TF-07

28.1K 317 19
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

"Kenapa diem?" Tanya Ryan.

Yulia yang sepanjang perjalanan hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun hanya menggeleng saja, ia lalu mengalihkan pandangannya ke jalanan.

Setelah terpaksa ikut, Yulia malah terus saja di desak oleh Ryan untuk banyak bicara. Dan Om Ryan sendiri? Dia terus saja membahas tentang kejadian itu. Menyebalkan memang.

"Om, pulang aja deh," ucap Yulia yang akhirnya membuka suara.

Ryan mengernyit, ia masih fokus memperhatikan jalan namun tetap bisa mendengarkan perkataan Yulia barusan.

Tidak usah ditanya, Ryan sedari tadi hanya membawa Yulia berputar-putar di sekitar jantung jalanan. Malahan, jalan yang sama terus dilewati sampai Yulia merasa bosan sendiri dengan apa yang ia lewati.

"Bukannya kamu nyari obat pereda nyeri?" Tanya Ryan.

Yulia mendengus, "Nyari gimana, Om aja dari tadi bawa aku puter-puter di jalanan."

"Apotek aja udah dilewatin berkali-kali tapi Om ga pernah berhenti."

"Aneh," cicit Yulia di akhir ocehannya.

Ryan hanya tersenyum simpul, hingga dimana lelaki itu benar-benar berhenti tepat di depan sebuah apotek.

Meskipun kesal karena merasa dipermainkan oleh om-om satu ini, tapi Yulia berusaha sabar dan turun dari motor Om Ryan. Gadis itu bahkan langsung pergi masuk ke dalam apotek tanpa melirik ataupun bicara kepada Om Ryan.

Berbeda dengan yang diacuhkan, Ryan tersenyum dan memilih menunggu di motornya. Lelaki itu melihat keadaan sekitar yang cukup ramai. Namun, detik berikutnya senyumnya pudar, ia malah teringat masa-masa dimana ia sering bepergian bersama mantan istrinya dulu. Sampai lupa waktu karena terlalu asyik berduaan. Sekarang, itu semua hanya kenangan saja. Toh, mantan istrinya lebih memilih pria berduit dibandingkan Ryan.

Selang beberapa saat menunggu, Yulia pun keluar dari apotek dengan membawa keresek kecil berisikan obat. Gadis itu masih terlihat cuek dan seolah tidak ingin beradu tatap dengan Ryan.

"Udah beli nya?" Tanya Ryan.

Yulia mengangguk.

"Masih ada yang mau kamu beli? Biar sekalian."

Gadis itu menggeleng pelan, "Langsung pulang aja deh, Om."

Ryan hanya menatap saja, tapi ia langsung memberikan helm pada Yulia.

"Kamu bisa tungguin motor saya sebentar?" Ucap Ryan secara mendadak. Lelaki itu malah melepaskan helmnya. Membuat Yulia heran sendiri.

"Om mau kemana emang?" Tanya Yulia.

"Saya mau beli sesuatu. Kamu tunggu disini sebentar aja, boleh?"

Karena tidak ada pilihan lain, Yulia pun mengangguk saja. Ryan langsung pergi meninggalkan Yulia sendirian di tempat parkiran apotek. Tapi, dari posisi Yulia sekarang, ia bisa melihat Om Ryan yang sedang mengunjungi beberapa pedagang kaki lima. Apa om-om itu sedang membeli makanan? Jadi, dia lapar?

Ah sudahlah, Yulia tak mau ambil pusing. Rasa sakit di perutnya jauh lebih penting. Ia ingin segera sampai rumah dan berbaring.

Hingga...

"Yulia?" Sapa seseorang.

Refleks Yulia mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Raut wajah Yulia seketika berubah, terlihat ia seperti kesal namun berusaha untuk tetap tersenyum. Seorang laki-laki kini berdiri tepat di depan Yulia.

Tetangga Favorit [21+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang