35

4.3K 515 27
                                    

Melki mencoba menghubungi Harris dua kali lagi, sebelum akhirnya menyerah dan ambruk di sofanya.

Dia masih di rumah malam itu. Biasanya Melki mendatangi kafe yang dia miliki kalau malam tiba, turut mengawasi operasionalnya, tapi sejak kejadian penyerangan itu, Melki ohanya mendelegasikan tugas ke orang kepercayaannya.

Melki tidak tahu seberani apa Harris sampai bisa-bisanya memilih menemui Lukas sendirian.

Melki membaca ulang pesan dari Harris sekali lagi.

Kalau dalam satu jam tidak ada kabar, datang kesini dan entah bagaimana caranya, bawa aku keluar dari sini.

Melki menghela napas, mengecek waktu pesan masuk dan mengecek jam di sudut atas layar ponselnya. Baru lima menit berlalu. Topaz, klub malam milik Lukas, bisa ditempuh hanya dalam waktu 15 menit dari rumah Melki, jadi setidaknya dalam setengah jam mendatang, Melki harus sudah kelar rumah dan pergi ke Topaz untuk menjemput Harris.

Tangan Melki yang memegang ponsel agak gemetaran. Harris sudah menjadikannya sebagai bagian dari Rencana B.

Harris cukup percaya pada Melki, bahwa Melki bisa dipercaya untuk mengeksekusinya.

Tapi kalau memang Melki berniat melakukan yang diminta Harris, haruskah dia punya Rencana B juga? Haruskah dia memberitahu seseorang tentang rencananya ke Topaz untuk menjemput Harris.

Ibu jari Melki otomatis bergulir di layar ponsel, hingga sampai ke ruang percakapannya dengan Mia.

Terakhir percakapannya dengan Mia berlangsung beberapa bulan lalu, Mia berterima kasih pada Melki karena sudah banyak membantu penyelenggaraan peringatan 100 hari kematian almarhum ibunda Harris.

Melki menatap nama Mia, lalu menelan ludah.

Kepala Melki penuh oleh segala skenario, tapi dua hal yang paling menonjol.

Ada kemungkinan kenekatan Harris dibalas dengan kebengisan oleh Lukas, tapi itu baru kemungkinan. Bisa jadi nanti Melki datang ke Topaz, dan mendapati Harris baik-baik saja.

Tapi, kalau Melki menghubungi Mia, mengatakan soal apa yang sedang terjadi malam ini, dan artinya Melki juga harus menceritakan kejadian beberapa waktu lalu.... bahkan kalau Harris koma dihajar oleh Lukas, Harris pasti akan segera bangkit demi bisa untuk mengamuk pada Melki.

Bisa disimpulkan, setakut-takutnya Melki pada Lukas, dia lebih takut melibatkan Mia dalam urusan ini.

Jadi Melki mungkin harus menghubungi Mia, tapi dia tak boleh mengatakan yang sebenarnya.

***

Melki menjejalkan ponselnya ke kantung jaket parasut tebal yang dia kenakan, setelah memastikan dia sudah menyetel dering dan getarnya hingga maksimal.

Dengan kepala dan pikiran yang masih ruwet, Melki menstarter mobilnya. Dia sudah beberapa hari tidak memakai mobil ini jadi dia menunggu agak lama sampai mesinnya panas. Setelah itu, dia mengendarai mobilnya ke Topaz. Melki tak harus menggunakan aplikasi penunjuk arah dan sampai di parkiran Topaz satu jam kurang sepuluh menit dari waktu yang dijanjikannya dengan Harris.

Melki menyusuri parkiran perlahan untuk mencari tempat kosong, kedua tangannya menggenggam roda kemudi erat-erat. Kemudian dia melihat mobil Harris, dan langsung berhenti saat melihat ada spot parkir kosong di sampingnya. Melki sudah bersiap untuk memarkirkan mobil, saat mendadak pintu jendelanya digedor-gedor.

Darah Melki rasanya tersirap ke kepala. Dia menoleh ke arah jendela dan menyadari, Harris-lah yang menggedor jendela mobilnya.

Lutut Melki gemetaran. Kakinya terasa tak menapak tanah dan terbuat dari jeli. Darahnya seolah menguap seketika. Dia membuka kunci pintu agar Harris bisa masuk, dan langsung merosot lega di kursinya.

Luka SegarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang