saldo beberapa rekeningnya. Berhitung secara mental.
Ini semester terakhir kuliah preklinik Killa. Mulai semester depan, Killa akan memasuki koas sepanjang empat semester. Perlu ada pembayaran uang kuliah empat kali lagi. Plus biaya hidup dan biaya lain.
Kepala Mia mendadak pusing saat dia menyadari, dia lupa berapa uang kuliah Killa per semester. Atau berapa uang bulanan Killa. Biasanya, Harris yang mengurusnya...
Mia bahkan tidak tahu kenapa dia merasa perlu mencocokkan uang yang dia miliki dengan keperluan kuliah dan hidup Killa.
Seolah, alam bawah sadarnya...
"Ibu?"
Panggilan itu membuat perhatian Mia teralih.Mia membalik iPad-nya hingga layarnya tengkurap, menoleh ke arah Ulfa yang kini sedang melangkah ke arahnya.
"Ya?" tanya Mia.
Ulfa berhenti beberapa langkah dari kursi yang diduduki Mia. "Ibu, mau makan sekarang?" tanyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Segar
RomanceSelepas kematian ayahnya yang mendadak, Artemia Mudita memilih menerima pinangan Harris Teguh Prawira. Menjadi istri Harris membuat Mia bisa memastikan Killa, adiknya, tetap berkuliah karena harta keluarga sudah dia rencanakan untuk membayar hu...