Mia hamil.
Kalau dia hamil tahun lalu, mertuanya masih hidup untuk mendengar kabar bahagia ini.
Kalau kehamilannya diketahui bulan lalu, Mia bisa membayangkan Harris-lah yang akan pertama kali mendengar kabar ini. Lelaki itu mungkin akan tersenyum padanya, dan memeluknya erat-erat.
Pagi-pagi sekali, Mia tes mandiri menggunakan stik tes kehamilan, karena konsentrasi hormon kehamilan tertinggi di saat pagi hari, yang mungkin menjelaskan kenapa mual saat hamil cenderung terjadi pada pagi hari.
Garis dua yang terbentuk di stik tes kehamilan itu tebal dan jelas.
Lalu pukul sepuluh pagi, Mia, diantar Puji dan Killa, pergi ke klinik ibu dan anak, membuat janji temu dengan dokter kandungan yang ada di sana. Tidak ada permintaan khusus, yang penting dokter kandungan dan bisa mengoperasikan mesin USG.
Mia, yang pernah melakukan riset mendalam saat mencari dokter untuk menangani masalah kesuburannya, selalu mengira dia juga akan melakukan hal yang sama saat hamil.
Mia mengira dia akan menghabiskan malam demi malam mencari review dokter kandungan se-Jabodetabek, yang pintar, teliti dan komunikatif. Dia akan melakukannya dalam rangkulan Harris, lalu tiap kali menemukan review dokter yang sekiranya sesuai, dia akan menunjukkan layar tabletnya pada Harris, dan Harris akan mengecup puncak kepalanya, lalu mengiyakan apa pun yang dikatakan Mia.
Mia tahu ada perempuan-perempuan yang hamil dalam keadaan tidak ideal--hamil di tanpa direncakana, hamil di luar nikah, hamil tapi ditinggalkan suami.
Tiap kali Mia memikirkan kehamilannya, dia selalu mengira dia akan menyambut anaknya dalam keadaan rumah tangga yang bahagia dan genap.
Tapi hari ini, disinilah Mia. Berbaring di dalam ruang periksa dokter, sementara Puji dan Killa tetap duduk di kursi. Dia tidak bisa meminta waktu dimundurkan atau semua keputusan diulang. Ideal atau tidak, hidup harus dijalani dan dihadapi sebisanya.
Perawat mengoleskan gel ke perutnya dan dokter kandungan menggeser-geser tongkat USG ke perut Mia. Di layar USG, yang tersambung ke layar TV besar di dinding ruang, terlihat gambar hitam putih yang sulit Mia pahami artinya, tapi Killa menutup mulutnya, sementara matanya berbinar.
"Ini kantung janin udah ada, benih janin udah ada.... Kalau dari hitungan Hari Pertama Haid Terakhir ini usianya sekitar sembilan minggu. Ini bagus semuanya, ketubannya cukup, detak jantungnya juga kuat. Selamat ya Bu.... Semoga selalu sehat."
Mata Mia berkaca-kaca. Perasaan cinta membuncah di dadanya. Dia menoleh ke arah Puji dan Killa yang kini sedang berpelukan, dan mereka bertiga saling bertukar senyum.
Dokter kandungan membuat foto-foto USG lalu memberikannya pada Mia. Mia tersenyum lebar saat melihatnya. Matanya dengan lembut menatap gambar itu, jemarinya mengusap permukaan kertas mengilap, ke titik yang tadi dibilang dokter sebagai janinnya.
Anaknya....
***
Puji dan Sonya berkeras agar Mia tidak buru-buru pergi dari rumah mereka. Tadinya sepulang dari dokter kandungan, Mia ingin langsung ke rumahnya di Parung, mumpung belum banyak barangnya yang keluar dari koper, jadi akan mempersingkat waktu berkemas. Tapi Puji meminta setidaknya Mia tinggal sampai Killa pergi ke Bandung dan kembali.
"Nanti kan Killa ada waktu seminggu buat nemenin, kalau ke Parungnya sekarang kamu lama dong sendiriannya?"
Mia memilih untuk mengikuti permintaan Puji itu.
Sehari setelah Mia memeriksakan kandungan, giliran Killa mengurus janji temu dengan Harris. Killa sengaja mengatur pertemuan mereka di kafe tengah kota, tidak ingin Harris datang ke rumah Puji, dan Killa juga tidak mau mendatangi bekas rumah Harris dan Mia.
![](https://img.wattpad.com/cover/360412973-288-k185578.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Segar
Любовные романыSelepas kematian ayahnya yang mendadak, Artemia Mudita memilih menerima pinangan Harris Teguh Prawira. Menjadi istri Harris membuat Mia bisa memastikan Killa, adiknya, tetap berkuliah karena harta keluarga sudah dia rencanakan untuk membayar hu...