43

6.4K 885 122
                                    

"Aku datang ke sini karena permohonan perceraian kita ditolak oleh majelis hakim," kata Harris pelan, sebelum menyodorkan map itu pada Mia.

"Kok bisa sih?" tanya Mia. "Terus bagaimana?" Kepanikan merambati hati Mia. Dia tidak memperhitungkan ini. Dia mengira perceraianya akan berjalan mulus. "Apa yang perlu kulakukan supaya permohonan kita tembus?"

Sambil bertanya begitu, Mia mengambil map dari tangan Harris, tapi entah mengapa, Harris menarik lagi mapnya, hingga tangan Mia sedikit tersentak.

Mereka seperti sedang memainkan tarik tambang mini, dengan map perceraian mereka sebagai tambangnya.

Mia menatap Harris, dan Harris juga sedang menatapnya.

Tapi tak berlangsung lama. Karena kemudian Harris membuang pandangannya dan melepaskan map itu, membiarkan Mia mengambilnya.

Mia memundurkan duduknya, dan bersandar untuk mencari posisi yang nyaman, sebelum dia meletakkan map karton mengkilap itu di pangkuannya, lalu membuka lembar demi lembar.

Dulu, Mia pernah mengikuti berita perceraian artis yang putusan perceraiannya tersebar luas di publik. Mia sempat membaca isinya meski hanya sekilas, lebih karena merasa malu dan tak tega melihat keruntuhan rumah tangga orang lain.

Kini, dia membaca putusan soal nasib rumah tangganya sendiri. Rasanya sangat janggal, tapi hidup memang seringnya begitu....

Mia membalik halaman demi halaman, membaca kalimat demi kalimat dengan tekun... Kepanikan yang tadi sempat menghinggapinya sedikit menghilang karena Mia yakin, ini hanya halangan sementara. Dia pasti akan bisa keluar dari masalah ini, seperti halnya dia berhasil meloloskan diri dari masalah-masalah lain sepanjang hidupnya....

Selama beberapa saat, Harris diam, membiarkan Mia membaca dengan tenang.

Setelah Mia sudah membaca hampir setengah kertas, barulah Harris bicara. "Dari saksi dan alat bukti yang diajukan pemohon dan termohon, Majelis Hakim menyatakan perselisihan dan pertengkaran yang terus-menerus itu tidak terbukti," kata Harris.

"Menurut Majelis Hakim...." Harris berhenti sejenak, suaranya terdengar ragu. "....pemohon dan termohon hanya kurang komunikasi saja."

Mia yang sedari tadi masih membaca, mengangkat kepala dari lembar putusan, menatap wajah Harris.

Mia merasakan hasrat yang nyaris tak tertahankan untuk menamparkan tumpukan kertas di pangkuannya ini ke kepala Harris. Menamparkannya keras-keras, sekuat tenaga, kalau perlu sampai terdengar suara plakkk.

Tapi membayangkan kertas-kertas terhambur buyar di lantai dan dia yang harus repot-repot membereskannya membuat Mia mengurungkan niatnya. 

Dengan emosi yang sedikit menggelegak, Mia berkomentar tajam, "Dan Mas Harris butuh berperkara di pengadilan agama untuk tahu hal itu?" tanya Mia.

Harris terlihat membelalakkan matanya kaget. "Mia--"

"Kalau Mas meringkas yang terjadi dalam rumah tangga kita jadi satu cerita, lalu cerita itu disetorkan ke akun Instagram Cermin Lelaki, dijamin isi komentarnya juga bakal bilang kalau pernikahan kita memang kurang komunikasi..." kata Mia.

Mia curiga Harris tidak apa-apa soal akun curhat di Instagram, Instagram Harris hanya diisi 3-4 kali setahun tahun sekali; dua di antara postingan wajibnya adalah ulang tahun Mia dan ulang tahun pernikahan mereka.

Tapi Harris diam saja dan tak mengatakan apa-apa.

Pemohon dan termohon kurang komunikasi? Noted. Memang sudah saatnya pemohon dan termohon berkomunikasi... 

Dan mulai hari ini, pemohon dan termohon akan benar-benar berkomunikasi.

Mia meneruskan, "Aku habis dari Bandung, mau pulang, terus kamu suruh tetap di Bandung aja... Nggak pernah bilang apa masalahnya. Aku pulang menginap dari, begitu sampai di rumah, malah kamu gugat cerai. Nggak jelas pula apa alasannya..."

Luka SegarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang