Tiga tahun kemudian........
Orang tidak perlu datang ke kuburan hanya untuk mengenang mereka yang pergi mendahului kita.
Mia tahu soal itu.
Tapi selama tidak ada larangan soal mendatangi kuburan, Mia akan tetap melakukannya.
Mendoakan memang bisa dari mana saja, tapi Mia merasakan perasaan tenang yang ganjil saat berjalan di jalan setapak antara makam-makam yang berbaris rapi.
Melihat beberapa makam yang ada bunga keringnya.
Melihat beberapa makam yang jumlah tahun meninggal dikurangi tahun lahirnya tak sampai dua dekade.
Aroma pohon kamboja biasanya ikut terbawa henbusan angin sore. Sinar matahari tersaring dedaunan pohon beringin besar.
Dari gerbang pemakaman, hanya butuh waktu lima menit untuk mencapai makam ibu mertuanya.
Setelah sampai, Mia lantas berjongkok di samping makam. Mengusap nisannya yang kadang tertutupi dedaunan kering. Menatap nama yang tertulis di sana.
Sari Pramesti
16 Maret 1964 - 26 Februari 2023"Assalamualaikum, Bu...." kata Mia dengan suara lirih, tersenyum.
Mia menunduk dan mulai berdoa. Angin sore itu kembali berhembus kencang, kali ini sembari ditingkahi gerimis.
Mia mengambil bunga krisan putih layu yang dia letakkan minggu lalu di makam Sari, menggantinya dengan yang baru yang sedang dia bawa.
Mia juga menuangkan air mawar yang sengaja dia buat sendiri, untuk membasahi kuburan Sari.
Mia mencabuti rumput liar yang tumbuh di beberapa bagian makam, meski tak banyak, karena Mia lumayan sering ke sini.
Jantung Mia yang saat datang tadi berdegup kencang, kini berangsur mereda. Hatinya sedikit demi sedikit menjadi tenang...
Sekali lagi, Mia menunduk, lalu berdoa.
Kata orang, berdoa tidak perlu datang ke kuburan.
Tapi mungkin ada beberapa orang butuh kesenyapan, ketenangan, yang hanya bisa ditawarkan di tempat ini.
Beberapa orang, seperti Mia, butuh diingatkan, bahwa seberapa pun beratnya hidupnya kini, ini cuma dunia.....
***
Mia mengendarai mobilnya dengan kecepatan konstan. Rona merah di hidungnya dia sempat menangis di makam Sari tadi sudah berangsur memudar.
Sari meninggal empat bulan yang lalu. Tapi seingat Mia, bahkan saat ayahnya meninggal kesedihannya tak berlarut-larut seperti sekarang.
Mungkin, karena dulu Mia sibuk mencari uang dan mengurusi penjualan harta ayahnya, jadi pikirannya jarang kosong dan hidupnya penuh kewaspadaan.
Mungkin karena dulu Mia merasa harus tegar demi Killa...
Mia memutar kemudinya, memasuki jalan menuju rumahnya.
Rumah barunya bersama Harris, yang baru mereka tinggali dua bulan lalu. Yang pembangunannya dimulai setahun tahun lalu, ketika Sari masih hidup tapi sudah tidak bisa jalan dan mengandalkan kursi roda untuk mobilitasnya. Rumah yang luas, penuh bukaan dan taman, serta seharusnya... menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Segar
Roman d'amourSelepas kematian ayahnya yang mendadak, Artemia Mudita memilih menerima pinangan Harris Teguh Prawira. Menjadi istri Harris membuat Mia bisa memastikan Killa, adiknya, tetap berkuliah karena harta keluarga sudah dia rencanakan untuk membayar hu...