Mama

395 28 1
                                    

"Hmm" Sambut Stevie dengan suara sedikit parau.

"H-halo apa ini Stevie" Suara Gabriel terdengar dari speaker handphone Stevie.

"Ya, siapa?" Tanya Stevie masih dengan setengah sadar.

"Ini... aku yang kemarin... gantungan snoopy"

Ingatan Stevie rasanya seperti ditarik kembali. "Ah, sorry. Gimana kepala lo" ucap Stevie sembari mulai menyadarkan dirinya dengan membenarkan posisi duduknya.

"Baiik... kalo Stevie gimana? Dagunya ga kenapa-kenapa kan"

"Gue gak selemah itu" Jawab Stevie sedikit bercanda.

Wanita di samping Stevie itu terus menyimak obrolan mereka. Dengan satu tangan menyangga dagunya, sementara helaian rambut ikalnya sedikit berantakan menutupi wajahnya. Menambah sensasi menggoda.

"Hehehe, bener juga. Oiya aku mau bilang terima kasih soal gantungannya. Maaf kemarin aku lupa gak bilang"

Stevie melirik sekilas dan menyadari tatapan menggoda dari wanita disampingnya.

"Gak papa, oh iya nama lo siapa?" Tanya Stevie. Mencoba mengabaikan godaan disampingnya.

"Aku Gabriel, tapi orang-orang kebanyakan panggil aku Iyel"

Stevie kembali melirik wanita di sampingnya yang kini memasang senyuman licik.

"Okay, Gabriel. Sekali lagi maaf ya, aku tutup ya" Stevie segera mematikan telpon itu.

"Ah, T-tung---"

"Yah, kenapa dimatiin" Ucap wanita itu.

Stevie langsung melempar selimut ke arah wanita itu. "Stop it, Ma" Ucapnya dengan kesal.

Wanita yang dipanggil Ma itu terkekeh, dia adalah Mama Stevie. Sebelum menikah dengan papa Stevie, dulunya dia adalah bintang ternama.

Tapi karena hamil di luar nikah, dia terpaksa harus berhenti dari aktivitas selebritinya. Bersembunyi hingga Stevie lahir, dan menikah diam-diam dengan ketua partai ternama yang telah menyokong kehidupannya.

Sayangnya lawan partainya membocorkan kabar burung ke media. Membuat kariernya hancur hingga posisi partai suaminya sedikit terguncang.

Sejak saat itu rasanya tiada hari tanpa pertengkaran di antara mereka. Untungnya tidak sampai ingin bercerai. Tapi akhir-akhir ini keegoisan keduanya sudah tidak bisa ditahan lagi. Mama Stevie menuntut untuk diberi kebebasan sementara Papa Stevie tidak ingin namanya semakin hancur karena perceraian.

"Kali ini cowok?" Tanya Mamanya penuh rasa penasaran.

"Kemarin cewek" Lanjutnya semakin menggoda Stevie.

Stevie memutar bola matanya malas "Mereka semua temen" Jawabnya tak berminat.

Mama Stevie memandang anaknya dengan tatapan sedu "Nikmati hidupmu Stev, Mama gak akan pernah kekang kamu kayak Papamu."

Stevie terdiam sejenak. "Sebentar lagi Mama juga bebas. Hiduplah sesuai keinginan Mama" Balasnya, dengan tulus menatap Mamanya.

Mamanya tak bisa menahan rasa sedihnya. Dia mencebik lalu segera memeluk Stevie. "Makasih sayang"

Pelukannya berlangsung sedikit lama sebelum Mamanya menyadari sesuatu "Kamu kayak cowok" Mamanya melepas pelukannya "Tch, meluk kamu rasanya seperti meluk Papamu" Ucap Mamanya kesal.

*

*

*


Hari ini Gabriel datang ke kelas kepagian. Jadwal kuliahnya jam 8, tapi dia justru datang jam 7. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah menelpon Stevie pagi tadi. Jadi dia memutuskan untuk berangkat saja ke kampus.

Tapi begitu sampai di kampus ternyata ruang kelasnya masih dikunci. Dia segera mengirim pesan pada sahabatnya, Jena.

____________________________________________________________

Jenaa
Online
____________________________________________________________

Jenaa >_< kapan datang


Hah? Masih satu jam lagi
Gue masih di kos

Iyel sendirian T^T, Jena cepet datang


Tf, lo udah di kampus sekarang?
Ngapain??

Iyel gatau mau ngapain

Iyel disini dari jam 7

Wait, otw

____________________________________________________________

Gabriel tersenyum sumringah, dia segera berlari menuju pagar depan menunggu Jena.

Sekitar 15 menit Gabriel menunggu. Jena pun terlihat melambai-lambai dari kejauhan. Gabriel membalas lambaian tangan Jena dengan senyumnya yang lebar.

Tapi perlahan senyum Gabriel luntur ketika melihat Jena diantar seorang cowok naik motor, dan cowok itu juga mengelus kepala Jena sebelum pergi.

"Woy, bengong aja" Jena menepuk pipi Gabriel.

Gabriel cemberut memegangi pipinya yang sedikit panas karena tamparan ringan dari Jena.

"Itu tadi siapa?" Tanya Gabriel masih memegangi pipinya.

Jena tersenyum menggoda. "Surprise!" Ucapnya tiba-tiba dengan begitu girang. "Gue jadian sama Matthew" Lanjut jena berjalan dengan melompat lompat di depan Gabriel.

Gabriel membeku, dia tak menyangka sahabatnya yang tidak pernah pacaran ini tiba-tiba jadian dengan Matthew.

Gabriel tidak terlalu mengenal Matthew, tapi melihat penampilan Matthew tadi Gabriel tahu dia bukan tipe laki-laki kutu buku.

"Itu berarti, Jena gak akan main sama Gabriel lagi" ucap Gabriel mendramatisir dengan semakin cemberut.

Jena menangkup pipi Gabriel, "Kenapa lo mikir gitu siich! Lo tetep sahabat gue. Dan Matthew gak akan bisa gantiin posisi lo!" Ucap Jena penuh keyakinan.

Gabriel merasa sedikit terhibur. Meski nyatanya kalimat Jena hanyalah bualan semata.

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang