Cupang

420 28 0
                                    

Tepat di hari weekend dimana biasanya Gabriel menghabiskan waktu dengan Jena, baik sekedar berjalan-jalan atau shoping.

Tapi minggu ini Jena membatalkan agenda mereka. Jena meminta maaf berulang kali dengan berbagai alasan mengatakan dia dan Matthew hanya punya weekend untuk kencan, karena jurusan mereka berbeda dan jadwal mereka selalu selingan.

Yah, apa yang bisa Gabriel lakukan?

Kini Gabriel duduk di meja foodcourt. Seharusnya saat ini dia duduk berdua dengan Jena sambil membicarakan hal-hal menarik.

Gabriel sangat bosan sekarang. Dia mulai mengingat minggu lalu mereka menghabiskan waktu di foodcourt ini melihat Glaziela.

Ah, jika Gabriel tidak salah ingat. Kertas berisikan nomor yang dikasih Stevie kapan hari adalah tiket konser. Gabriel segera mengobrak-abrik tote bag nya. "Ada" Ucapnya girang begitu dia menemukan kertas itu.

Gabriel membalik lembarannya dan benar itu adalah tiket konser, yang akan berlangsung... hari ini!

Gabriel terkejut. Dia melihat jam di ponselnya masih tersisa 15 menit sebelum konser berakhir. Dia segera mengemas barangnya dan memesan Ojol.

Kali ini Gabriel sudah mahir memesan Ojol berkat bantuan Jena.

Tak lama dari itu Gabriel sampai di lokasi konser, benar-benar 5 menit sebelum konser berakhir. Dia segera mencari auditorium, karena lokasi kali ini berada di dalam ruangan. Gabriel dengan buru-buru menaiki tangga.

Dia menyerahkan tiket nya pada panitia yang berjaga di depan pintu lalu masuk. Sorotan lampu panggung sangat menyilaukan matanya. Ruangan itu gelap, hanya ada sinar lampu panggung yang menyorot.

Glaziela sedang membawakan lagu barunya kemarin. Gabriel tahu lagu ini, dia sering memutarnya akhir-akhir ini.

Gabriel mengangkat tangannya sambil bernyanyi mengikuti lirik lagunya. Baru kali ini dia paham sensasi yang selalu Jena rasakan tiap menonton konser.

Gabriel terus terfokus pada Stevie, hingga tatapan mereka tak sengaja bertemu. Stevie tersenyum sekilas. Gabriel merasa jantungnya berdegup begitu keras.

"Waaaah, lo liat gak tadi Stev senyum ke arah guee!" Teriak cewek dipinggir Gabriel.

Mengalihkan fokus Gabriel. Membuatnya ragu apa mungkin tadi hanya perasaan Gabriel saja.

Begitu konser berakhir, Gabriel ingin segera menemui Stevie. Dia berlari menuju belakang panggung, walau sesekali menabrak orang sebisa mungkin dia tetap berlari. Gabriel takut Stevie langsung pulang seperti waktu itu. Dia celingak-celinguk mencari Stevie.

Tak sengaja Gabriel melihat pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat.

Seorang cewek sedang mengecup leher Stevie.

~~

Stevie menyadari kehadiran seseorang, ditambah orang itu adalah Gabriel.

Dia segera mendorong pundak cewek di depannya "Lo nggak bisa gini, Mer"

Mery mengerutkan keningnya kesal "Lo gak pernah ada waktu buat gue!" Teriaknya penuh emosi.

Stevie menghembuskan nafasnya kasar "We're not dating, Mer" bisiknya di telinga mery "Jangan lupain fakta itu" Stevie segera pergi meninggalkan Mery.

Stevie tahu Gabriel masih berada di balik tembok, dia pasti bersembunyi seperti waktu itu.

"Hei" sapa Stevie dengan dingin.

"Ah, ha-lo Stev" Sapa Gabriel balik dengan canggung.

Tanpa menjawab sapaan Gabriel. Stevie segera memegang pergelangan Gabriel, mengangkatnya ke atas dan mendorongnya ke tembok.

Gabriel tidak bisa bergerak, Stevie lebih tinggi darinya. Sekarang pemandangan yang bisa Gabriel lihat hanyalah bekas cupang yang diberikan Mery tadi.

"Lo lihat tadi?" Tanya Stevie dengan dingin.

Gabriel terus salah fokus. Posisi ini membuat Gabriel sangat tak nyaman. Dia hanya diam sambil berusaha melepas genggaman Stevie. Bahkan mata Gabriel sudah mulai berkaca-kaca, mati-matian Gabriel menahan rasa takutnya.

Entah apa yang ada dipikiran Stevie dia justru mengecup leher Gabriel. Membuat air mata Gabriel langsung mengalir terjun seketika.

Stevie mendengar hentakan kaki Mery yang mulai menjauh.

'Ah, gue kelepasan' batin Stevie melihat bekas kemerahan di leher putih Gabriel.

Stevie tahu Mery mengikutinya, dia bermaksud membuat Mery menjauh. Tapi sepertinya dia sedikit berlebihan.

Arah mata Stevie beralih ke wajah Gabriel yang menunduk. Melihat bekas basah di pipi Gabriel, barulah dia menyadari Gabriel menangis.

"Hei, lihat gue" Stevie menangkup wajah Gabriel, mensejajarkannya dengan mukanya. Dia mengernyit, tak mengira dampaknya akan seperti ini "Lo boleh nampar atau mukul gue, tapi tolong jangan nangis" Ucap Stevie meyakinkan, masih dengan tangannya yang memegangi wajah Gabriel.

Gabriel semakin menangis, dia ingat pesan Bundanya. Untuk memukul siapapun yang memaksa menyentuh Gabriel tanpa izin. Tapi Bundanya juga mengajarkan untuk tidak memukul perempuan.

Gabriel tidak tahu harus apa jadi dia memutuskan untuk menangis saja.

~~~

Beberapa jam berlalu, dan saat ini mereka sedang duduk di ruangan Glaziela tepatnya di belakang panggung

"Jadi..." Rico membuka suara.

"Gue kelepasan" Potong Stevie yang saat ini tengah duduk di samping Gabriel.

Jangan tanya keadaan Gabriel. Matanya sembab dan hidungnya memerah. Sementara tangannya memegang sekotak susu pisang yang baru dibelikan Yudha.

"Lo cowok?" Tanya Gerald.

Gabriel merasa ciut, dia merasakan aura tak bersahabat dari Gerald.

"Kenapa lo nanya gitu" Stevie balik bertanya pada Gerald.

Gerald membuang nafasnya "Gimanapun juga dia Cowok Stev. Lo harus hati-hati, siapa tau dia nipu. Dia juga bales lo tuh" Tunjuk Gerald pada leher Stevie.

Stevie paham maksud Gerald. Dia memegangi bekas cupang itu

"Ini dari Mery" Jelas Stevie yang membuat ketiga teman band nya melongo.

Cewek Ganteng dan Cowok Cengeng || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang